Hayoung POV
Sepi.
Kata itulah yang melintas di pikiranku saat aku berjalan memasuki gerbang dan mulai menyusuri koridor yang akan membawaku menuju ruang kelas 11-B, kelasku.
Suasana di sekolah sekarang benar-benar sepi.
Tentu saja, lagipula siapa yang mau berangkat sekolah 1 jam lebih awal dari waktu bel masuk dibunyikan.Orang-orang seperti itu terlalu rajin.
Mungkin aku salah satunya.
Karena aku juga melakukannya, datang ke sekolah terlalu pagi.
Aku membuka pintu kelasku, masuk ke dalam, menutup pintunya kembali, lalu berjalan menuju meja dan bangku yang sudah kutempati selama 3 bulan terakhir setelah kenaikan kelas 11.
Kuletakkan tas yang berada di punggungku ke atas meja, kemudian mengedarkan pandangan ke penjuru kelas.
Aku orang pertama yang datang, tentu saja.
Kujatuhkan tubuhku ke kursi dengan pelan-tidak mau melakukan tindakan ceroboh yang bisa saja melukai tulang ekorku- lalu kubuka jendela di samping kiriku.
Ah, betapa beruntungnya aku mendapatkan tempat duduk di samping jendela.
Aku menopangkan kepala pada kedua tanganku yang kutumpuk di kusen jendela.
Netraku menjelajahi pemandangan di luar jendela dan dalam sekejap pandanganku terfokus pada lapangan basket sekolahku.
Senyumku mengembang saat aku tanpa sadar membayangkan sunbae yang selama ini kusukai, sedang memantulkan bola basket di tengah lapangan sambil tersenyum manis menatapku.
Dengan lihai, tangannya memantulkan bola oranye tersebut-bukan hal yang baru, mengingat sunbae itu salah satu anggota dari klub basket bahkan ia pernah menjabat sebagai kapten basket.
Sesekali ia mengarahkan pandangannya padaku, masih dengan senyum manis yang membuatku semakin menyukainya.
Baiklah hentikan, itu hanya khayalan.
Aku membenturkan kepala dengan pelan pada sisi jendela lalu mendengus. Selalu saja begini, membayangkan hal yang mustahil terjadi.
Mana mungkin aku bisa mendapatkan senyum manis sunbae itu dengan mudah. Harusnya aku bersyukur pernah mendapatkan senyuman tipis darinya.
Kupejamkan mataku lalu kutarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
Udaranya sejuk.
Namun belum sampai 1 menit menikmati udara pagi, aku membuka mataku dan segera berdiri dari tempat dudukku setelah mengingat tujuan utamaku datang ke sekolah sepagi ini.
Ini hari Sabtu.
Itu artinya hari ini adalah giliranku untuk piket kelas.
- - - - - - - - - -
"Kyaaa!!" Aku menjerit tertahan.
Bagaimana tidak? Tepat saat aku ingin menutup pintu lokerku, wajah Yerin muncul dari balik pintu loker.
Aku mengelus dadaku, mencoba menormalkan detak jantungku.
"Apa yang kau lakukan disitu?""Aku ingin menyapamu," jawabnya sambil menunjukkan cengiran khasnya yang menurutku terlihat bodoh.
"Tapi kau lebih dulu terkejut," sekarang cengiran bodohnya berubah menjadi senyuman polos.
Aku memutar bola mataku, "cara menyapa yang bagus."
Lalu kulanjutkan kegiatan tanganku untuk menutup pintu loker dan menguncinya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Future [Sequel of The Past]
FanficSaat kau mencoba melupakan cinta di masa lalu, cinta yang baru akan tiba mengisi hatimu. Namun, ketika kau telah menemukan cinta baru, apakah kau masih mengenang cinta lamamu? Atau kau akan melupakannya dan menjalani kisah cintamu yang baru? Warning...