Bel istirahat sudah berbunyi. Semua murid berhamburan untuk keluar kelas.
"Hay?" sapa seseorang yang duduk disamping Dela.
Dela melempar senyuman.
"Gue Seli," mengulurkan tangannya.
"Dela," tangan mereka saling berjabat.
"Kekantin yuk?" ajak Seli. Gadis itu mengiyakan, karena memang perut Dela sudah keroncongan sedari tadi.
Setelah tiba di kantin.
Seisi kantin melihat ke arahnya, karena memang seragam yang dikenakan Dela berbeda dengan lainnya.
"Ada yang salah ya sama gue?"
Seli terkekeh "gak ada yang salah dari lo Del,"
"Terus kenapa pada liatin gue?"
"Tau sendirilah, anak baru selalu digosipin,"
"Lo mau makan apa? biar gue pesenin sekalian," lanjut Seli.
"Gue bakso aja sama es teh,"
"Okey," kedua ibu jarinya terangkat.
Dari arah berlawanan, Dela melihat sekelompok lelaki dengan seragam yang tidak dimasukkan ke dalam celana, rambutnya yang acak-acakan. Sepertinya mereka selalu bikin onar di sekolah ini.
Jreng...jrengg "oh Tuhan ku cinta dia.. ku sayang dia.. rindu dia.. inginkan dia.." suasana kantin semakin ramai karena kedatangan mereka yang duduk di sebelah barat.
Dela yang duduk di sebelah utara menggelengkan kepalanya.
Setelah beberapa menit Seli datang membawa makanan dan minuman yang sudah dipesan.
"Taraaa... Santapan sudah siap," sahutnya dengan penuh semangat.
Ketika mereka sedang asik menikmati makanan, lelaki bertubuh kekar itu mendekat ke arah mereka.
"Sel, laper nih. Bagi duit dong!" ucapnya dengan nada memelas.
Dela melirik lelaki itu sekilas, "lohhh..dia?" batin Dela.
"Uang gue cuma 15ribu,"
"Goceng deh gapapa, haus nih butuh asupan air." tukasnya memaksa.
"Iya deh, nih," Seli memberi uang kepada lelaki itu. Namun tangan Dela segera mengambil dari genggaman lelaki itu.
"Apa-apaan?" protes lelaki itu.
"Enak aja malak orang sembarangan!" cetus Dela.
Kedua alis lelaki itu terangkat.
"Kenapa? Mentang-mentang lo penguasa disini? Lo malak anak orang sembarangan! Lo gatau kan susahnya orang tua Seli cari uang!" Cibir Dela panjang lebar.
Dela berhasil mencuri perhatian seisi kantin.
"Udah ngomongnya?" ucap lelaki yang berada di hadapan Dela.
"Satu lagi ya, gue pikir lo itu anak baik-baik. Pantes ya lo dikeroyok waktu tadi pagi!" Cerca gadis mungil itu.
"Del?" Panggil Seli pelan.
"Kenapa Sel? Biar dia tau, kelakuannya udah kelewatan!" ketusnya.
"Dia abang gue Del." bisik Seli.
Kedua bola matanya melebar, mulutnya terbuka sempurna. Rasa malu yang tak karuan.
Dela menyapu pandangan di sekeliling kantin, semua tampak memperhatikan Dela,Gadis itu menepuk jidatnya sendiri. Membuat lelaki yang berada dihadapannya cekikikan.
Dela berlari meninggalkan Seli yang berada di kantin.
"Woy bayar! Enak aja belum bayar main kabur aja!" teriak lelaki itu, kemudian terkekeh puas.
"Makanan gue, lo bayarin dulu bang. Gue mau nyusul dia," ucap Seli kemudian meninggalkan lelaki itu.
Saat ini Dela berada di kelas, memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu begitu memalukan.
Berasa ingin mencabut omongan yang tadi sempat ia katakan.
"Sialan!" nyinyir Dela.
Seli baru saja memasuki kelas duduk di samping Dela, "elahh ninggalin gue segala," gerutu Seli.
"Kenapa lo gak bilang dia Abang lo Seliii!!!" kesal gadis mungil itu.
"Ya tadi gua mau bilang gitu, yaudahlah lupain, lagian juga abang gue mah gak penting."
"Lo tau gak? gue malu banget," menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Segitunya lo malu sama gue?" suara berat dari arah jendela kelas.
"Abangg!!" seru Seli kesal.
Dela melipat kedua tangannya didada. Merasa kesal setelah apa yang lelaki itu lakukan.
"Lo lagi ngapain Bim?" tanya salah satu teman sekelas Dela.
"Lagi liatin dia," jari telunjuknya menunjuk kearah Dela.
Seisi kelas sebelas ipa tiga pandangan matanya tertuju pada gadis bernama Delima Larasati.
Ikutin ceritanya yuk:)
Terimakasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[BUKAN] Orang Ketiga
Teen FictionAda banyak hal yang perlu aku ceritakan, Ada lelah yang perlu aku keluhkan, Ada ribuan air mata yang perlu aku curahkan, Dan aku butuh kamu yang pandai menenangkan dan setia mendengarkan. Selamat membaca 💜