Chapter 5

6.3K 449 15
                                        

Author's POV

Dicky diam, sejujurnya ia bingung mau menjawab apa. Begitu pula dengan Raskal, ia juga terdiam karena merasa tidak enak pada Dicky atas pertanyaanya.

"Err.. nggak perlu di jawab. Sorry gue lancang." Ucap Raskal akhirnya.

Dicky menggeleng, sekilas ia menarik nafas kemudian menghembuskannya dengan pelan. "Nggak apa-apa kok. Yah.. sebelum gue jawab. Elo tau berita itu darimana?"

"Dari temen gue sekelas. Waktu Eris ngomongin tentang elo di kelas, tiba-tiba temen gue nyamber dan ngasih tau soal berita itu." Jelas Raskal. Entah mengapa ia sedikit enggan menatap mata Dicky, antara takut dan canggung.

"Berita itu bener kok. Gue emang gay." Jawab Dicky jujur.

"Oh."

Kening Dicky berkerut, "cuman gitu?"

Raskal akhirnya menoleh ke arah Dicky, keningnya juga sama berkerutnya. "Iya, emang mau gimana lagi?"

"Elo gak jijik sama gue?"

Raskal tersenyum, ia sejujurnya sedih dan iba mendengar pertanyaan Dicky. "Elo kok tanya begituan sih? Ngapain juga gue jijik sama elo? Kecuali kalo elo makan bangke ayam baru gue jijik."

Dicky sedikit tersentuh, tiba-tiba ide gila terlintas difikirannya. Dengan cepat ia raih kedua tangan Raskal lalu menggenggamnya lembut. "Gue sayang sama elo Ras." Ucapnya pelan namun jelas, ia sebisa mungkin mengabaikan ekspresi kaget dari Raskal.

Raskal diam dengan mata melotot dan mulut setengah terbuka. Begitu sadar, ia langsung menarik tangannya dari genggaman Dicky lalu berdiri, berniat meninggalkan tempat ini.

Namun sebelum Raskal benar-benar pergi, Dicky sudah mencekal tanggannya. Bagaimanapun juga Dicky butuh jawaban. Ia tidak mau digantung oleh pemuda manis di depannya ini.

Raskal menghempaskan tangan Dicky, namun tangan itu tetap menggenggan tangannya dengan erat. "Lepas!" Perintah Raskal, meskipun diucapkan setengah berbisik, tapi kentara sekali bahwa satu kata itu penuh dengan penekanan dan sarat akan perintah mutlak.

"Jawab gue dulu Ras."

"Seharusnya gelagat gue udah cukup buat jadi jawaban atas omongan elo. Jadi sekarang lepasin tangan gue!"

"Nggak!! Gue sayang sama elo Raskal sejak kedua kali gue ngeliat elo di ruang osis. Nggak masuk akal emang. Tapi bukannya cinta emang nggak pernah pake logika ataupun otak?"

"Lepasin!!"

"Raskal, kasih gue kesempatan. Please.. gue mohon."

"Lepas!!"

"Raskal.. gue say--"

Buagh

Karena geram Raskal langsung meninju Raskal dengan satu tangannya yang masih bebas. Sampai Dicky mundur beberapa langkah darinya. Bahkan genggamannya pun juga ikut tertarik mundur, sehingga saat ini tangan Raskal terlepas daru cengkraman Dicky.

"Sorry, gue bukan gay. Bye!" Ucap Raskal kemudian berjalan pergi. Meninggalkan Dicky yang tangah memeganggi pipinya yang sedikit bengkak dan membiru.

Dicky menatap punggung Raskal nanar. Ia salah!! Dugaannya ternyata keliru!! Ia kira Raskal akan menerima perasaannya, sama seperti saat Raskal menerima dirinya tanpa memandang orientasi seksualnya. Ia fikir Raskal akan membalas perasaannya. Namun sayang, kali inipun Dicky harus menabahkan hatinya. Lagi-lagi ia ditolak mentah-mentah.

***

Raskal membuka pelan pintu UKS. Ia melemparkan pandangan ke seluruh penjuru UKS, mencari petugas yang biasanya menjaga ruangan ini. Namun tak satupun orang yang terlihat, kecuali dirinya.

You and Me are GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang