Salah Tingkah

64 2 0
                                    

Maret 2009

"Sam, gue sakit", pesan singkatmu malam itu cukup menyita perhatianku. Aku tidak langsung membalas, aku berpikir sebentar harus membalas apa. Sungguh aku cukup panik membacanya, tapi juga bingung tidak biasanya kau mengeluh seperti ini.

"Kenapa lo? Ga tidur dua hari main PS lagi ya? Duh Galih, ga ngerti lagi deh sama lo.", akhirnya hanya itu yang berhasil kuketik. Pesanku langsung berbalas

"Engga, Sam. Kuliah gue lagi ga waras banget. Gue bisa delapan sks nonstop, gue lupa makan hehe", bukannya kasihan aku malah dongkol setengah mati. Makan saja bisa lupa?

"Lih nih ya, lo makan aja kenapa bisa lupa sih, heran? Lo tuh di sana sendiri, kalo lo kenapa-napa siapa yang ngurusin? Lo yang paling tau kebutuhan lo sendiri, ayo dong jangan bodo amat sama kesehatan. Lo mau lulus cepet kan? Jangan sakit-sakitan. Sekarang ke apotik ini gue kasih resep obat gue ya, ada makanan ga di kosan?", aku malah membalas pesanmu dengan heboh dan terlihat cemas. Kemudian aku mengutuki diri sendiri, sejak kapan pertemanan kita jadi pertemanan yang saling perhatian begini?

Pesanku lama tidak berbalas. Kemudian telfonku berdering, aku hampir menjerit saat melihat namamu ada di layar ponselku. Aku mengatur napas agar tak kentara gugupnya. "Heh maniak kuliah, udah sehat lo bisa nelpon-nelpon gue?", aku malah langsung menyambarnya.

"Hehe.. galak amat sih, Sam. Perut gue ga enak nih. Ga bisa makan, gimana dong", aku meringgis tanpa suara. Kenapa kau tiba-tiba mencari atensi seperti ini? Bodohnya aku malah merasa senang dan meladenimu.

"Sekarang dipaksain makannya ya, banyakin minum air putih. Jangan ngopi dulu, udah gih sana. Jangan lupa minum obat maag sebelum makan, jaga kesehatan dong, Lih", tidak sadar aku malah jadi melunak padamu, aku berani bertaruh nada cemasku pasti sangat terdengar olehmu.

"Iya deh. Makasih ya, Sam. Gue ga tau harus ke siapa lagi tadi"

"Lih, gue terbang dulu ya. Cepet sembuh, jangan sakit lagi", aku memilih untuk menyudahi percakapan kita yang bikin aku tak karuan ini. Aku bergegas ke hanggar, menerbangkan hati dan tubuh ini.

Seluas SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang