"Mama nemuin kertas ini di dalam tong sampah. Kamu yang buang?"
Mama memandangiku tajam. Pandangan mama mengerikan, membuatku tak mampu menatapnya. Yang bisa kulakukan hanyalah menunduk saja.
"Kok nilai kamu bisa sejelek ini sih?"
Mama menyipit melihat baik baik nilai di kertas kuis yang sudah lusuh karena kuremas sebelum dibuang. Alhasil raut wajah mama tampak tak suka dengan nilai yang tertoreh disana.
"Enggak tau" jawabku tak yakin sambil mengedikkan bahu.
"Kok enggak tau?"
"Habisnya pas aku ngerjain soalnya, aku bisa-bisa aja ngisinya. Tapi pas nerima hasilnya, gak tau deh ternyata gak sesuai harapan" jawabku polos sambil memasang tatapan nelangsa. Berharap agar mama kasihan dan tidak jadi marah padaku.
Mama mencebikkan bibir kesal sambil menggeleng. "Kamu ini belajar enggak sih?"
"Belajar kok"
"Tapi sambil nonton tv?"
Jleb.
Pertanyaan mama sontak langsung membuatku terkekeh. Tak dapat terelakkan, karena yang mama katakan itu adalah benar adanya. Aku pun hanya cengengesan tak berdosa.
"Mama tau aja" kataku menyengir.
Kulihat mama menghela nafas panjang lalu menggeleng. Kemudian ponsel mama berdering membuat mama tak mungkin melewatkan telepon penting dari kantor. Mama lalu menjawab telepon itu dan berbalik. Beliau berjalan beberapa langkah menjauhiku sangking seriusnya.
Aku juga berbalik berlawanan arah. Berniat untuk kabur menuju kamar tidurku, namun sayangnya tidak jadi karena mama sudah keburu selesai menelepon dan memanggil namaku. Aku menghentikan langkah dan berbalik menghadap mama lagi. Aku menyengir dan memasang wajah-wajah polos tak berdosa.
"Kamu jaga rumah. Mama mau pergi dulu."
Mataku langsung membesar tak percaya. Kupikir mama akan memarahiku lagi, tapi ternyata tidak.
"Mama mau kemana?"
"Mau kerja, sayang. Senang kamu 'kan? Gak jadi mama marahin?" Ucap mama seakan tau apa yang sedang kupikirkan.
"Enggak kok. Aku malah sedih mama pergi" ucapku rada polos agaknya menampilkan tatapan mata berbinar, menyedihkan.
"Gak usah kayak gitu. Mama gak bakalan baper. Kamu jaga rumah, belajar, dan jangan kemana-mana. Ngerti?" Kata mama memberi perintah. Sontak aku pun mengangguk patuh.
"Siap bosmama!" Kataku sambil memberikan salam hormat ke mama yang langsung saja mendapatkan gelengan heran dari mama.
Mama kemudian pergi meninggalkan rumah.
Huh.
Aku tau hari ini tidak ada acara tv yang bagus. Aku juga sudah bosan membaca semua buku novel yang kupunya. Aku sedang malas belajar. Tidak ada yang bisa kukerjakan. Yang kulakukan pada akhirnya adalah ; menyandar malas di sofa dan memikirkan apa yang ingin kulakukan sekarang.
Ah aku tau!
Kenapa gak jalan-jalan keluar aja? Tidak apa-apalah melanggar perintah mama sekali. Daripada bosan di rumah, lebih baik aku keluar saja. Mama juga akan senang bila putrinya tidak stres.
Aku lalu berinsiatif untuk keluar rumah sambil naik sepeda. Karena sepertinya jalan-jalan sore mengelilingi komplek bisa menghilangkan rasa jenuh yang menguasai lautan samudra yang ada di kepalaku. Aku pun mulai berkeliling komplek sekitar.
Tiba-tiba mataku terfokus pada sebuah rumah yang tampak penghuninya itu tengah sibuk beres-beres seperti orang yang baru saja pindah. Persetan, aku pun kembali lagi mengayuh sepeda merahku mengelilingi seantero komplek perumahan.
Sambil bersenandung ria, aku masih menyusuri komplek dengan santainya. Saat aku hendak akan berbelok, mataku terbelalak begitu melihat seseorang tengah berjalan di depanku dengan tangan di saku celana sementara sepedaku mengarah kepadanya.
Refleks aku pun berteriak.
"WOOAAAAAA..!!"
Dia langsung saja berhenti melangkahkan kakinya sambil mengernyitkan dahi menatapku heran.
Jujur aku mendadak pucek kala melihatnya berdiri beberapa senti dari sepedaku. Aku tidak punya pilihan lain. Lalu tanpa pikir panjang aku pun langsung saja membanting setir ke kiri. Hingga akhirnya sepedaku mendadak jadi oleng-oleng gak jelas.
BRUUK..
Aku akhirnya sukses mendarat diatas rumput jepang dengan sepeda menimpa. Aku meringis.
"Aaahh... sakit banget. Anjir, pakek kagak ngeliat ada orang segala lagi. Aduh..." kataku mengumpat pada diriku sendiri.
Aku kemudian menepuk-nepuki bajuku yang kotor. Lalu aku teringat dan langsung menoleh melihat cowok yang hampir saja aku tabrak barusan.
Kudapati Dia, dengan cueknya hanya melihatku tanpa tampang kasihan sama sekali. Dan oh lihat! Dia mengalihkan pandangannya dari diriku kedepan, bermaksud memalingkan wajah dariku. Dia juga dengan santainya kembali berjalan lagi.
Aku mendadak terpelongo.
Aku melihat dia masih berjalan lurus kedepan, mengacuhkan aku yang baru saja jatuh dari sepeda. Mengacuhkan aku dengan kondisi yang bisa dibilang cukup memiriskan.
Dia sungguh menganggapku bagai makhluk tak kasat mata. Mulutku menganga mataku membulat. Apa benar benar ada spesies setega dia?
"Woy!! Bukannya bantuin gue, lo malah sekadar liatin lalu pergi gitu? Cuma sekedar liatin, please? Gila ya, dasar cowok gak punya perasaan!!"
Dan bodohnya, aku cuma bisa ngedumel kesal merutuki dia habis-habisan, dalam hati doang.
●●●
A/N:
.
.
.
Keep reading baby😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaudra
Teen Fiction|And i felt so heartless, when i have loving two heart without permission||Copyright©2017-All Rights Reserved|