Bagian III

16 2 0
                                    

Seperti biasa aku pergi ke sekolah. Hari ini aku bilang ke Alex bahwa aku nggak bisa ikut pentas seni, ada kepentingan mendadak. Untungnya dia bisa mengerti.

2 hari lagi pentas seni akan diadakan. Aku melewati hari-hariku dengan datar. Tidak ada yang menghiburku lagi. Setelah pentas seni usai aku pulang. Aku tidak ada niat untuk mengambil obatku. Karena meski aku tidak meminumnya, aku tidak bisa kembali.

Aku menjalani hari-hariku seperti biasa, seperti sebelum aku menemukan dunia baru. Aku mulai bisa membiasakan diri tanpa dunia itu. Aku tidak berharap sembuh tapi.. Aku juga tidak ingin sakit. Aku menjual rumahku dan membeli rumah yang lebih kecil dan dekat dengan sekolah. Paling tidak aku tidak capek-capek saat membersihkan rumah. Sekarang aku mempunyai hobi baru yaitu membaca buku karena aku benar-benar tidak punya hal yang bisa dikerjakan. Entah sampai kapan hidupku akan terus membosankan seperti ini.

Itu bukanlah dunia khayalan. Jika kau yakin kau akan kembali.

Aku terbangun dari tidurku dan aku benci saat mengerti bahwa hari ini adalah hari Minggu. Mimpi itu sangat aneh. Dulu aku diancam karena masuk ke dunia itu. Sekarang disuruh yakin akan adanya dunia itu.

Hari ini aku sangat malas memasak aku ingin makan di luar. Aku teringat dengan restoran di persimpangan jalan. Aku ingin pergi kesana. Aku mandi dan memakai baju terbaikku. Aku mengambil tas kecilku dan mengambil beberapa uang. Aku bersiap untuk makan.

Hidup ini singkat bukan? nikmati saja.

Aku tiba di persimpangan jalan menunggu lampu menjadi merah agar aku bisa menyebrang dan makan sepuasku.

" Oppa? ". Apa aku salah lihat, aku melihat oppa , kalau memang aku kembali. Bukannya dia ada di Paris.

Aku hanya diam membeku. Tidak bergerak sedikit pun. Oppa menghampirku. Aku tetap diam.

" Aku nggak akan lama kok.. Cuma 4 atau 5 hari aja ". Katanya sambil memelukku. Aku tidak tersadar bahwa aku di depan bandara.

" Nih jaketnya. Aku belikan sendiri. Jangan sakit ya.. Adkikku manis. Makan yang teratur. Belajar yang giat ". Katanya.

Dia berkata seakan-akan mau pergi jauh.

" Berikan jaket itu setelah oppa kembali!! ". Kataku lalu pergi meninggalkannya.

" Gidaryeo, Yerim-a!! (Tunggu aku.. Yerim!!) ". Aku tidak menoleh sedikit pun.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sudah 2 hari sejak oppa ke Paris. Aku mandi setelah menaruh tas sekolahku di kamar. Aku belum bilang sebelumnya. Di kamar mandi ada sebuah kaca kecil diatas wastafel. Aku tidak pernah berkaca disitu tapi, hari ini aku hanya berdiam diri dan melihat wajahku di kaca itu. Entah itu hanya halusinasiku atau bukan tapi.. Kulihat diriku menghilang sekejap. Mungkin ini pengaruh dari penyakitku.

Aku takut dan langsung keluar dari kamar mandi. Aku bersisir di depan kaca di kamarku.

Kraataak.. Kraataak..

" Suara apa itu? ". Pikirku sambil melihat sekitar. Aku tidak menghiraukannya dan kembali berkaca tapi..

" AAAAAAAAHHHHHH!! ".

Aku melihat sekujur tubuhku retak dan menghilang sedikit demi sedikit. Aku merasa sangat lemah. Tapi aku menguatkan kakiku dan meraih smartphone di tempat tidurku.

" Oppa... Oppa deowajuseyo... (Bantu aku...) ".

" Yerim-a? Yerim-a waegere?! (Ada apa?!) ".

Dream SiblingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang