Chapter 1
─So Eun─
Langit cerah hari ini. Sambil menarik nafas senang, kususuri pinggir lapangan atletik yang dipenuhi oleh teriakan anak-anak perempuan. Seperti biasanya, hari ini pun ia masih menjadi idola nomor satu dari klub atletik.
"Kyaaa!! Kak Jae Rim!!!" teriak para siswi di sebelahku.
"Permisi," ujarku, berusaha menyeruak dari antara gerombolan itu. Akhirnya, tanganku berhasil mencapai pagar kawat pembatas lapangan atletik itu.
"Kak Jae Rim!" teriakku padanya, berharap suaraku bisa didengarnya dari antara suara puluhan gadis lain yang juga meneriakkan namanya.
Tetapi cowok itu mendengarnya. Dadaku berdentum keras. Kak Jae Rim lewat sambil memberikan senyuman manis ke arahku.
"Tidaaak!! Dia tersenyum ke arahku!!" seru seorang gadis,
"Salah, ke arahku tahu!!" tukas gadis lainnya tidak mau kalah.
"Kalian berdua aneh." seru gadis lainnya. Ketika dua temannya menoleh, dengan memiringkan kepala sedikit, ia berujar dengan wajah serius, "Kurasa, ia malah jatuh cinta padaku!!"
Kontan, kedua temannya berteriak, "Bhhuuu...." bersamaan sambil mencubitinya kiri kanan. Senyuman geli tidak bisa kutahan dari wajahku.
Kak Jae Rim berdiri di samping pelatih sambil melihat catatan waktunya. Ia menoleh sekilas, dan melambai padaku. Lagi-lagi para gadis menjerit gila-gilaan. Dari lambaian tangannya yang sepintas itu, aku tahu sebentar lagi latihannya selesai. Dan itu artinya, kami akan berkumpul di halaman belakang, seperti biasanya.
"Hei," suara seorang cowok memanggilku.
"Hei, Kim Bum, aku juga punya nama tahu..." ujarku sambil mengernyitkan dahiku, kesal. "Coba kau eja namaku, So Eun..."
"Malas," sahutnya angkuh. Ia menyampirkan tasnya yang berisi saksofon ke kursi tempat kami duduk. "Eh, Kak Jae Rim masih lama tidak?"
Kim Bum adalah adik dari Jae Rim. Dan seperti Kakaknya yang populer di antara siswi, demikian pula adiknya. Kami bertiga sudah bertetangga sejak kecil. Kegiatan pulang bersama semacam ini seolah sudah menjadi ritual kecil di antara kami.
Bicara soal bintang atletik? Sebut saja nama Jae Rim, dan para gadis itu akan menjerit kesetanan. Bintangnya musik? Ucapkan nama Kim Bum dan para gadis akan meleleh karena senyumannya.
"Kurasa tidak begitu lama," sahutku, berusaha tampak santai. Dan dugaanku tepat, sejurus kemudian, Kak Jae Rim datang sambil menenteng sport bag-nya.
"Maaf ya, membuat kalian menunggu..." ujarnya sambil tersenyum ramah. "Udaranya mulai dingin, kan?" dengan cepat, ia membuka jaketnya dan memakaikannya padaku.
"Wah, tidak usah, Kak..." seruku kaget, berusaha menolak.
"Jaketmu nggak bau keringat, ya?" tanya Kim Bum dengan nada mencela.
"Oooh... Bau ya?" Kak Jae Rim menatap mataku langsung, membuat jantungku terasa mau melompat keluar.
"B-bukan, tidak bau kok!" seruku kaget. Malahan sangat harum. Wangi yang maskulin. Kurasa ia mengenakan jaketnya setelah membilas badan di ruang ganti. "Maksudku, apa Kak sendiri tidak kedinginan?"
"Tidak, aku sih laki-laki, jadi aku lebih kuat..." suaranya terdengar menyenangkan. Rasanya sulit untuk tidak menyukai senyuman sehangat itu.
Kak Jae Rim... sejak kecil, nama itu selalu memiliki tempat istimewa di hatiku. Aku menyukainya. Senyumannya, tatapan matanya, caranya memanggil namaku. Kapan ya, ia akan menyadari perasaanku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Letter to Heaven (Completed)
FanfictionSo Eun, Jae Rim, dan Kim Bum. Tidak terpisahkan, bertetangga sejak kecil, namun entah sejak kapan ada rasa terpendam di antara mereka. Kehidupan hanyalah titipan semu, menjadikan akhir kisah cinta mereka mungkin tidak seindah harapan. Cast: Song Ja...