Pagi ini, Rara akan melakukan suatu hal yang telah direncanakan olehnya semalaman. Berkat nasihat dari sahabatnya itu, Rara akan meminta maaf kepada Ryan. Walaupun didalam hatinya masih ada perasaan 'tak ikhlas' jika harus Rara yang meminta maaf. Karena menurutnya, itu semua sudah mutlak kesalahan Ryan. Namun jika dalam suatu hubungan itu tidak ada yang mau mengalah, maka akan jadi apa akhirnya? Seperti kebakaran yang tak ada pemadamnya. Hanya akan membuat api itu semakin besar dan besar.
Rara tidak ingin hubungannya hancur begitu saja. Maka dari itu, ketika jam pulang sekolah tiba, ia akan mengajak Ryan ke suatu tempat untuk membicarakannya. Ia pun mengirimkan pesan untuk Ryan melalui aplikasi line.
Rania : Yan? Nanti plg sklh bareng ya. Aku mau ngomong sesuatu sm kamu
Tak perlu waktu lama untuk Rara mendapatkan balasan dari Ryan. Dua menit kemudian pun handphone nya bergetar tanda ada pesan masuk.
Ryanrdnsyh : ngomong apa? Diline aja ga bisa emg?.
Rara terdiam ketika mendapatkan balasan dari Ryan. Jantungnya terasa berdetak tak karuan. Matanya melotot bagaikan kedua bola matanya itu sudah tak tahan lagi berada disana. Entah mengapa ia merasa sakit ketika mendapatkan balasan dari Ryan seperti itu.
Rania : ya kan biasanya kita juga pulang bareng yan. Dan pokoknya ada sesuatu yg harus aku omongin langsung ke kamu, ga bisa lewat chat
Ryanrdnsyh : sorry ra. Kayaknya ga bisa. Gue ada latihan basket
Lagi dan lagi Rara hanya terdiam. Batinnya meringis kesakitan. Ia merasakan sesuatu yang sangat berbeda dari diri Ryan. Sungguh. Rara takut Ryan akan meninggalkannya..... lagi.
"Kenapa, Ra?" Tanya Vinny ketika melihat ada perubahan di raut wajah Rara. Ia memperhatikan sahabatnya yang sedaritadi gelisah dibangkunya. Memang saat ini Bu Nisa, guru Fisika tidak hadir dikelas. Jadi ia memberikan tugas kepada anak-anaknya. Maka dari itu, banyak siswa-siswa lainnya yang lebih memilih memainkan gadget nya, dibanding harus mengerjakan 10 soal fisika itu.
"Gue nggak tau vin, gue ngerasa Ryan beda banget. Nih baca aja chatnya" jawab Rara sambil memberikan ponselnya kepada Vinny. Ia memperlihatkan chatnya bersama Ryan.
"Anjir, cowok lo kenapa sih Ra? Kok lo nya udah baik tapi dia kayak menghindar gitu dari lo. Bahkan tadi pagi aja dia gak jemput lo kan? Dengan alesan kesiangan. Ck ck ck. Gak paham gue" kata Vinny sambil men-scroll pesan line dari Ryan di hape Rara.
"Gue nggak tau Vin.... Sumpah gue bingung harus gimana" jawab Rara sambil menundukkan kepalanya di meja. Kalau saja ini bukan di sekolah, mungkin Rara sudah menangis tak karuan.
"Udah ah jangan sedih gitu, Ra. Mending bales dulu nih chat dari Ryan. Lo bilang aja ini bener-bener penting, gitu" saran Vinny sambil mengembalikan handphone itu kepada pemiliknya.
Rania : plis yan. Gak akan lama kokk. Ini bener2 penting yan. Atau nanti aku ngomongnya disekolah aja deh pas pulang.. Biar kamu bisa langsung latihan basket.
*****
Sementara ditempat lain, kini Ryan dan teman-temannya sedang berada di warung tempat mereka biasa cabut kelas. Tanpa ketahuan, ternyata Ryan sedang cabut. Wow, cabut. Tak terbayang jika Rara mengetahuinya, pasti ia akan sangat marah kepada Ryan saat ini.
Ryan yang sedang asyik memainkan asap rokok yang sedang ia isap, tiba-tiba harus membuka ponselnya karena ada pesan yang masuk.
Rania : plis yan. Gak akan lama kokk. Ini bener2 penting yan. Atau nanti aku ngomongnya disekolah aja deh pas pulang.. Biar kamu bisa langsung latihan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFIDELITY.
Teen FictionApakah hubungan ini seolah-oalah hanyalah lelucon bagimu? Bertahun-tahun bersama namun hanya hitungan bulan bagimu? Entah apa yang membuatmu pergi, saat ada ratusan cara untuk tetap tinggal. Apakah kekuranganku yang akhirnya meruntuhkan kesetiaanmu...