Absolutely Cinta!

132 5 1
                                    

Pesan dari Sella : 13.52
"Ka, lo dimana? Gue cape nih nyariin."

Pesan ke Sella : 13.56
"Ohh iya, gue lupa ngabarin ya de. Sorry gue harus buru-buru ke kampus. Ada janji sama Mille.

Pesan dari Sella : 13.59
"Makanya ngabarin dong ka, kan gue gak usah cape-cape nyariin kayak gini. Yaudah hati-hati ya.."

Pesan ke Sella : 14.01
"Iya-iya. Maaf ya adikku yang cantik. Tersayang, termanis, terimut. Semuanya deh pokoknya. Mmmuaaacchhh.."

14.05 WIB

Rania tiba di rumah Mille tiga puluh menit agak telat dari janji sebelumnya. Terlihat keletihan dari wajah cantik Rania. Dia datang menggunakan ojek online. Kebetulan kunci mobil yang ia kendarai sebelumnya, tertinggal di tas Sella adiknya. Ini semata-mata karena dia tidak mau mengecewakan teman dekatnya saat ini, Mille.

Mille keluar dari balik pintu rumahnya. Wajah Mille sangat cantik. Mata biru, kulit putih bersih, dan tubuh yang pastinya diidam-idamkan kaum adam, khususnya bagi kaum adam di Indonesia. Itu karena di dirinya juga mengalir darah almarhumah ibunya yang berasal dari Prancis.

"Akhirnya lo dateng juga sis. Gapapalah walaupun telat-telat banyak gini, yang penting kita masih bisa ngeliat pameran novel. Yeayyy, lets go!!!" Mille berucap dengan semangat.

Kecantikan Mille memang berbeda tipis dengan apa yang dimiliki Rania. Perbedaanya hanya gaya pakaian Mille yang sedikit lebih terlihat Feminim. Beda dengan Rania yang lebih suka berpakaian casual. Itupun karena menyesuaikan dengan hobi Rania, yaitu Traveling.
Wajah Mille terlihat sangat bersemangat. Maklum, Mille sangat suka membaca. Terutama membaca novel-novel cinta yang bisa membuatnya menangis haru.

"Sorry ya agak telat. Abis gue lupa banget mil. Terus juga tadi si Sella ngajakin ke tempat bedah buku idolanya gitu." Ucap Rania sambil sesekali mengontrol nafasnya yang sedikit terengah-engah.

"Yaudahlah yaaaa. Gak usah banyak basa-basi lah buuu. Ayo kita berangkat. Nanti tambah telat lagi. Ohh iya, lo mau minum dulu gak? Kasian banget princess gua satu ini. Cape banget ya bu?" Mille berbicara dengan nada sedikit meledek Rania yang saat itu terlihat agak letih.

"Nah boleh tuh. Haus nih."

"Tapi airnya lagi abis. Nanti aja kita beli di jalan yaa. Yuk masuk mobil!" Mille masih saja meledek Rania. Seakan-akan Mille berbahagia di atas penderitaan Rania. Walaupun tidak ada niat serius dari Mille. Baginya, hal seperti ini justru akan menghadirkan rasa kekeluargaan yang berlebih antara dirinya dengan Rania.

Song : Big Girl Don't Cry (Fergie)


Da Da Da Da
The smell of your skin lingers on me now
You're probably on your flight back to your home town
I need some shelter of my own protection baby
To be with myself and center, clarity
Peace, Serenity

***

I hope you know, I hope you know
That this has nothing to do with you
It's personal, myself and I
We've got some straightenin' out to do
And I'm gonna miss you like a child misses their blanket
But I've got to get a move on with my life
It's time to be a big girl now
And big girls don't cry
Don't cry
Don't cry
Don't cry

***

The path that I'm walking
I must go alone
I must take the baby steps 'til I'm full grown, full grown
Fairytales don't always have a happy ending, do they?
And I foresee the dark ahead if I stay

***

Like the little school mate in the school yard
We'll play jacks and uno cards
I'll be your best friend and you'll be my Valentine
Yes you can hold my hand if you want to
'Cause I want to hold yours too
We'll be playmates and lovers and share our secret worlds
But it's time for me to go home
It's getting late, dark outside
I need to be with myself and center, clarity
Peace, Serenity


Seperti biasanya, sepanjang perjalanan Rania dan Mille asik menyanyikan lagu kesukaannya masing-masing. Mille yang lebih suka lagu-lagu mellownya, berbanding terbalik dengan Rania yang lebih menyukai lagu dengan alunan musik yang agak ceria. Maka tak jarang ada perebutan kecil antara Rania dan Mille dalam urusan pemilihan lagu di mobil.

"Aduh ini lagu enak banget deh Ran. I hope you know, I hope you Know. That is has nothing to do with you." Mille bernyanyi dengan suara yang sangat keras. Sedikit mengganggu fokus Rania yang sedang asik menyetir. Untungnya gelar juara satu bernyanyi yang di dapatkan Mille sewaktu SMA dulu, membuktikan bahwa Mille mempunyai suara yang cukup indah. Jadi hal ini tidak terlalu bermasalah bagi Rania.

"Iya gue tau ini lagu enak, dan suara lo juga bagus. Tapi kalo lo nyanyi kekencengan begini, kuping gue juga bisa copot rasanya Mil." Ucap Rania, sambil menutupi sebagian telinga dengan tangan kirinya.

"Ahh lebay lo sis. But tks ya udah bilang suara gue bagus." Mille tersenyum dengan wajah cantiknya.

Rania dan Mille adalah sahabat sejak SMA. Keduanya memang mempunyai hobi yang berbeda. Tapi sejauh ini mereka mencoba untuk saling melengkapi satu sama lain. Ketika Rania ingin mengunjungi suatu tempat, Mille berusaha sebisa mungkin untuk bisa mengikuti keinginan Rania. Begitupun sebaliknya. Ketika Mille ingin mengikuti suatu acara yang berbau novel, dengan senang hati Rania akan mengikuti sahabatnya itu. Walau terkadang agak membosankan bagi Rania. Maklum, Rania bukanlah sosok yang suka membaca terlalu lama.

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (15.30)

Percik sinar mentari mulai meninggalkan tugasnya. Rania dan Mille baru saja sampai di tempat pameran novel yang di tuju. Hanya berbeda beberapa blok saja dari fakultas mereka, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Terlihat sumringah yang sangat dipancarkan oleh wajah cantik Mille. Rania hanya tersenyum simpul melihat kegirangan sahabatnya itu.

"Akhirnya kita sampe juga, Ran. Telat gak ya kira-kira. mudah-mudahan gak lah, ya." Ujar Mille sambil melihat ke arah Rania yang  tepat berada di depan stir mobilnya. Dari wajah Mille terlihat ada harap-harap cemas yang dirasakannya. Tampaknya ia sangat antusias dengan adanya pameran novel ini.

Rania yang melihat tingkah laku sahabatnya itu hanya membalas dengan senyum sedikit meledek. Rania memang sudah hapal betul bagaimana tingkah laku sok ribet yang sering di tunjukan Mille kepadanya.

"Yuk, turun." Ucap Rania mengajak

Rania dan Mille keluar dari mobil jazz berwarna putih milik Mille. Kebetulan dari tempat parkir sudah terlihat jelas adanya keramaian. Sepertinya acara itu sudah mulai mengundang banyak masa.

Hari sudah semakin sore. Namun senja seakan malu menunjukan wujudnya. Sedikit isyarat jika hujan akan turun. Ini adalah tahun ketiga FIB-UI mengadakan pameran novel. Tahun ini bertemakan "Yang muda berkarya, Indonesia meraja". Dimana karya-karya terbaik dari para penulis muda Indonesia akan dipamerkan di sini.Dari sudut sempit di sebelah rak cantik berwarna coklat yang menjadi tempat novel-novel itu di pamerkan, terlihat dua orang laki-laki yang sedang berbincang sambil sesekali mengambil dan membaca novel yang ada di hadapannya. Mereka adalah Rio dan Rifat. Dua "R" yang selalu berjalan beriringan.  

Rio adalah mahasiswa semester empat. Sefakultas dengan Rania juga Mille. Namun berbeda jurusan. Rio mengambil jurusan Ilmu Politik. Hal itu sebanding dengan apa yang ia cita-citakan, menjadi seorang Politikus. Katanya, ia bercita-cita menjadi seorang politikus karena melihat dunia politik di Indonesia yang semakin kacau balau. Banyak sekali seorang politikus yang mengucapkan sumpah untuk adil, namun tak adil dalam mengikuti kata hati. Dalam lubuk hati Rio, ia percaya bahwa tak ada manusia yang tak mempunyai hati nurani. Itu sih bagaimana mereka menanggapi pengaruh lingkungan saja, katanya. Alasan itu di dapatkan Rania dan Mille ketika mereka di berikan kesempatan untuk menjadi panitia Ospek di fakultas mereka. Dan salah satu pesertanya adalah Rio.

Nah berbeda dengan Rio. Rifat adalah mahasiswa sefakultas dan sejurusan dengan Rania. Rifat adalah makhluk yang menamakan dirinya insan terpandai dalam mencuri hati wanita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAPAK-TAPAK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang