Part 9 ~ Should I ?

10.9K 541 10
                                    

Di part sebelumnya...

Didalam kamar Lingga hanya berdo'a semoga wanita yang akan dipertemukan dengannya besok akan menolak untuk melanjutkan rencana dari mamanya itu... semoga saja.

Linggapun segera berganti pakaian dengan celana panjang dan kaos polo putih dan segera menaiki ranjangnya untuk menyusul mimpinya.

☆_☆♡_♡¤_¤×_×+_+

Cahaya matahari dengan malu-malu menampakkan dirinya melewati lipatan2 tirai yang berniat untuk membangunkan sang pemilik apart untuk segera bangun dari mimpi2nya.

"Ahh, silau... Fan, bangun dah pagi ini" gumam Kaela sambil merenggangkan badannya dan turun dari ranjang untuk segera mandi.

Setengah jam berada dikamar mandi, Kaela menuju walk in closet untuk mengambil baju dan berganti pakaian. Setelah menggunakan baju yang dianggapnya rapi, kaela keluar dan amasih mendapati Fani yang masih asik bergelung dengan bantal dan guling di ranjang.

"Fan, bangun... dasar kebo! Ini udah jam 7, loe gk ke rumah sakit apa?" Tanya Kaela dengan sedikit berteriak sambil mengguncangkan lengan Fani.

"Apaan sih Kae, gue lagi libur. Gue pingin seharian di apart aja. Capek gue" gumam Fani sambil merapatkan selimutnya lagi. "Ah... ya sudahlah, gue berangkat dulu dan nanti loe gk perlu masak makan buat ntar malam gue pulang terlambat malam ini. Ada janjian sama seseorang. Bye" kata Kaela yang hanya dijawab dengan gumaman lirih oleh Fani.

#ditempat lain.

Di ruang makan yang terdapat sebuah keluarga yang sedang menikmati acara sarapan pagi mereka hingga salah satu dari mereka membuka sebuah obrolan.

"Lingga, kamu jangan lupa ya kalau hari ini kamu harus pulang lebih awal, mama gk mau tau." Ucap Liza. "Ya, ma... Lingga usahain buat datang lebih awal" ujar lesu Lingga.

Damar hanya menahan senyumnya saat mendengar kalimat lesu keluar dari kakaknya yang tanpa bisa menolak permintaan sang mama. "Jangan menahan senyummu Damar, kalau perlu tertawa saja hingga kau puas." Ucap Lingga sinis karena Lingga mendengar Damar yang berusaha menyembunyikan suara tertawanya.

Mendapat izin untuk tertawa, Damar langsung tertawa mengejek kakaknya itu akan yetapi suara tawanya langsung terhenti saat suara dehaman dari sang papa terdengar. "Lanjutkan makanmu Damar dan kau Lingga, jangan lupa jika nanti kau harus bertemu dengan client penting perusahaan kita dari prancis. Dan ini sudah tahun ke 3 kau bekerja menjadi dokter. Papa harap kamu tidak melupakan janjimu yang dulu" kata Devan tegas sambil menatap Lingga tajam.

"Iya pa... Lingga akan keluar dari rumah sakit 1 bulan lagi" jawab Lingga yang tak kalah tegasnya. "Baiklah ini sudah waktunya kita berangkat Lingga'' ucap devan sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Devan segera berdiri disusul dengan Liza, Devan segera menarik pinggang Liza mendekat untuk mencium bibir istri tercintanya itu. Dilain sisi Lingga hanya tersenyun sambil berusaha menutupi mata sang adik. "Ahh... kebiasaan deh kak, aku udah biasa kali liat kelakuan mama sama papa" ucal Damar yang terus saja berusaha menyingkirkan tangan Lingga yang mengganggu pemandangannya.

"Ehemm... pa... ma... bisa kalian berhenti melakukannya, dan aku rasa ini sudah cukup siang untuk berangkat". Ucap Lingga sambil berlalu ke ruang keluarga untuk mengambil tas yang berisi lapotlran untuk rapat nanti.

Liza hanya memukul pelan dada devan dan menturuhnya untuk segera berangkat. Hal sama dilakukan Liza kepada Damar yang sedang senyum2 tidak jelas sampai membuat Liza bergidik. "Sudah lah Damar, apa kau tidak ingin berangkat kuliah? Jangan hanya tersenyum tidak jelas seperti itu" ujar Liza sambil menjitak kepala putra bungsunya itu.

THE POSESSIVE MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang