Bonus Cerita 1: Zhu Chi.

3.9K 424 37
                                    

"Kok?"

Tidak hanya Fabian yang tampak kebingungan, pun Handiko yang baru saja mematikan mesin motor Satrianya. Dua cowok yang belum lama resmi jadian ini saling pandang, melempar sorot yang sama-sama menyiratkan tanya.

"Ini kita gak salah tempat kan, Ko?" Fabian bertanya sembari turun dari motor.

Handiko membuka helm, meletakkannya di salah satu spion motor setelah itu meninggalkan jok kendaraannya. Matanya menatap lurus ke depan, ke arah bangunan yang beberapa hari lalu didatanginya bersama sosok yang sama yang kini terlihat meremas lengannya sebab takut. Namun, bangunan itu tak terlihat sama seperti saat terakhir kali dirinya bertamu. Bangunan yang seharusnya tampak angker tapi tetap terlihat agak hidup itu, kini justru tak menunjukkan tanda-tanda adanya penghuni di dalam sana. Di mana seharusnya seseorang yang saat ini ingin ditemui oleh Handiko serta Fabian berada, Zhu Chi. Sebab dari luar saja, rumah itu sudah tampak bobrok dan tak terawat sama sekali. Papan berisi peringatan di pintu tak lagi ada. Bahkan Handiko ragu, masih ada pintu yang tersisa pada bangunan yang ingin dimasukinya itu.

"Kenapa jadi begini, Ko? Apa tadinya ada penggusuran?" bisik Fabian bertanya sembari menoleh ke sana-kemari. Mencari-cari siapapun orang yang dapat ditanyai olehnya. Saat sadar bahwa sejak awal, lokasi yang Zhu Chi tinggali ini memang sepi. Satu-satunya bangunan yang terlihat, ya rumah yang seolah sudah lama menjadi korban angin puting beliung ini.

Handiko menggelengkan kepala. Sedari tadi dirinya tidak mampu berkata-kata saking tak percaya. Merasa janggal, ngeri, sekaligus kaget. Buru-buru ia merogoh ponsel, memunculkan raut keheranan di wajah sosok cowoknya yang hanya bisa menyaksikan dengan penuh tanya. Handiko membuka riwayat chat yang ada pada LINE. Riwayat chat yang seharusnya berisi mengenai penawaran seorang peramal yang akan memberitahukan apapun hal yang ingin kau ketahui tanpa kau perlu kesusahan saat terlibat, tetapi nihil. Chat itu sudah hilang. Padahal seingat Handiko belum dihapus.

"Ke-kenapa, Ko? Zhu Chi punya kontak LINE yang bisa lo hubungi?" pertanyaan Fabian yang sungguh tidak ada sangkut pautnya itu sekadar dibalas melalui gelengan. "Terus?" rasa penasarannya yang tak pernah bisa dipuaskan itu selalu saja memunculkan banyak tanya keluar dari mulutnya.

Handiko menoleh Fabian, menunjukkan senyum aneh. "Kayaknya... Zhu Chi itu sejak awal gak ada, Yan."

Kata-katanya sukses membuat bulu kuduk Fabian meremang. Sigap saja cowok ini memeluk tubuh sosok lebih tinggi di sampingnya. "Apaan maksudnya itu? Lo niat nakutin gue, ya?" rengeknya sudah saja gemetaran.

Handiko menunduk, memperhatikan kedua tangan Fabian yang mendekapnya. "Gue gak bermaksud nakutin elo, sih. Tapi kalo setiap elo takut gue dipeluk gini, kayaknya enak juga," selorohnya lalu nyengir.

Fabian kontan saja melepaskan diri. Mendengus sebal, setelah itu menonjok bahu Handiko cukup keras. "Gue serius, Ko! Ih! Lo mah bisanya tuh modus terus!"

Handiko tertawa. Diacaknya rambut Fabian dengan gemas. "Tapi gue juga serius." tatapannya kian intens. "Gimana kalo kita buktiin aja?"

"Buktiin apa?"

"Kita coba masuk ke dalam rumah Zhu Chi."

Fabian seketika merasa bergidik sendiri dan buru-buru memeluk lengan yang belum lama dilepaskannya. "Hii. Serem, ah. Gimana kalau di dalam nanti ada apa-apa?"

Handiko terkekeh, mencubit pipi kekasihnya gemas. "Kan ada gue. Lo gak perlu takut, lah. Yuk! Daripada kita mati penasaran. Ingat kan tujuan kita datang ke tempat ini mau apa?"

Meskipun masih merasa ragu, mau tidak mau Fabian menganggukkan kepala.

"Lo gak perlu lepasin pelukan ini."

Siapa Yang Tahu? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang