Bag. 1

10.8K 604 75
                                    

Terkadang sebuah rasa memang tidak terduga-duga akan datang pada siapa, kapan dan dari mana sumbernya. Perasaan manusia itu tidak mudah ditebak. Karena tidak semua orang yang merasakan bahagia akan tertawa dan tersenyum. Pun, tak semua orang yang sedih akan menunjukkan tangis serta raut cemberut.

Masing-masing orang kelak pasti merasakan apa itu cinta. Hanya saja, mereka tidak pernah tahu kapan, pada siapa dan bagaimana mereka akan mulai bisa mencinta. Setiap orang juga tak selalu mampu mengendalikan apa yang tengah dirasakannya, bukan? Bahkan sering kali, ada orang yang justru tak sadar dan tak dapat memahami isi hatinya sendiri.

Apakah kau sekarang sedang jatuh cinta tetapi kau tidak menyadarinya?
Atau ada seseorang yang selama ini mencintaimu tetapi kau tidak mengetahuinya?
Siapa yang tahu, kan?

~ x ~

Motor Satria berwarna biru itu menghentikan lajunya di depan sebuah bangunan yang tampak sepi dan mencekam. Jika memang pantas disebut demikian. Lantas kedua pemuda yang berada di atas motor itu memijakkan kaki secara bersamaan ke atas tanah penuh kerikil. Disambut angin penuh debu yang membuat pandangan sedikit perih. Salah satu dari mereka, sosok pemuda berpipi agak gembul yang duduk di boncengan belakang kelihatan tercengang menatap pintu putih bertuliskan...

'HATI-HATI! SEKALI KAU MASUK SELURUH RAHASIAMU AKAN TERBONGKAR'

Yang ada pada bangunan rumah di depannya. Sehingga membuat dirinya bergidik ngeri dan mengkerut di posisi. Meski ini hanya perasaannya saja, tetapi ia yakin kedatangan mereka kemari bukan lah sebuah ide yang bagus.

"Ko, ngapain sih kita di tempat kayak gini?" tanyanya pada sang kawan, Handiko, yang tengah bersiap-siap turun dari motor.

"Emangnya kenapa, Yan? Lo gak suka?" Handiko menoleh Fabian yang menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Bukannya nggak suka. Cuma... nggak nyaman. Suasananya agak lain gini perasaan," ujar Fabian merespons. Ia tetap duduk anteng di atas boncengan ketika penyangga motor sudah diturunkan. "Ini tempat apa sih emangnya? Lo mau apa ngajak gue ke sini segala?" tanyanya lagi.

Handiko sok berpikir, mencari-cari jawaban yang sekiranya tidak akan dicurigai. Mengingat tujuan kedatangannya karena mempunyai salah satu urusan yang bersangkutan dengan sosok di sampingnya kini. "Euh ... gue ada urusan bentar sama seseorang di dalam sana. Makanya lo gue bawa buat nemenin," jawabnya diakhiri senyuman sok tampan.

Fabian mendengus. "Bukan urusan yang macem-macem kan, Ko?"

Handiko berdecak. Memukul pelan bahu sahabatnya. "Udahlah, lo turun aja. Nanti juga lo tau, kok." setelah berkata begitu ia melangkah duluan.

Fabian mau tidak mau turun dari atas boncengan, tapi lebih memilih tetap bergeming di samping motor sambil memperhatikan kawannya yang berjalan menuju bangunan asing di situ.

"Fabian?" panggil Handiko saat sadar bahwa suara langkah sosok di belakangnya tak kedengaran sepijak pun.

Fabian meringis, memeluk tubuhnya sendiri seperti orang yang sedang meriang. "Mendingan lo masuk sendirian ajalah, Ko. Gue mah nunggu di sini aja. Lebih aman kayaknya," katanya, memberikan balasan yang tak diharapkan.

Handiko menyeringai. Sisi jahil dalam dirinya bangkit. Dengan dramatisasi dan seolah dibumbui efek mistis, ia menoleh bak tengah beradegan slow motion. "Lo yakin mau sendirian di sini? Nggak takut digangguin sama para penunggunya yang keliaran di mana-mana?"

Lalu di sinilah kedua pemuda itu sekarang. Berdiri di depan pintu rumah yang isi tulisannya benar-benar sukses membuat bulu kuduk Fabian menari-nari. Memunculkan berbagai macam pertanyaan yang tak henti menghantui pikiran.

Siapa Yang Tahu? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang