6. Hello, 짐.

25 2 1
                                    

"Jeon, bisa kau singkirkan tanganmu itu?"

"A-ah, m-mianhaeyo."

"Aku masih punya mata, jika kau lupa."

.

"Woah. Saeloun yeoja chingu, Kook-ah?"

_











Aku dan Jungkook menghentikan langkah kami seketika. Aku menoleh ke belakang dan memandang Jungkook dan pria bermata bulan sabit itu bergantian seolah meminta penjelasan.

Jungkook yang seolah mengerti gesture ku pun mengendikkan bahunya tanda tak mengerti.

"Bicara apa kau, Chim? Kita ini hanya-"

'AWAS! SEMUANYA MENYINGKIR! BIAR KU TANGKAP BEDEBAH SATU ITU!'

'HEI JANGAN KABUR KAU, SIALAN!'

BRUK.

Tubuhku tertabrak begitu keras.

Semuanya terjadi begitu cepat. Aku hampir tak menetahui apa yang terjadi.

Tubuhku tiba-tiba limbung dan jatuh ke lantai. Tapi anehnya aku tak merasakan sakit. Malah aku mencium aroma Armani Code di sini. Hei, sejak kapan Jujeon mengepel lantai menggunakan parfum mahal?

"Gwechanna?" Bariton itu membuyarkan hipotesis bodohku.

Tunggu dulu. Jadi, ini bukan lantai?

Lalu?

Aku segera melirik ke atas. Obsidian ku langsung bersirobok dengan onyx Jungkook. Maniknya begitu kelam. Hitam layaknya arang. Mungkin akan tampak sedikit keabuan jika pagi seperti ini. Aku tertegun. Sungguh, aku tak bisa menampik kenyataan bahwa Jungkook itu tampan. Ditambah lagi, Armani Code nya yang terus-terusan menusuk indra penciumanku.

Mother Theresa, kenapa bocah tengik ini terlihat jauh lebih tampan jika dilihat dari atas begini?

Kami masih terdiam.

Tak menyadari keadaan di sekitar kami yang mulai ramai oleh siswa-siswi sebelas sembilan yang sudah mengepung kami membentuk setengah lingkaran.

Tangan kiri Jungkook masih melingkar di pinggangku dan tangan kanannya masih memegang kepalaku. Dia masih terus bertahan di bawahku dengan punggungnya yang mencium lantai.

"Aish. Hei, pasangan baru. Jika kalian sudah tak tahan, langsung ke hotel saja. Yakin kalian ingin bercinta di koridor kelas?" Pecah sebuah tenor. Aku sontak kaget dan melotot mendengar penuturan laki-laki itu.

Hei, apa?

Aku pun bangkit dari dekapan Jungkook dan berdiri dengan tergopoh-gopoh. Begitupun dengan Jungkook dia sontak bangun dan menepuk bokongnya yang mencium lantai tadi.

"Jaga bicaramu." Ucapku dengan nada yang tak bersahabat.

Lelaki bermata bulan sabit itu hanya tertawa meremehkan. "Tak usah malu-malu begitu, Jinhye-ah. Wah, Jungkook hebat juga yah bisa menaklukkan dallaegi eolyeoun* sepertimu?"

(Kepala batu).

"Aku bangga padamu, Kook-ah." Lanjut pria bermata bulan sabit itu sembari menunduk menepuk bahu Jungkook.

Jinhye mengepalkan buku tangannya sampai memutih. Wah. Ini pertanda tak bagus.

Jinhye yang marah terdengar tidak menyenangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prfct Sch DiariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang