Italic itu maksudnya flashback, aku bakal nyelipin flashback setiap chapter buat menjelaskan alasan Zian jadi benci Valerie, padahal awalnya dekat banget.
Typo gak mau diajak pisah, jadi abaikan saja si typo.
Jangan lupa Voment ya 😂😂😂
Happy Reading
-o0o-
Seorang gadis berseragam SMP dengan rambut dikepang tiga sedang berlari terengah-engah. Gadis itu nampak kerepotan dengan semua atribut yang melekat di tubuhnya, seperti tanda pengenal terbuat dari karton yang menggantung di lehernya, kalung yang terbuat dari cokelat dan permen, serta rumbai-rumbai yang menyerupai rok melekat di pinggangnya.Sesekali gadis itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Saat melihat jarum pendek menunjuk pada angka tujuh sedangkan jarum panjang menunjuk pada angka sembilan, ia menambah kecepatan larinya. Gadis yang bernama lengkap Aralyn Valerie itu bangun sedikit lebih siang dari biasanya, sehingga membuat ia terlambat datang ke sekolah barunya dihari pertama MOS.
"Pak, jangan dulu ditutup!" Valerie berteriak saat satpam sekolah akan menutup gerbang sekolah, sedangkan ia masih berjarak lima meter dari gerbang. "Terima kasih, Pak," ucap Valerie, sambil menundukkan kepalanya sekilas saat satpam itu membiarkannya masuk.
Valerie membungkukkan badannya, menopang kedua tangannya di lutut, lalu menghirup napas rakus. Ia seakan mengumpulkan pasokan oksigen sebanyak-banyaknya sebelum kembali berlari menuju lapangan sekolah.
Seorang senior cantik namun mempunyai raut masam sedang menatap Valerie dengan tatapan bengisnya. Tanpa suara, ia memerintah Valerie untuk berbaris di tempat yang terpisah dengan anak-anak yang lain. Sebenarnya bukan hanya Valerie saja yang ada di barisan yang terpisah itu, ada sekitar tujuh anak lain yang juga berbaris di sana. Sepertinya ketujuh anak itu bernasib sama dengan Valerie.
Sambil mengembuskan napas berat, Valerie berjalan mendekati ketujuh anak yang bernasib sama dengannya itu, lalu berdiri di samping gadis yang terlihat sangat mungil. Meskipun terlambat dan baris di barisan berbeda dengan anak-anak yang lain, tidak membuat Valerie mengabaikan kepala sekolah yang sedang berbicara di depan mereka.
"Acara masa orientasi siswa resmi saya buka." Tepuk tangan menggema saat kepala sekolah resmi membuka kegiatan MOS.
Setelah kepala sekolah meninggalkan lapangan, seorang senior yang tinggi dan mempunyai garis rahang yang tegas berdiri menggantikan kepala sekolah. "Perhatian seluruhnya!" Suaranya lantang, membuat semua siswa baru memfokuskan tatapan padanya. "Perkenalkan, nama saya Elzian Derrel, saya ketua OSIS sekaligus ketua panitia MOS." Zian, si ketua OSIS, mengedarkan pandangannya, hingga tak ada satu siswa baru pun yang tak tertangkap oleh matanya. "Di samping saya sudah ada anggota OSIS yang lain, mereka akan membimbing kalian selama tiga hari ini. Hari sebelumnya, kami sudah membagi kalian dalam beberapa kelas sementara, dan kami sudah menunjuk anggota OSIS yang akan membimbing kalian."
Tatapan Zian pindah ke barisan anak-anak yang terlambat, di saat itulah Zian dan Valerie bertemu pandang. Senyum Valerie mengembang, ia sangat senang ketika Zian menatapnya. "Dan untuk anak-anak yang terlambat, saya serakan pada Sherly." Zian tidak membalas senyuman Valerie, dan itu berhasil melunturkan senyuman Valerie. "Sherly, kau bisa mengurus anak-anak yang tidak disiplin, kan?" Pertanyaan Zian segera dijawab dengan anggukan oleh anggota OSIS yang berwajah cantik namun mempunyai raut muka tidak bersahabat.
Anggota OSIS yang bernama Sherly mulai mendekat ke barisan anak-anak yang terlambat. Setiap langkah kakinya selalu menambah ketakutan anak-anak yang terlambat, tangan mereka mengepal erat karena merasa gugup. "Saya tidak akan banyak bicara, kalian cukup berdiri di bawah tiang bendera, hormat dan angkat satu kaki!" Perintah dengan suara dingin namun tegas itu membuat anak-anak yang terlambat kesulitan menelan ludah. Valerie pun begitu, matanya bergerak gelisah, ia melihat ke berbagai arah untuk mencari keberadaan Zian. Gadis itu ingin meminta bantuan pada Zian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (Sudah Terbit)
RomanceCerita sudah terbit dan bisa dipesan ke no 081335232375 Bagi Aralyn Valerie, Elzian Derrel adalah dunianya. Menjadi istri dan memiliki anak bersama Zian adalah salah satu dari daftar mimpinya yang teratas. Cintanya begitu besar. Namun, bagi Zian, di...