Untuk pertama kali ia menginjakkan kaki di SMA Nusantara. Menjadi siswa pindahan Dela merasa asing di tempat ini.
Bel berbunyi, pertanda pelajaran pertama akan segera dimulai.
"Ini ruang guru sebelah mana?" kata Dela pada diri sendiri.
Ia menelusuri koridor sekolah. Mencari ruangan yang tertulis teachers room.
SMA Nusantara adalah SMA yang terkenal elit dikota Bandung. Bangunannya yang mewah ditambah lagi dengan paras anak-anaknya yang cantik dan keren. Tetapi cenderung terkenal dengan kenakalannya.
Berbondong-bondong murid menyaksikan pertunjukan yang berada tak jauh dari Dela berdiri sekarang. Suara sorakan penyemangat yang begitu luar biasa. Dela mendekati para kerumunan itu.
BUKK!!!
BUKK!!!
BUK!!! Hantaman keras yang meluncur begitu saja.
Dela menutup mulutnya dengan kedua tangan, menyaksikan seorang lelaki dikeroyok. Lelaki nyaris mati karena pukulan yang sangat keras hingga bercucuran darah.
Ingin rasanya Dela segera menghentikan perkelahian itu, namun cara apa yang harus ia lakukan.
Tidak mungkin ia berdiri ditengah mereka. Bisa-bisa Dela malah kena pukulan dari mereka.
Setelah beberapa detik Dela akhirnya bertindak, "Eh ada guru BP!!" teriak Dela.
Satu persatu semua kembali ke kelas masing-masing.
"Urusan kita belum selesai!" Ucap salah satu kakak kelas itu namun tak ada jawaban dari lawannya.
Seorang yang terlibat perkelahian itu memegang perutnya yang kesakitan. Lelaki itu menunduk, menahan rasa sakit yang diberikan lawannya.
Langkah Dela mendekat, melihat jelas darah yang keluar dari pelipis matanya.
"Yaampun lo terluka," ucap Dela.
Lelaki itu mengernyitkan keningnya, namun belum ada sepatah kata yang keluar dari bibirnya.
Dela mengeluarkan sesuatu didalam tas ransel miliknya. Menyodorkan sehelai sapu tangan bercorak motif bunga.
"Buat apa?" tanyanya kebingungan.
"Pelipis lo berdarah, bersihin pake ini." Dela memberikan sapu tangan itu ke genggaman lelaki yang berada di hadapannya.
Lelaki itu menurut perintah Dela, ia hanya mengiyakan.
"Mampus gue!" Gumamnya kepada diri sendiri, "gue pergi dulu ya." Dela kemudian berlalu meninggalkan seseorang yang sedang duduk di dekat taman.
"Eeehh tunggu!!" cegah lelaki itu, namun gadis berambut panjang itu tak menghiraukan.
***
Di koridor, gadis bernama Dela itu berpapasan dengan seorang guru bernama pak Bowo.
Kebetulan jam pertama kelas baru Dela mata pelajaran pak Bowo yaitu matematika.
Dela dan pak Bowo berjalan sejajar menuju ke kelas.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Pagi pak!" serentak seisi ruang kelas sebelas ipa tiga.
"Hari ini kalian akan punya teman baru. Silahkan masuk nak!." Dela memasuki ruang kelas barunya.
"Perkenalkan namamu pada teman-teman barumu nak,"
"Baik pak."
"Perkenalkan, nama saya Delima Larasati. Kalian bisa panggil Dela. Saya pindahan dari kota Jakarta. Semoga kalian bisa nerima saya jadi teman kalian semua. Terimakasih,"
"Jangankan teman, pacar pun gue pasti terima lo dengan senang hati," celetuk murid yang berada meja paling belakang.
"Ngaca dong! Muka burik gitu mau dapet cewe secantik Dela! Mana dia mau sama lo!!" cetus Nadia teman kelasnya.
Seisi ruangan terkekeh tak terkecuali Dela.
"Sudah! Kok jadi ribut gini?" tegur pak Bowo.
"Kamu bisa duduk dimeja yang kosong," perintah pak Bowo kepada Dela.
"Sini bareng gue aja," pintanya pada Dela yang berada di meja nomor tiga.
Lekukan dibibir Dela kian mengembang. Terlihat jelas kedua lesung pipitnya.
Next>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
[BUKAN] Orang Ketiga
Novela JuvenilAda banyak hal yang perlu aku ceritakan, Ada lelah yang perlu aku keluhkan, Ada ribuan air mata yang perlu aku curahkan, Dan aku butuh kamu yang pandai menenangkan dan setia mendengarkan. Selamat membaca 💜