Bonus Cerita Terakhir: Masih Mau Lanjut? (TAMAT)

6K 473 75
                                    

Fabian tengah (berusaha) duduk dengan kalem di atas ranjang milik Handiko ketika cowoknya itu akhirnya masuk kembali ke dalam kamar. Saat kedua mata mereka beradu, ciuman singkat yang terjadi beberapa menit yang lalu langsung terbayang begitu saja. Terutama bagi Fabian. Apalagi ditambah ciuman mesra di pipi.

(Jika memang itu bisa disebut romantis, sih)

"Sorry lama. Kamu tau lah, si Yusuf banyak maunya."

Fabian cuma mengangguk sebagai respons. Dia baru teringat bahwa sekarang mereka sudah tidak menggunakan panggilan 'gue-elo' seperti sebelumnya.

Lalu keduanya diam.

Handiko berdiri di depan pintu yang baru saja ditutup. Dan Fabian masih duduk di atas ranjang. Hal baiknya, dua pemuda ini masih ingat caranya bernapas.

"Euh ...,"

Fabian dan Handiko bahkan membuka suara secara bersamaan.

"Kamu duluan aja."

"Kamu mau ngomong apa?"

Lihat, bahkan pertanyaan yang mereka lemparkan saja saling bersahutan.

(Seriusan, mau bikin ceritanya jadi klise begini?)

"Euh, itu ... kamu lapar? Mau makan?" tanya Handiko sambil tersenyum agak aneh.

Fabian nyengir, tak kalah aneh. "Kan kita baru pulang makan, Ko."

Handiko nyaris mengumpati kebodohannya sendiri. "Yah, jadi ... kita mau apa?"

Fabian meneguk ludah. Ada jawaban yang sudah menggantung di kerongkongannya, tetapi begitu sulit untuk diungkapkan.

Mau tidak mau Handiko berjalan mendekati Fabian untuk lalu ikut duduk di sampingnya. Mata saling menatap, kompak melempar senyuman penuh arti, dan tanpa sadar tangan sudah saja berpegangan.

Sudahlah. Hentikan semua itu, Anak Muda!

(Tolong maafkan. Sang penulis sedang ketawa selama ngetik bagian ini. Entah lucunya di mana)

Fabian mengelam bibirnya sendiri ke dalam mulut. Itu kode. Akan tetapi, Handiko masih terlalu malu untuk memulai.

Handiko takut. Karena sesungguhnya, sekarang dia sudah sangat tidak tahan.

"Yang?"

"Hm?" Fabian merespons cepat.

"Kamu ... masih mau lanjutin yang tadi?"

Akhirnya, pertanyaan itu diutarakan. Hasilnya, jantung Fabian serasa dibuat meledak. Wajahnya serta merta menghangat. Dan tatapan matanya terkunci pada sorot penuh hasrat Handiko.

Tanpa perlu menunggu jawaban, Handiko langsung saja mendekatkan wajah ke pada Fabian yang justru menghindari ciuman darinya. Sebelum Handiko bertanya, Fabian lebih dulu memberikan alasan yang sangat sederhana tapi penting.

"Kunci dulu pintunya, Ko."

Handiko sigap berdiri dan buru-buru mendekati pintu untuk menguncinya. Sementara di belakangnya Fabian sibuk membasahi bibir. Selekasnya mengunci pintu, Handiko kembali ke ranjang lebih cepat dari saat ketika dia beranjak. Segera ditariknya Fabian ke dekatnya, meneguk ludah terlebih dulu sebelum saling menempelkan mulut.

Awalnya, Handiko dan Fabian sama-sama diam. Sebelum akhirnya Handiko berinisiatif menggerakkan mulutnya untuk mengulum bibir bagian atas Fabian. Ada aroma jus alpukat yang terasa di sana, minuman yang sang pacar teguk terakhir kali. Lalu, Fabian balas menyesap bibir bagian Handiko yang lebih tipis. Untuk merasakan aroma susu di situ. Sepertinya, tadi dia meminum susu dulu di dapur sebelum kembali ke kamar. Selanjutnya, sesi ciuman itu semakin intens. Handiko membawa Fabian kian merapat, sementara bibir mereka semakin kuat dan bernafsu kala saling bertukar saliva dan desah samar.

Siapa Yang Tahu? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang