Yoojin meraih tangan jin yang terpasang infus dibalik telapak tangannya, ia mengelus lembut tangan dingin dan kurus itu.
"Oppa cepatlah sembuh"lirih yoojin yang entah berapa kali sudah ia ucapkan seharian ini. Terlihat jin yang sedang terbaring lemah diatas ranjang dengan ruangan bernuansa putih. Tiba tiba tangan jin bergerak dan yoojin menyaksikan saat itu.
"Jin oppa...apa kau sudah bangun ? Tunggulah aku akan mencari dokter, tetaplah disini"pinta yoojin yang terlihat sangat bahagia, yoojin keluar dari ruangan tersebut dengan cepat.
Sementara jin perlahan membuka matanya, indra penciumannya mencium aroma yang tidak ia sukai. Jin membuka matanya, samar samar ia menangkap sebuah lampu putih gantung diatas langit langitnya.
Dia terlihat bingung, ini jelas jelas bukan kamarnya yang bernuansa biru langit dengan walpaper kuno di dindingnya. Aroma ruangannya pun ia benci. Dimana dia sekarang...
Samar samar ia melihat gadis berumur 20 tahunan dengan seorang ahjussi dengan jas putihnya.
"Yo-yoo..."belum sempat jin berbicara gadis itu sudah duduk ditepi ranjang yang ia tiduri. Dia terlihat bahagia."Oppa...kau sadar, aku sangat takut kalau kau tidak juga sadarkan diri. jangan seperti ini lagi"oceh gadis itu yang membuat jin terdiam,
"Dokter...tolong periksa jin oppa dan buatlah dia cepat sembuh"pinta yoojin, sang dokter geleng geleng kepala melihat kelakuan yoojin.Dokter pun memeriksa keadaan jin, setelah melewati pemeriksaan yang cukup singkat, yoojin melihat dari ekspresi dokter sepertinya ia akan mendapatkan berita baik.
"Bagaimana dok keadaanya ?"tanya yoojin, dokter pun melepaskan stetoskop yang terpasang di kedua telinganya dan tersenyum."Jin segera sembuh, tapi dia tetap harus istirahat yang cukup dan sakit dikepalanya itu...kau harus memaksa dia untuk meminum obat obatnya kalau mau kondisinya membaik"jelas dokter kepada yoojin. Yoojin pun menoleh sekilas kearah jin. Jin terlihat masih bingung sekarang.
"Baiklah dokter terimakasih sudah merawat oppaku ini"balas yoojin
"Baiklah, saya akan keluar karna ada pasien lain yang harus ditangani. Jaga oppamu dengan baik"ucap dokter kemudian pergi. Yoojin pun duduk disisi ranjang big size yang jin gunakam sekarang. Ini adalah rumah sakit dan kamar yang jin tempati sekarang adalah kamar VVIP.Jelas jika disini barang barangnya mewah dan ruangannya juga lebih luas dari kamar lain. Jin menatap yoojin, seolah olah ingin bertanya kepastian tempat ia berbaringnya.
"Oppa...aku sangat senang kau sudah sadar dari tidurmu itu"
"Kau seperti pangeran tidur yang entah kapan kau akan bangun..."
"Seminggu sudah kau tidak sadarkan diri..."
"Kau seolah olah tidak akan bangun dan asik dengan dunia bawah sadar mu...aku takut..."Mendengar cerita yoojin, jin terlihat benar benar tidak percaya. Matanya mengerjap kaget dan juga bingung.
"Seminggu ? Tidak sadarkan diri ? Lalu hoseok ? Bagaimana bisa ? Jadi aku hanya bermimpi ?"batin jin yang bergelut dengan pikirannya."Ada apa ? kau inginkan sesuatu ? Atau apa ? Katakanlah ?"tanya yoojin yang seolah tau yang dipikirkan jin. Dengan sekali gelengan kecil itu sudah menjawab pertanyaan yoojin. Entah mengapa jin menggeleng.
"Ho-hos...se...ok-kie..."ucap jin dengan susah payah,mungkin ini efek dari dia sudah lama tidak mengeluar kan suara beberapa bulan. Yoojin terlihat bingung karna kakaknya ini tiba tiba mengucapkan nama salah satu sahabatnya yang telah meninggal
"Ada apa dengan hoseok oppa ?"tanya yoojin yang mengeritkan kening.
"A-aku...ber-te-temu...me-nye la-lamat ka...nnya"jawab jin. Yoojin terlihat kaget dengan ucapannya.
"Bagaimana bisa...hoseok oppa sudah meninggal, bagaimana bisa kau bertemu dan menyelamatkannya jin oppa..."ucap yoojin yang benar benar tidak percaya dengan ucapan jin."Su-sung...guh"ucap jin, yoojin melihat mata binar milik jin yang terlihat ia sedang tidak berbohong apalagi mengada ngada. Yoojin tersenyum kecil sambil mengelus surai coklat jin dengan lembut.
"Kau sangat merindukannya, kau merindukan mereka"ucap yoojin, jin hanya menatap yoojin dalam diam."Aku sangat merindukan mereka tapi kenapa mimpi atau apapun itu lebih mengarah ke hoseok...Jung hoseok... aku benar benar menyelamatkannya, aku yakin akhh...ada apa ini"lagi lagi jin berperang dengan batinnya.
"Aku harus berangkat kuliah sekarang, jangan kemana mana dan beristirahatlah. Menurutlah dengan dokter dan perawat, sehabis kuliah aku langsung kesini. Jadi tunggu aku dan aku akan membawakan beberapa makanan kesukaan mu"ucap yoojin panjang lebar, ia takut oppanya ini kenapa napa. Jin pun mengerjapkan kedua matanya seolah olah berucap "Baiklah..." yoojin tersenyum sebelum ia meninggalkan ruangan jin.
••• ••• ••• ••• •••
Sejam...
Duajam...
Tigajam...
Empatjam...
Limajam...
Yoojin berangkat sejak pukul 15.10 sampai sekarang sudah pukul 20.20, ia belum juga datang. Jin merasa bosan tanpa yoojin, masa dimana yoojin kuliah adalah masa yang jin benci juga. Selama jin mengurung diri beberapa bulan didalam kamar, jin hanya ditemani yoojin.
Yoojin selalu datang ke kamarnya, menceritakan sesuatu yang ia alami, menyuruhnya makan, memaki dan menemani jin hingga terlelap. Yoojin adalah adik yang baik baginya.
Orang tua mereka ? Ibu jin dan ibu yoojin adalah orang yang berbeda. Namun ibu jin telah meninggal. Ibu yoojin adalah wanita karir yang hebat dia menjalankan semua perusahaan ayah jin dengan baik dan sangat sibuk
Ayah mereka adalah orang yang kasar, sering menghambur uang untuk mabuk mabukkan dan untuk wanita jalang yang ia bawa kerumah. Ibu dan ayah selalu bertengkar karna itu, itu sebabnya juga yoojin dan ibu tinggal dirumah yang berbeda dengan jin dan ayah. Jin benar benar bosan.
Pikiran dan batinnya terus berkutat dengan apa yang ia alami sebelum ia bangun dan berada ditempat ini. Banyak pertanyaan yang muncul namun ia hanya diam saja, ia hanya memikirkannya sendiri dan mungkin akan menemukannya jawabannya.
Jin menoleh kearah jam yang telah menggantung di dinding dengan nuansa cat putih langit, jam menunjukan pukul 20.35.
Perawat sudah dua kali datang untuk memeriksa dan memberi jin obat tapi yoojin yang ia tunggu sedari tadi tidak juga datang, jin menatap pintu besar dengan cat berwarna putih juga. Berharap yoojin datang dari balik pintu itu.
Jin menggerakan tubuhnya pelan, ia seperti ingin berpaling dari ranjang yang ia tidurin sedari tadi. Walaupun tubuhnya masih begitu lemas, ia mencoba mengambil posisi duduk, melepaskan selang infus yang terpasang dibalik telapak tangannya.
"Ahh..."rintih jin saat selang infus itu terlepas, ia menyingkirkan selimut dan menurunkan sepasang kakinya dari ranjang. Ia menatap ubin yang akan ia pijak. perlahan ia menapak dan memijakkan kakinya diatas ubin.
Rasanya begitu dingin. Perlahan ia berdiri, sedikit tidak terkontrol di awal tapi pada akhirnya ia berhasil untuk berdiri. Ia mulai melangkah meninggalkan kamarnya.
Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit ini tanpa alas kaki, Kamarnya adalah kamar VVIP dan Kamar kamar VVIP berada dipaling atas gedung rumah sakit ini, jelas saja kalau disini begitu sepi.
Jin turun ke lantai dasar dengan lift dan dilantai dasar begitu ramai, banyak anak kecil yang berlarian dan menuju taman. Jin mengikuti mereka. Langit sudah gelap sedari tadi tapi yoojin belum juga kembali. Jin pun duduk di salah satu bangku taman yang disediakan disana.
Ia menatap bintang dilangit dan lagi lagi ia mengingat kenangan bersama sahabat sahabatnya yang telah tiada.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Wings : You Never Walk Alone
AléatoireKim Seok Jin Pria ini benar benar sangat menderita sekarang. Pria dengan kasih, sayang, perhatian, cinta dan keceriaan untuk sahabatnya kini hilang. Jin berbeda dengan yang dulu semenjak kematian menghampiri sahabatnya satu per satu.Jin sekarang ora...