"Macet. Mendingan lo hafal sekarang semua unsur kimia" Pinta Revaldo dengan muka datarnya seraya memberikan tabel unsur-unsur kimia kepadaku. Aku lalu mengangguk menuruti.
"Iya sabar-sabar"
Aku lalu mengambil tabel unsur-unsur kimia dari tangan Revaldo. Kupandangi seksama tabel tersebut. Aku coba membaca dan meratapi dulu hingga akhirnya mulutku bergerak berkomat-kamit menghapal unsur-unsur kimia yang dipinta Revaldo. Setelah itu terdengar suara tante Kara yang mengatakan sesuatu dibalik dapur.
"Ini! Makan dulu. Istirahat dulu gih belajarnya" kata Tante Kara yang muncul dari dapur sambil membawa sepiring kue.
Aku terbelalak. Itu kue red velvet! Kue red velved adalah kesukaanku! Wow! Tante Kara tepat sekali.
"Nih, kue kesukaan kamu mama taruh disini, ya?"
Tante Kara meletakkan sepiring red velvet tersebut diatas meja. Revaldo menyukai kue red velved juga ternyata, tak kusangka kami mempunyai selera yang sama. Ah tapi tidak ah! Males banget satu selera dengan Revaldo. Dih.
Revaldo lalu membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja. Cowok itu memindahkan beberapa buku ke sofa disamping tempat duduknya. Aku juga melakukan hal yang sama. Setelah sudah beres aku lalu berniat untuk mengambil sepotong red velvet di atas piring karena sudah terlalu tergiur dibuatnya. Tanganku mulai mengambil salah satu potongan kue itu.
Disaat yang sama, sentuhan tangan dingin mendarat di punggung tanganku. Tangan itu memegang tanganku. Kupastikan tangan itu juga ingin mengambil sepotong kue yang sama yang kupilih.
Aku melirik sekilas ke arah Revaldo. Dia sedang menatap layar ponsel. Tunggu! laki-laki itu sedang menatap hal lain? Itu artinya ini tidak disengaja. Apa ini kebetulan? Matanya lalu melirik ke kue yang sedang kami pegang. Dia lalu beralih melirikku. Dia tersentak dan melepas pegangannya. Aku juga.
"S-sorry" ucapnya canggung. Revaldo salah tingkah. Tak bisa kuyakini bahwa aku juga salah tingkah. Revaldo lalu mengambil potongan kue yang lain.
Pipiku memanas. Dengan perlahan aku lalu mengambil sepotong kue yang lain. Aku memakan kue itu. Aku gugup. Apa ini? Perasaan apa ini?
"Enak loh kuenya! Nyokap lo jago bikin kue ya?" Ucapku spontan agak terkekeh mencoba menghilangkan rasa aneh yang sedang aku rasakan.
Revaldo hanya mengedikkan bahu acuh.
"Kok gak tau? Tante Kara 'kan nyokap lo? Masa sama nyokap sendiri gak tau?"
"Kenapa? Suka?" Tanyanya spontan. Agak ambigu. Aku sedikit bingung dari maksud pertanyaannya.
"S-suka...apa?"
"Sama kuenya lah. Emang sama siapa lagi?" Sahutnya agak ketus.
Dan akhirnya aku baru maksud. Aku lalu mengangguk pasti seraya tersenyum sumringah. Karena jujur aku sangat suka sekali dengan kue buatan tante Kara.
"Iya. Suka. Lo bisa bikinnya?"
Revaldo mengacuhkan aku lagi. Dia lalu bermain dengan ponselnya saat dia sadari bahwa ponselnya bergetar. Aku lalu menghela nafas sabar.
"Huh sabar aja Maudy sabar" bisikku pelan. Aku mengambil kue lagi kemudian dan memakannya.
"Yok kita belajar lagi!" Ajaknya menegapkan badan dan meletakkan ponsel diatas meja. Dia melirikku sekilas menyadari bahwa aku sedang makan. "Yaudah belajarnya sambil makan"
Dia membuka halaman buku. Revaldo lalu menyandarkan punggungnya ke sofa, masih mencari. Sepertinya dia sedang mencari latihan soal yang pas. Aku masih terus makan dengan santai. Aku kesal padanya. Ah kuacuhkan sajalah dia biar dia tau rasa.
Detik berikutnya kudapati dia melirikku diam-diam. Beberapa kali. Aku merasa heran kenapa dia melirikku terus-terusan. Dia masih terus melirikku. Apa sih? Kenapa dia liat-liat terus? pipiku langsung memblushing malu. Dia sukses membuatku salah tingkah. Ah sial.
"G-gue mau cuci tangan dulu" kataku mohon pamit sebelum Revaldo mendapati wajahku yang memerah.
Aku lalu berjalan tergesa-gesa menuju wastafel. Aku melewati sebuah cermin. Tunggu! Apa itu! Aku tadi melihat sesuatu. Aku lalu mundur selangkah kembali pada cermin yang ku lewati. Kupandangi diriku dibalik cermin lekat-lekat. Dan akhirnya kudapati sesuatu menempel di ujung bibir. Sebuah krim.
Aku mencebikkan bibir. Jadi dari tadi anak itu melirikku hanya karena ini? Dasar! Kenapa dia tidak memberi tahuku?
Aku lalu langsung segera mencuci tangan dan kembali ke tempat Revaldo dengan perasaan kesal bercampur emosi. Aku akan diam. Aku tidak mau belajar aku cemberut aku memanyunkan bibir. Aku sangat sangat kesal.
"Maudy kenapa?" Dengan polosnya Revaldo mengatakan itu padaku. Aku langsung melempar tatapan kesal padanya.
"Lo tau ada krim di muka gue? Kenapa lo gak bilang?" Serbuku sinis.
Dia terkekeh. Baru kali ini kulihat dia terkekeh. Tapi aku tak luluh.
"Jahat banget sih. Lo pengen buat malu gue? Makanya gak ngasih tau?" Ucapku makin kesal.
Dia menatapku membawa perasaan bersalah.
"Udah ah gue males. Gue gak mau belajar. Lo ngajar aja sendiri" kataku kesal. Aku membalikkan tubuh seraya melipat tangan ke perut.
Hening beberapa saat.
Aku mengintip aku berbalik. Dan kudapati Revaldo hanya diam saja dengan wajah datarnya sambil memainkan ponsel miliknya. Aku menutup mulutku yang terbuka lebar. Sungguh tidak di sangka-sangka. Kumohon ajarkanlah dia cara menjadi peka!
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaudra
Teen Fiction|And i felt so heartless, when i have loving two heart without permission||Copyright©2017-All Rights Reserved|