TUJUH

310 24 12
                                    

Vote dulu yaaaa HIHI
Happy Reading😉

🍃🍃🍃

"Setelah banyaknya pertemuan. Apakah aku sudah boleh jatuh cinta?"

Sudah dua minggu sejak kejadian dimana Dava mengungkapkan perasaannya, Zilla sedikit menjaga jarak. Bahkan saat Dava dan juga sahabat-sahabatnya sedang makan dikantin, Dava malah seenak jidatnya bergabung dengan Zilla dan juga sahabat-sahabatnya. Membuat Zilla ingin menebas kepala Dava sekarang juga.

Dimas yang menyadari keanehan Zilla, bertanya, "Lo kenapa, Zil?"

Zilla tersenyum tipis, "Gapapa, Dim."

"Lo sakit?"

"Ah? Nggak kok. Cuma banyak pikiran doang."

"Lo nggak usah mikirin soal di bukit itu, Zil. Gue bisa ngasih lo waktu kok." Ucap Dava tiba-tiba.

"Maksudnya?" tanya Dimas dan Clara bersamaan.

"Lo nembak Zilla ye, Dav?" tebak Angga.

Zilla kemudian berdiri dari duduknya, membuat teman-temannya menatapnya dengan pandangan bingung, "Gue duluan."

Zilla lalu berlari meninggalkan kantin, membuat Clara dan Anastasia ingin mengejarnya, namun tertahan karena Dimas juga berdiri, "Biar gue aja yang kejar." Ucap Dimas tanpa peduli dengan tatapan tajam Dava.

Dimas mencari Zilla, bertanya kesana-sini apakah ada yang melihat Zilla atau tidak. Namun semuanya hanya menjawab tidak. Dimas kemudian menarik rambutnya frustasi, "Lo dimana sih, Zil?" tanyanya pada diri sendiri.

Dimas kemudian kembali ke kantin. "Zilla mana?" Tanya Dava to the point.

Dimas menatap tajam Dava, lalu mengangkat bahunya, "Gue nggak tahu."

Tiba-tiba handphone Clara berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk.

From Bundzill: Gue ada di dalem mobil gue. Buruan kesini. Gue tunggu. Tapi, jangan bilang siapa-siapa kalo gue ngasih tau! Ajak Sia juga:(

Clara yang menerima pesan dari Zilla, kemudian menelfonnya. Panggilan pertama dan kedua diriject, saat panggilan ketiga barulah Zilla mengangkatnya.

"Heh, bego! Lo kenapa nelepon gue?!" Maki Zilla.

"Halo, Ma? Iya, Ma. Pulsa Clara abis jadi nggak bisa bales smsnya Mama. Apa, Ma? Sekarang? Oke. Clara pulang sekarang. Iya, sama Sia, Ma. Assalamualaikum, Ma." Ujar Clara kemudian mematikan telfonnya.

"Sa, temenin gue balik. Nyokap gue manggil. Buruan!"

"Masih ada kuliah, woi!"

"Ck.. Udah, gampang itu. Ini lebih penting! Gue duluan, yah." Ucap Clara kemudian menarik paksa tangan Anastasia.

Angga yang sedari tadi diam, memerhatikan punggung Clara dan Anastasia. "Bukannya Clara nggak ada pulsa yah buat sms? Kok ada pulsa buat nelepon?"

Dava menyutujui ucapan Angga, "Kayaknya ada yang di sembunyiin."

Dimas menghela napas panjang, "Bisa aja kali, dia sudah daftar telepon terus pulsanya abis karena daftar telepon." Jelas Dimas yang di benarkan oleh Angga dan juga Dava.

***

Saat ini, Zilla sudah berada dirumahnya, di temani Clara dan juga Anastasia. Dari tadi yang dilakukan Zilla hanyalah memetik senar gitarnya, membuat Clara dan juga Anastasia geram akan sifat sahabatnya yang satu itu. Sudah mengajak bolos dan sekarang yang dia lakukan hanya diam dan memetik senar gitarnya tidak jelas.

Merelakan Masa lalu (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang