Part 5

65 7 5
                                    

Aku kalah lagi dengan rindu.
Rindu ini curang, selalu bertambah dan aku tak tau bagaimana cara mencegahnya.

----------***----------

"APA???" Diah segera menutup kedua telinganya ketika mendengar suara yang begitu menggelegar, untung saja mereka berada diruangan kedap suara milik Diah.

"Eh, tu suara bisa gak dikecilkan volumenya, woles aja ngapa?"

Bianca berjalan mondar mandir gak jelas sambil menggigit kuku jarinya. Lalu berhenti dengan berkacak pinggang menatap Diah dengan gusar.

"Bukannya gitu, lo yakin ngambil keputusan ini?" Tanya Bianca dengan khawatir.

"Gue yakin, gue akan menerima konsekuensinya." Jawab Diah dengan tersenyum hangatnya.

"Hah...kalau gitu gue akan ngedukung lo bahkan gue akan nolongin lo. Jangan sungkan-sungkan minta bantuan sama gue, tapi jangan tengah malam nanti lo ngerusak mimpi indah gue, oke?" Cibir Bianca.

"Iya sahabatku sayang, aaaa jadi gemes deh." Diah mencubit kedua pipi Bianca.

"Arrrgh sakit bego, lo bikin pipi gue jadi bakpau tau..." Ringis Bianca dengan menepis tangan Diah dari pipinya.

Diah tersenyum manis lalu memeluk tubuh Bianca." Makasih ya untuk selalu ada buat gue." Ucap Diah dengan lembut.

"Dalam persahabatan gak ada kata makasih atau pun maaf karena lo berharga bagi gue, Diah." Ujar Bianca tulus.

Diah hanya mengeratkan pelukannya karena dia begitu bahagia karena mempunyai sahabat seperti Bianca. Dengan adanya Bianca akan membuat hatinya lebih tenang.

----------***----------

Waktu pulang kerja telah usai, namun Diah masih tidak bergeming dari tempat duduknya. Bianca telah pulang beberapa menit yang lalu karena ada acara keluarga.

"Ini adalah keputusan yang terbaik." Ucap Diah meyakinkan dirinya dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya dan membuangnya pelan.

Diah bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan meninggalkan ruangannya. Namun tiba-tiba lantainya licin sehingga Diah kehilangan keseimbangan.

"Hua..." Teriak Diah reflek karena sontak membuat tubuhnya terhuyung kebelakang.

Diah hanya bisa menutup matanya dan berharap agar tulang badanya tidak bergeser dari tempatnya jika tercium oleh lantai.

"Kok gak sakit ya? Rasanya kayak melayang gitu? Apa gue udah berada di alam lain. Masa iya jatuh terpleset lantai aja gue udah koit?" Ujarnya dalam hati dengan bingung.

Diah dengan cepat langsung membuka matanya dan---

DEG

Sepasang mata hanzel coklat menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Diah langsung tersihir oleh matanya yang begitu menggoda dan dengan diiringi debaran jantungnya yg berdegup kencang, namun Diah dengan cepat mengumpulkan kesadarannya dan langsung berdiri tegap.

"Ekhem." Diah berdehem. "Apa yang anda lakukan disini?" Tanyanya dengan menetralkan debaran jantungnya.

"Aku disini hanya ingin memastikan semoga kamu tidak salah mengambil keputusan." Jawab Agra dengan tersenyum miring.

"Tentu." Sahut Diah dengan tersenyum misterius.

"Sekarang ayo kita pergi!" Ajak Agra sambil menggandeng tangan Diah yang membuatnya terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Respect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang