Oniichan Bakayaroo
(Seumur Cinta)
Apa alasanmu untuk kembali? Bukan kah kau sudah terlalu jauh berjalan di depan dan sekarang kau memutuskan untuk kembali? Aku tak mengerti jalan pikiranmu. Harusnya kau lebih baik menunggu daripada kembali. Kau membuang banyak tenagamu untuk berjalan kembali di jarak yang sudah kau tempuh terlalu jauh.
Itu yang ku katakan padanya saat ia menemuiku di pinggiran sungai waktu sore itu. Ku lihat ia hanya duduk termenung melipat kedua kakinya, merangkulnya dengan kedua tangannya, mendengarkan kalimatku sembari matanya tertuju pada derasnya aliran sungai yang memantulkan cahaya jingga tak beraturan.
Bayangan tak pernah jernih terlihat ketika ia menabrak objek yang selalu bergerak. Bayangan itu akan tercabik-cabik oleh aliran sungai yang terus bergerak. Pantulan jingga dari awan sore itu tidak akan pernah terlihat dengan jelas.
Dirinya tetap memandangi aliran sungai itu. Aku melihatnya, matanya sangat tenang. Rambutnya terurai kebelakang, di sudut kiri keningnya ia mengikat sebagian rambutnya ke belakang dan di sisi kanannya ia menyisakan poninya untuk menutupi bagian kanan keningnya, rambutnya jatuh di pelipis kanan tepat di atas pipinya yang selalu bisa membuatku ingin menggigitnya.
Melihatnya seperti tak menanggapi perkataanku aku mulai kesal. Aku berkata padanya, untuk apa kau ke sini kalau pada akhirnya hanya diam tak berkata satu pun dan kau tak menanggapi kalimatku sedikit pun dari tadi. Jika kau ke sini hanya ingin memandangi sungai itu, sebaiknya aku pulang saja. Sebentar lagi malam akan datang. Bukan hantu yang ku khawatirkan, namun dinginnya malam di sini kejamnya mengalahi setan yang ingin merasuki orang-orang yang termenung diam sepertimu saat ini. Apalagi ini kemarau, udara dingin tak bersahabat dengan paru-paruku yang pernah terjangkit asma ini. Aku pergi....
Ketika aku ingin beranjak dan sudah mengangkat sedikit pantatku yang sudah terasa gatal karena rumput liar yang dari tadi berusaha menusuk-nusuk ke dalam melalui celah pori-pori serabut kain celana yang kugunakan, tiba-tiba ia memegang tanganku. Matanya tetap memandangi sungai itu, ia berkata "Jangan pergi dulu". Sial pikirku, apa ia tak tau pantatku sudah terasa gatal dari tadi, terlalu lama menunggu kata-kata terucap dari mulutnya. Baiklah pikirku, aku akan bertahan sejenak melawan rasa geli gatal di bagian bantalan pinggulku ini. Namun jika ia tetap diam, masa bodo dengannya. Paling tidak aku akan berdiri, walau aku tak akan tega meninggalkannya sendirian di sini. Siapa yang tahan dengan serdadu rumput liar dengan senjata bambu runcing di ujungnya. Siap memanjakan pantatmu.
Niatku hanya menggertaknya ketika mengatakan ingin pergi. Aku tak akan tahan menatapnya terus seperti ini jika ia terus diam seperti itu dan termenung menatap bias jingga di sungai itu. Jika waktu ini adalah waktu yang lampau, mungkin aku sudah mendekapnya dari belakang dan kubenamkan wajahku di rambutnya. Ia terlalu rentan untuk tidak dipeluk. Ah, sial lagi pikirku.
Ia menoleh ke arahku, berganti aku yang memalingkan wajahku dan menatap sungai itu.
"Selalu kau tak mau memandangku saat aku ingin bicara padamu, sejak saat itu. Sejak saat kau memutuskan untuk berjalan di jalur berbeda denganku", itu yang ia katakan ketika aku berusaha memalingkan wajahku dari tatapannya. Bukan aku tak menghargainya, aku hanya lemah saat ia mulai menatapku dan mata kami saling beradu pandang. Aku tak bisa sejak saat itu.
"Kau menanyakan padaku kenapa aku kembali setelah menempuh jarak terlalu jauh. Dan kau berkata kenapa tidak menunggu karena itu akan menghabiskan tenaga yang lebih sedikit dibanding berjalan kembali. Bodoh, kau bodoh. Selalu bodoh."
Aku merekatkan ujung gigi-gigiku, dahiku mengrenyit. Kurang ajar perempuan ini, sekian lama ia diam dan tak menanggapi kalimatku, dan kalimat panjang pertamanya yang keluar diakhiri dengan makian bodoh yang ia tujukan langsung kepadaku? Siapa bapak dari perempuan ini yang mendidiknya selama ini. Jurus apa yang dia ajarkan kepada anaknya, sehingga sangat mematikan. Tenang, diam dan terakhir sangat menusuk tepat pada sasaran. Aku harus berguru pada Bapaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/102554172-288-k62640.jpg)
YOU ARE READING
Oniichan Bakayarooo!!! (Seumur,Cinta)
RomanceBerkisah tentang sebuah roman sepasang, yang tak bisa disebut kekasih. Namun bisa dimaknai lebih dari kekasih bahkan. Hubungan mereka tak akan dimengerti sampai para pembaca mencerna sendiri bagaimana lajur kisah mereka yang bertemu di pinggiran sun...