01

186 39 45
                                    

"Sebenernya, pacarnya kak Edra itu siapa sih?"

"Iya. Gue juga gak tau. Dia itu punya pacar atau enggak sih?"

"Entah. Atau jangan-jangan,-- itu cara dia aja supaya kita berhenti berharap sama dia?"

Sekiranya itulah yang kudengar dari mereka, para gadis penggosip, yang sedang berkerumun di meja urutan ketiga tepat di depan mejaku.
Bukan maksudku untuk menguping, sayangnya mereka berbicara terlalu keras jadi bukan salahku juga kalau gosipan mereka bisa sampai terdengar ditelingaku.

Tapi tidak ada salahnya juga kan mendengar? Toh aku kan juga penggemar dari orang yang sedang mereka bicarakan. Siapa tau aja dapat berita baru, menguntungkan juga bukan?

"Tapi, gue pernah liat di instagramnya kak Edra, ada foto dia berdua sama cewek! Jangan-jangan itu ceweknya!"

"Oh ya? Ceweknya cantik gak? Cantikan mana sama gue?"

"Cih. Mana gue tau. Muka cewenya itu... di-sen-sor!"

"Anjir! Kepoin!"

Aku mendengarkan mereka diam-diam sambil membaca buku novel di tempat dudukku. Aku tidak maksud dengan yang sedang kubaca saat ini karena telingaku terus saja mendengar gosipan dari mereka. Aku menghela nafas. Kututup buku novel yang kupegang lalu kuletakkan diatas meja. Aku melipat kedua tanganku dan langsung saja kulempar ke muka meja bersamaan dengan wajahku yang ikut tenggelam diantaranya. Seolah-olah mencoba untuk tidur. Meski nyatanya aku tetap terjaga mendengarkan mereka dengan seksama.

Hingga akhirnya kudengar suara mereka senyap. Aku bangkit dan melihat. Ternyata ketua kelas datang tiba-tiba sembari membawa kumpulan lembaran kertas yang katanya adalah nilai kuis kimia minggu kemarin. Dengan meminta bantuan temannya, ketua kelas yang bernama Altaf itu langsung saja mengembalikan kertas kuis kepada sang empunya masing-masing.

Acuh tak acuh dengan hasil nilai kuis mereka, Kelompok itu kembali menggosip ria.

"Ohiya gue baru inget! Gue pernah ngeliat kak Edra jalan bareng sama cewek!"

"Itu ceweknya?!"

"Usut punya usut pas gue cari tau, ternyata--"

"Itu siapa?"

"Sepupu dia."

"Kampret. Kagak usah dibilang pea kalo itu mah."

Ah dasar! Aku sempat terkecoh juga saat mendengarnya. Aku masih penasaran. Aku malah jadi terus memikirkannya. Kuharap ini tak sampai membuatku terjaga malam nanti. Dan malam seterusnya. Dan malam lusanya. Dan malam-malam seterusnya. Ah! Kak Edra sungguh membuatku penasaran.

Sebenarnya, siapa sih pacar dari seorang Edra Demaztara?

Kenapa sampe sekarang mereka belum memecahkannya juga?

"Maudy Randusufi?"

Kehadiran Tirta selaku wakil ketua kelas membuatku tersadar dari lamunanku. Pria itu memberiku selembar kertas bertuliskan namaku disana serta nilai bertinta merah yang ada di dalam lingkaran tak jadi di samping namaku. Tertulis angka 45. Duh! Jelek banget. Aku langsung segera melipat kertas itu dan kusembunyikan kedalam tas. Setelah mengucapkan terima kasih pada Tirta, pria itu lalu kembali lagi membagikan kertas kuis kepada yang lainnya.

Aku mengernyit. Telapak tangan kananku menopang wajahku dengan siku yang menumpu di atas meja. Aku kembali melamun. Ah! Aku masih penasaran. Aku harus mencari tahu siapa nama pacar kak Edra. Tapi bagaimana caranya? Apa perlu kubuntuti dia? Ah jangan. Nanti malah menimbulkan masalah. Apa aku harus menunggu jawabannya dari para gadis penggosip itu? Ah terlalu lama. Lalu bagaimana caranya? Huh! Pokoknya aku harus mencari tau caranya segera.

Aku harus cari tau. Ya, Tapi setelah aku selesai mengurus yang satu ini dulu. Aku harus mengurus ; bagaimana caranya supaya mama tidak tau kalau nilai kuis kimiaku anjlok.

Aku harus cari cara agar mama tidak marah padaku.

Aku harus cari cara agar mama tidak memotong uang jajanku, menyita semua novelku, dan mengharamkan remot dan televisi di rumah.

Setelah itu, barulah kucari cara untuk mencari tau nama pacarnya kak Edra. Kalau begini, Adil bukan?

●●●

New Publish New Version! Yuhuu! Terus kasih saran dan komentarnya ya :) terima kasih untuk yang sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini.Terus vote juga ya gaes!😍😘 thnx❕□

RemaudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang