Tatap Pertama!

233 9 4
                                    

Berawal dari pertemuan pertama Adrian dengan Rania. Rania Sanna, seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi yang bercita-cita menjadi seorang petualang. Tak selaras memang. Tapi bagi Rania, jika jurusan kuliah hanya berada satu radar dengan apa yang ia cita-citakan, tak akan banyak cerita yang dapat ia kenang nantinya. Rania adalah seorang wanita cantik blasteran, hasil peranakan ibu yang berasal dari Bandung dan ayahnya yang berasal dari Helsinki, salah satu kota indah di negeri seribu danau Finlandia. Rania memang lahir di sebuah negeri yang kaya akan keindahan danaunya itu. Tapi kalau ditanya bagaimana kecintaannya terhadap Indonesia, tak ada yang bisa meragukan hal itu. Begitupun awal pertemuannya dengan sesosok pria berwajah tampan yang berprofesi sebagai seorang penulis. Dia adalah Adrian, seseorang yang gemar menulis, sejak ia mulai menginjakan kakinya di bangku SMA. Sejak itu, tak ada yang bisa ia banggakan daripada menuangkan imajinasi pikirannya kepada lembaran-lembaran kertas putih. Bukan karena Adrian anak yang kurang bergaul. Justru terlalu sering ia bergaul, sehingga ia dapat menentukan ke arah mana ia harus melangkahkan kaki, di dunia yang semakin hari justru semakin fana ini.

Sabtu, 17 Mei 2014

"Maaf mba, bisa saya mulai sekarang?" Ujar seorang pria tampan dengan kemeja kotak-kotak hijau dan jeans hitam pekat, di kombinasikan dengan sepatu pantofel hitam mengkilap. Namanya Adrian. Adrian Wijaya.

"O iya mas, sebentar lagi acara akan di mulai. Mungkin sekitar dua menit lagi." Sahut seorang perempuan dengan name tag bertuliskan "Acara" yang bergantung di kantong kemejanya.

"Baik, terima kasih mba." Adrian tersenyum

Hari itu merupakan hari yang sangat membanggakan untuk Adrian. Hari dimana para penulis mendapatkan tempatnya. Ya, hari buku nasional. Sejak setahun yang lalu, Adrian telah memantapkan hatinya untuk bisa berkarya dengan sajak-sajak indah yang ia tuangkan dalam karangan novelnya. Ini adalah novel pertama yang berhasil ia terbitkan. Sejak ia mulai menjadikan menulis sebagai karir profesionalnya. Dan syukurnya langsung menjadi best seller. Semua berkat kutipan-kutipan indahnya yang mampu membius hati para remaja yang gemar membaca novel karyanya. Novel karangannya memang bertemakan cinta. Cukup untuk membuat baper orang-orang yang sedang jatuh cinta, sakit hati, mabuk asmara, dan sejenisnya.­­­

Adrian hadir selaku penulis yang akan membedah novel karyanya. Ini pertama kali dalam hidupnya. Sebuah moment dimana ia akan melebarkan sayapnya lebih luas. Impian yang ingin ia raih sejak dulu sudah ada di depan matanya.
Dari belakang panggung, Adrian mencoba melihat kesekitar area panggung. Hatinya semakin tergugah tatkala melihat banyaknya peserta yang hadir dalam acaranya tersebut.

"Yaudah, gak usah lama-lama lagi. Yuk kita sambut penulis novel best seller Absolutely Cinta, Adrian Wijaya!" Pembawa acara mulai mendengingkan suaranya.
Seketika seluruh peserta yang berada di ruang bedah buku berteriak histeris, ketika Adrian hadir dihadapan mereka. Sepertinya Adrian sudah cukup familiar bagi mereka. Tapi nampak tidak untuk Rania. Dari raut wajahnya, terlihat tak ada hal yang istimewa ketika melihat Adrian berada di hadapannya. Rania turut hadir dalam acara tersebut karena menemani adiknya Sella. Sella adalah seseorang yang sangat menggemari karya Adrian Wijaya. Dan bujuk Sella pula yang bisa mengantarkan Rania berada di hadapan penulis idolanya sekarang. Katanya, kalau Rania memang cinta dengan Indonesia, maka Rania harus hadir dalam perayaan Hari Buku Nasional. Dan kebetulan, bedah novel karya Adrian yang menjadi salah satu rangkaian acaranya.

"Siapa tuh. Kayaknya pada histeris banget ngeliat dia?" Rania mencoba menanyakan hal yang sebenarnya tak ingin ia tanyakan kepada Sella.

"Aduh ka, itu Adrian Wijaya. Penulis Absolutely Cinta. Masa lo gak tau." Sella berbicara dengan suara yang sedikit terangkat. Maklum, keadaan disana memang agak ramai.

TAPAK-TAPAK CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang