BAB 7

96 10 1
                                    

Beberapa meter dari tiga orang tua itu Rian menghentikan langkahnya. Orang tua yang di tengah maju ke arahku.

Dia tersenyum ke arahku. "selamat datang Rhea Green Leaf."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"kamu memang mirip sekali dengan ayahmu. Sudah lama sekali aku ingin bertemu denganmu." kata Pak tua tadi memegang kedua bahuku.

Pak tua ini kenal dengan ayahku?? Berarti disini aku bisa menemukan petunjuk tentang orang tuaku.

Aku melihat pak tua tadi dengan tatapan bingung. Sepertinya tatapanku berpengaruh.

"maaf kalau aku tidak sopan. Namaku Hemdall."

Setelah mengatakan itu Hemdall langsung melihat ke arah Rian. "ada apa dengan saudaramu Rian? Kenapa kalian hanya pulang berdua?"

Rian menunduk. "sebelum masuk portal kami bertemu dengan orang-orang astat dan para penyihir ." Jawabnya.

Senyum Hemdall lenyap seketika.

"Hemdall, ajaklah tamu-tamu kita masuk dulu, biar kita bisa membicarakannya di dalam." Usul pak tua yang ada di kiri.

Pak tua yang di sebelah kanan mengerutkan keningnya mendengar usulan itu. "kau pasti tidak serius. Tidak mungkin kalian membiarkan Rhea masuk ke dalam."

"jangan seperti itu Gordon. Dia tamu kita sekarang."

"benar juga Chaelus, bisa-bisanya aku tidak sopan seperti ini kepada tamu-tamuku," kata Hemdall. "ayo silakan masuk Rhea, Rian."

Saat Hemdal sudah sedikit menjauh dariku, aku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku lagi. Aku langsung menahan tangan Rian saat dia mau masuk ke dalam rumah.

"Kamu, gak ada hal yang ingin kamu jelaskan tentang mereka?" tanyaku. "setidaknya kamu harus tanggungjawab dong. Kan kamu yang membawa aku ke sini."

"tenang aja, mereka itu seperti pemimpin di kelompok ini."jelas Rian.

"masuk aja yuk Li. Aku risih di lihatin terus." Tambahnya.

aku melihat ke sekeliling untuk memastikan jawaban Rian. Benar saja, orang-orang di sekeliling kami semuanya sedang melihat ke arah kami. Aku dari kecil gak terbiasa jadi pusat perhatian seperti ini.

Sepertinya Rian juga tidak biasa menjadi pusat perhatian. Belum selesai aku melihat sekelilingku Rian sudah menarik tanganku untuk masuk ke dalam Rumah.

Rumah di dunia ini sangat mirip dengan Rumah-rumah biasa di duniaku dulu. Di dalam ruang tamu ada meja kayu yang dikelilingi dua kursi panjang untuk dua orang dan satu kursi untuk satu orang. Untuk menggantikan pegas sofa, diatas kursi-kursi itu di tempel bantal untuk sandaran dan dudukannya. Diatas meja ada pahatan kayu yang dijadikan sebagai vas bunga, dari dalamnya bunga-bunga beraneka ragam warna keluar menjulur dengan indahnya.

Dinding ruangan ini diisi dengan belasan lukisan laki-laki tua. Kalau boleh aku tebak pasti orang-orang yang terlukis di sini pasti tetua-tetua yang dulu. Di setiap sudut ruanga ada bunga-bunga yang memberikan aroma menyegarkan. Kalau dibandingkan dengan pewangi ruangan, wangi bunga-bunga ini jauh lebih baik.

Hemdall sudah duduk di kursi untuk satu orang, sedangkan Chaelus dan Gordon duduk di kursi panjang sebelah kanannya. Gordon dan Chaelus tampak berdebat hebat saat aku masuk ke dalam ruangan, sedangkan Hemdall mendendengarkan mereka dengan seksama. Kalau dilihat dari kondisi, sepertinya yang paling dihormati diantara mereka adalah Hemdal. Buktinya saat Hemdall tadi memberikan keputusan tidak ada yang berani membantahnya, padahalnya aku bisa melihat kalau Gorgon sangat tidak suka dengan kehadiranku di sini.

The ArcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang