LETTER TO HEAVEN - Chap 2 -

512 27 0
                                    

Chapter 2

─So Eun─

"Benar nih, sudah merasa lebih baik?" tanyaku cemas saat Kak Jae Rim berjalan bersamaku melangkah di atas trotoar yang mulai dipenuhi timbunan salju. Wajahnya terlihat sama pucatnya dengan kemarin.

"Ya, sudah lebih segar sekarang," ia mengangkat tangannya dan memamerkan ototnya. "Dan aku sudah kangen sama lapangan itu..."

Pelan, kusupkan tanganku ke lengannya. "Aku tidak mau Kakak berlari dulu sementara ini. Aku tidak mau melihatmu jatuh..."

Rasanya setiap kali kututup mataku, semua kejadian itu masih bisa kugambarkan dengan tepat. Seperti gerakan lambat yang seakan hendak menghujam jantungku.

"Aku takut sekali kemarin..." ucapku tanpa pikir panjang.

Kak Jae Rim menepuk pipiku dan tersenyum. "Aku akan berhati-hati..." ia beruaha menenangkanku. "Kemarin sangat memalukan ya?" ia mendesah dan menghembuskan nafas keras-keras.

Pipiku merona merah mengingat tatapan matanya yang lurus dan tajam.

"So Eun?" Kak Jae Rim memiringkan wajahnya dan menatapku. "Kau melamun kenapa? Pipimu merah sekali..."

Dengan terbata-bata, aku menjawabnya. "Aku, sangat menyukai mata Kak Jae Rim saat berlari. Rasanya jadi berdebar-debar..."

"Oh ya?" senyuman malu muncul di wajahnya. "Aku, selalu serius terhadap banyak hal. Salah satunya lari. Dan terutama, perasaanku padamu..." kali ini ia menatapku langsung di mataku.

Matanya tajam menatapku, seolah hendak menembusku. Dengan gugup, kubalas tatapan mata itu. Wajah kami semakin dekat, dan nafasnya terasa hangat namun segar menyapu hidungku.

Pelan, ia menciumku. Bibirnya terasa dingin bagai salju, namun perasaanku nyaris meleleh dalam ciumannya yang memabukkanku. Lebih dari sejam yang lalu, semenit yang lalu, setiap detiknya aku semakin menyukainya.

Seandainya bisa bersama Kak Jae Rim selamanya, aku tidak akan pernah meminta lebih.



─Jae Rim─

BRUKH!!

"Ya ampun, Jae Rim!!" Mama berseru kaget ketika melihatku terjatuh beberapa anak tangga.

"Kau kenapa, Kak?" Kim Bum menghampiriku kaget. Matanya memandangku dengan awas.

"Tidak apa-apa, mataku sedikit kabur tadi... Mungkin karena baru bangun tidur siang, jadinya masih agak linglung..."

"Akhir-akhir ini kau agak kurang sehat, Jae Rim..." Mama menatapku cemas. "Tempo hari kau jatuh di lapangan. Dan kemarin seharian kau sakit kepala..."

"Mungkin aku sedang tidak fit saja, Ma... Atau mungkin gejala flu..." sahutku sambil tersenyum.

"Kau memang agak aneh akhir-akhir ini, Kak..." Kim Bum memandangku lalu mendukung pendapat Mama. "Mungkin sebaiknya dia periksa ke dokter, Ma..."

"Benar, bagaimana kalau ke dokter saja, Jae Rim?"

"Sudahlah, Ma... Aku benar tidak apa-apa, kok..." tukasku lalu bangkit sambil berjalan ke ruang duduk dan menghidupkan televisi. "Kapan-kapan saja ke dokternya," ujarku malas.

Akhir-akhir ini aku hanya sedang tidak enak badan saja, pikirku sambil memusatkan perhatianku ke televisi. Setiap kali mendengar kata dokter disebut, ada perasaan tidak nyaman singgah di dadaku.

Kuharap, itu bukan suatu firasat buruk. Aku tahu kondisi badanku sendiri. Dan kurasa, ini semua hanya penyakit ringan saja. Nanti juga akan sembuh dengan sendirinya. Iya kan?



Letter to Heaven (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang