part 3

55 5 7
                                    


Seadainnya  saja setiap air mata yang mengalir bisa turut membawa luka ini ikut pergi.

Seandainnya saja hanya dengan menangis semua beban yang ada di pundaku bisa terlepas.

Seandainya saja dengan menangis semua akan baik baik saja.

Seandainnya saja dengan menangis masalah ini akan selesai.

Seandainya..

Seandainnya..

Perandaian bodoh yang selalu aku ucapkan.

Aku tahu dengan menangis tidaklah menyelesaikan masalah apapun. Tapi biarkanlah aku berandai andai.
Aku sudah lelah, aku lelah karena harus memakai topeng ini untuk menyembunyikan luka ku.

Rasanya aku ingin membuang topeng ini. Aku tidak mau menjadi orang yang terlihat kuat lagi. Aku lelah..






















Bolehkah aku bersikap egois?

Bolehkah aku memilikimu kembali?

Aku tidak mau melepasmu setelah dulu aku pernah melakukannya. Dan Boleh kah aku membiarkan Hati Yang Lain Ikut Terluka?

-Shin Aira- .





















_____

Rasa yang dimilikinya belum hilang walaupun sudah sekian tahun ia lewati tanpa dirinya. Dan itu sangat menyiksa batinnya.

Oke.

Lupakan!

Lupakan dia Aira!!

Sekarang dia sudah berbahagia dengan sahabatmu. Apa?? Sahabat???
Aira mencengkram dadanya yang terasa sesak.

Oke.

Sekarang, dia harus kuat. Tidak mungkinkan dia akan menangis disini. Dihadapan rekan-rekan kerjanya.

Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Dia harus tetap menahannya. Baiklah. Fokus bekerja aira! Ada 2 orang yang harus kau cukupi kebutuhannya. Aira terus mensugesti dan semangat serta motivasi untuk dirinya sendiri agar tetap bertahan.

BRAKKK

"Apa perusahaan ini menggaji kalian hanya untuk mengobrol?" Teriak sang manager  menegur para bawahannya.

Huffftttt.

Aira bernafas lega. Akhirnya ada juga yang menghentikan suasana diruang yang ditempatinya saat ini. Karyawan yang merasa ditegurpun menunduk dan terdiam.
Terimakasih Manager

____

Sekitar pukul 5 sore, Aira pun sudah sampai di kediamannya. Melihat anak-anaknya yang sedang bermain diruang keluarga dengan televisi menyala dan mainan yang berserakan. Terihat olehnya kehadiran jeremy beserta istri dan anaknya ikut mengisi ruang keluarganya.
Setelah mengucapkan salam, iapun segera bergegas menghampiri mereka ikut berkumpul bersama.

"Mas!! Bisa-bisanya kau bermesraan dengan istrimu disini. Padahal kemarin kemarin kau baru saja melamarku." Semburnya pura2 marah pada jeremy.

"Benarkah?" Tanya sang istri bangkit dari duduk bersandarnya pada sofa di ruangan tersebut.

"Benar Mbak!! Pokoknya malam ini kau harus menghukum nya dan jangan biarkan ia lolos dari hukumanmu. Haha" klarifikasi Aira membenarkan pertanyaan nara dengan tertawa jahat.

"Dasar. Adik menyebalkan dan tidak tau diri." Dengus jeremy jengkel

"Sayang, jangan hukum aku. Dia hanya membual." Mohon jeremy pada sang istri. Yang dibalas dengan gelengan kuat dan tatapan tajam. Pura-pura tajam lebih tepatnya.

"Yakk! Sialan kau Aira!!!" Marah jeremy sambil memukul Aira dengan bantal sofa secara membabi buta.

"Mbak!! Tolong adikmu yang baik hati iniii" teriaknya meminta pertolongan pada nara. Narapun bergegas mengambil salah satu bantal sofa dan mulai menyerang jeremy. Jeremy pun mulai dipukuli oleh mereka berdua hanya bisa mengkeretkan tubuhnya dan mencoba menghindar.

"Hahaha" setelah puas menyiksanya, merekapun tertawa sedang kan jeremy hanya bisa mendengus. Namun, dalam hati ia merasa bersyukur. Setidaknya kehadiran keluarga kecilnya dapat mengalihkan sedikit rasa sakit yang ditutupi aira.

"Kita jarang pergi keluar bersama. Bagaimana kalau akhir pekan ini kita keluar bersama? Berkunjung ke Taman bermain dan makan malam diluar?" Usul jeremy

"Akhir pekan?? Baiklah." Setuju Aira sambil mengangguk.

____

Akhir pekan yang dinanti telah tiba. Seperti usul jeremy, merekapun bermain ketaman bermain lalu setelah nya makan malam disebuah restoran yang dekat dengan Taman bermain tersebut.

"Apa kalian senang bermain hari ini?" Tanya jeremy pada naya, akira dan ahira yang dibakas dengan anggukan antusias mereka. Membuat orang dewasa disana- tersenyum. Merekapun mulai memesan makanan. Sambil menunggu pesanan sampai, merekapun bercanda ria.

"Aku permisi ke toilet sebentar." Intrupsi Aira sambil bergegas menuju toilet.

Setelah selesai dengan urusannya, Airapun mencuci tangannya di washtafel dan memandang bayangannya dicermin. Hari ini dia cukup senang. Karena bisa menghabiskan waktu bersama dengan ke 2 anaknya. Dan yang paling penting bisa melihat mereka tertawa bahagia.

Hal itu membuat satu sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman.
Airapun segera bergegas keluar dari toilet setelah dirasanya cukup. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang menarik dan mencengkram salah satu lengannya saat dirinya berada dilorong yang menghubungkan nya dengan ruang makan restoran tersebut.

"Aira, lama tak berjumpa. " ucap seseorang yang mencengkram kuat lengannya.

DEG~

Iapun terkejut melihat siapa orang yang mencengkram kuat lengannya. Sontak iapun langsung berusaha melepaskan cekalan marcus pada lengannya.

"Lepas. Kau menyakiti tanganku.!" usahanya melepaskan diri.

"Setelah kau kabur dariku dan aku mencoba mencarimu untuk meminta penjelasan. Dan sekarang kau sudah berada dihadapanku. Apa kau pikir semudah itu aku akan melepaskanmu?" Tanya marcus sarkastik tanpa merubah tatapan sinis dan tajamnya.

"Kita sudah selesai. Oke. Kita tidak punya urusan apapun lagi." Balas Aira tegas "dan sekarang lepaskan aku." Mohon Aira

"Selesai kau bilang? Bullshit."

Deg~

"Kau pergi begitu saja meninggalkan masalah. Dan sekarang kau sudah ada dihadapanku. Dan lagi, aku butuh akan penjelasanmu. " ucap marcus berapi-api

"aku tidak akan melepaskanmu lagi Cho Aira"

TBC~~

Di tulis :
1 December 2016

Edit :
27 February 2019

Revisi ulang :
21 Februari 2020

Empty RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang