ANATHA
Aku takut..
Bukan, aku sangat takut. Derap langkah pembunuh itu semakin mendekati kami. Aku berpikir keras. Menyelamatkan nyawa ibuku sekaligus adik laki-lakiku adalah hal yang tak boleh kusia-siakan sekarang. Namun, sulit memastikan bahwa kedua orang yang kau sayang akan tetap berada disampingmu sementara waktu bergerak terlampau cepat. Jarak diantara keduanya pun terlalu jauh. Kami berada di kamar Ibu sementara Adikku disekap di bawah rak lemari dapur, sementara sang pembunuh semakin mendekati kami.
Aku harus segera memilih.
Atau kita semua akan Mati.
Kegelisahanku mulai memuncak ketika Mata kami saling bersitatap. Tanpa pikir panjang, Ibu memakaikan jaket kulitnya pada tubuhku sambil berbisik pelan "Saat ibu mengalihkan perhatiannya, ambil adikmu dan temui paman Beno. Turuti apapun perintahnya, percayailah dia. Dan jangan pernah kembali jika kalian sayang pada ibu." Ibu bergetar dalam setiap bait kata-nya. Tapi ia tetap berusaha tegar dihadapanku.
Aku mengenggam erat kedua tangannya yang memucat.
"Tapi, aku tidak mau meninggalkanmu sendirian, Bu." Isakku.
"Percayalah, semua akan baik-baik saja." Ia menatapku dalam senyuman yang menenangkan.
"Tidak, aku tidak mau bu. Aku terlalu takut." Aku terisak pelan.
Dengan nada keibuan, ia membelai pucuk kepalaku "Sayang, buang rasa takut itu jauh-jauh. Ibu ingin kamu menggantikan posisi Ibu sebagai pemimpin keluarga sekarang, kenapa? Karena ibu yakin kamu sudah dewasa. Ibu yakin anak Ibu bisa menjaga dirinya sendiri dari para bedebah ini."
"Apa yang mereka inginkan dari kita, Bu?" Aku terus saja terisak sementara Ibu menjawab.
"Salah-satu dari keluarga kita memiliki petunjuk pada sesuatu yang amat sangat berharga. Manusia serakah banyak yang mengincarnya termasuk mereka. Kita tidak ingin barang mengerikan itu disalahgunakan lagi, bukan? Jadi jangan sampai mereka berhasil merampasnya atau usaha kita selama ini akan sia-sia. Apapun yang terjadi, lindungi rahasia itu walaupun dengan nyawamu sekalipun. Jangan takut untuk kehilangan ide, sayang. ide akan selalu muncul apabila kamu memintanya."
"B-bahkan aku tidak tahu apa rahasia itu, Bu. Mengapa kita terus saja diincar oleh orang jahat itu?"
Perlahan bibirnya yang ranum itu mendekat pada daun telingaku kemudian membisikkan sesuatu. Aku hanya bisa tercengang mendengarnya. Tidak mungkin..
"Maaf sudah membuat kalian berada di posisi ini, sayang. Kenyataan pahit yang harus kita telan bersama. Inilah resiko yang harus kita jalani, tapi ibu yakin selalu ada cara untuk memperbaikinya jika kita terus berusaha. Selama kita berada di jalan yang benar sekalipun itu adalah hal terakhir yang bisa kita lakukan, jalani dan yakinlah bahwa kamu tidak pernah sendiri. Kami tak pernah meninggalkanmu berjalan sendiri, sayang."
Aku menatap matanya yang bulat. Air mataku tak mampu kubendung lagi. Terlalu berat rasanya.
"Sekarang, pergilah ke utara, temui paman Beno dan bilang padanya 'batalkan misi, lakukan rencana M. Lokasi acaknya berhasil tertembus.' Sampaikan permohonan maafku pada mereka karena tidak bisa menjaga rahasia keluarga ini lebih lama lagi. Kini Ibu meneruskannya padamu. Ibu mohon, lakukan apa yang Ibu bisikkan tadi. Ibu akan mengalihkan perhatiannya dan kalian berdua bisa pergi." Ia mengecup keningku lamat-lamat, lalu kedua pipiku. "Jadilah pemberani untuk ibu."
Tubuhnya mengendap-endap mendekati pembuhuh itu. Ia mengeluarkan pistol yang terjatuh dari pembunuh yang meninggal terlebih dulu di belakang kami. Saat mata kami saling bersitatap, Aku tahu itu adalah tatapan kepedihan terakhir untuknya padaku. Tubuhnya menghilang dari balik tembok kamarku, sudah waktunya untuk membebaskan adikku dari dalam lemari. Adikku terbaring lemah dan pucat, lalu kuangkat tubuhnya pergi menuju pintu belakang. Terjadilah baku tembak sengit antara kedua makhluk itu. Erangan pedih diikuti suara tembakan dari dua pistol. Pertanda sudah berakhirnya nasib ibuku dan juga si pembunuh itu. Secepat itu pula, rasa hangat di dalam jaket ibuku hilang.
***
Bagi para new reader di cerita saya, welcome and enjoy my story! Maaf kalo kalian merasa bingung dengan alur ceritanya. Tapi, saya harap kalian terus ikuti part selanjutnya.
Vote and comment if you like or maybe have question on this chapter. Terima kasih!
NERSY
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pembelot
Science Fiction🙇♀️ HIATUS 🙇♂️ "Akankah kau berani mengatakan keingintahuanku merupakan sebuah anugrah, ataukah hanya berupa titik-titik buta untukmu melangkah?" Larilah sebelum kau menjadi bagian berikutnya.. Anatha dan Dennis mengetahui bahwa fakta hidup suka...