Episode 2: Pertemuan

63 2 0
                                    

Mungkin aku hanya pingsan untuk beberapa detik. Ketika diriku pingsan seakan banyak hal yang sudah terjadi. Itu artinya waktu didunia nyata tidak berjalan normal atau waktu dalam alam bawah sadarku tidak sama dengan dunia nyata.

Setelah aku sadar seakan ada kekuatan lebih yang dipinjamkan dalam diriku. Darah yang mengalir dari luka sayatan dan tusukan serentak langsung berhenti. aku melihat kedepan ternyata kelompok penjahat masih ada dan mereka sedang berusaha memasukan nur kedalam mobil. Meskipun aku cukup sadar tapi otak ini tak berfikir dng normal lagi. Yang ku rasakan emosi dan keingin membunuh sekawanan begal itu.tanpa berfikir lagi aku langsug menyerang mereka dengan nukaku yang ku aliri tenaga dalam. Aku tau mereka membawa pisau dan satu serangan lagi mengenaiku aku sadar mungkin aku akan benar” mati tapi aku tak peduli asalkan aku bisa membunuh mereka semua dan menyelamatkan satu nyawa.

Aku beralari dan menyerang mereka satu persatu. Aku melihat semua gerakan menjadi lambat. Itu lah kesempatanku untuk menyerang mereka dan menghindari semua serangan mereka. Dalam waktu yang singkat tulang  kaki dan tangan mereka berhasil kubuat retak . Rintihan kesakitan dan jeritan  mereka membuatku sadar. Niatan untuk membunuh mereka semua pun ku urungkang. Aku tersadar dan otak ni pun mulai bisa berfikir kembali bahwa hasrat membunuh dan balas dendam ku itu salah. Meskipun merekah semua ingin mencelakai kami, aku masih punya iba melihat mereka menderita akibat diriku.

Baru saja aku akan membawa nur pergi tiba” terdengar suara ceklek dari dalam mobil box. Dan aku baru menyadarinya penjahat yang kukalahkan hanya berjumlah 8 orang. Ternyata bos yang sudah menunggu dalam mobil dari tadi kini geram dan marah melihat semua anak buahnya terkapar.

Penglihatanku menjadi aneh, aku melihat di sekitar tubuh sang bos terdapat energy hitam pekat yang mengelilingi sekujur tubuh. Waktu itu aku belum menyadari bahwa energy tersebut merupakan perpaduan energi manusia dengan energy iblis ( jin jahat). Dengan keadaan ku yang sudah hampir pingsan kembali aku menyoba menghadapi sang bos tersebut dan menyuruh nur pergi atau menelpon untuk mencari bantuan. Waktu itu sang bos menyerangku terlebih dahulu , tanpa sempat menghindar aku memblok serangan dengan nukaku yang ku pegang. Alangkah terkejutnya aku dengan sekali pukul dia berhasil mematahkan nukaku yang terbuat dari besi.

Barulah aku tersadar dia bukanlah manusia biasa, tidak mungkin manusia bisa mematahkan besi bulat dengan sekali pukul. jika besi saja patah tidak mungkin ku menghadapinya dengan tangan kosong. Aku berfikir ingin mengambil pisau begal akan tetapi pisau trebut terlalu pendek dan itu sangat berbahaya melawan orang seperti dia. Akhirnya Aku memutuskan berlari mengambil sepotong kayu  dan kualiri tenaga dalam untuk melawan sang bos.

Pertarungan sengit pun terjadi diantara kami, 15 menit sudah pertarungan berlalu,Tapi diantara kami belum ada yang menang namun kondisi ku sudah semakin letih dan tubuh ini terasa sangat berat. Aku merasa diriku tidak akan menang dan mungkin hari ini adalah hari terahirku ku hidup, namun tiba-tiba terdengar suara tembakan dan door tepat mengenai kepala sang bos.  Aku melihat sendiri pluru tepat pengenai kepala sang bos namun peluru tersebut terpental dan hanya berhasil menggores kepala sang bos.

Aku melihat kearah datangnya peluru itu dan aku melihat nur bersama 2 polisi. 1 polisi memegang pistol dan 1 polisi dengan energy berwarna hijau mengelilingi dirinya yang tersenyum ke arahku.

Badanku sudah terasa tak kuat lagi, hati kecil pun berkata berkata ayah, ibu, orang” yg kusayangi maaf jika aku harus pergi dahulu, dengan cara kematian yang sadis. Tak lama kemudian aku langsung tak sadarkan diri. Dan mungkin itu hari terahirku untuk melihat kehidupan sebagai manusia yang normal.

4 hari kemudian aku terbangun dan melihat langit”  yang putih. Silaunya cahaya membuatku menutup mata kembali, dengan perlahan- lahan aku mencoba membuka mata. Aku melihat disebelah kanan ku ada wanita cantik berpakaian putih. Aku mengira dia adalah bidadari yang tuhan kirimkan untuk ku. Lalu aku memberanikan diri untuk mencoba bertanya.

“Dimanakah aku, apakah aku sudah mati? Lantas bagaimana keluargaku, apakah mereka bersedih? Lalu siapakah kamu, apakah kamu bidadari yang dikirimkan untukku?”

Lalu mendengar pertanyaan ku wajahnya memerah, dan membuat gadis itu terlihat semakin imut.

“Kamu masih mimpi ya? Jelas jelas kamu ada di rumah sakit” jawab suster itu sambil tersenyum.

Mendengar jawaban suster itu wajah ku langsung memerah  dan lalu menutupi wajahku dengan selimut karena sangat malu. Dan suster itu pun hanya tertawa kecil.

“Sekarang kamu sudah sadar?”
*   “Sudah suster, ternyata saya masih hidup”

“Sekarang masih ada bidadarinya?

*   “ Masih sus, tuh yang ngomong”

“ ye ni anak malah gombal. Oh ya kita kan seumuran panggil saja saya ana”

*    “ baiklah suster, eh maksudku ana”.

Sambil meracik obat suster itu mengajaku ngobrol panjang lebar. Aku pun mengatahui namanya, Ana Ningrum Pertiwi mahasiswa kebidaan semester 6. Dan saya pun memperkenalkan diri, Anas semester 6 jurusan ekonomi dan bisnis. Terlalu asik aku mengobrol aku pun lupa kenapa aku di rumah sakit sendiri.

*    “Ana kok aku disini sendiri, dimana keluargaku?”.

“ Adik-adik mu sudah pulang karena besok sekolah, orang tua mu sedang keluar untuk sholat dan membeli makan. Mungkin bentar lagi kembali ”.

*   “Oh ya ana berapa lama aku pingsan?”

“Sudah 4 hari”

*   “wah lama juga ya”

“ itu termasuk cepat. Masih untung nyawamu masih bisa di tolong?”

*  “ hehe berati aku beruntung ya ana”

“ Iya kamu beruntung, ukuran orang normal yang kehilangan darah sebanyak itu sudah mati. Tapi katanya kamu malah masih bisa bertarung melawan penjahat. Lalu yang anehnya lagi luka mu sangat cepat sembuh dan kering”.

*    “ bukan itu maksudku ana”

“lalu apa maksudmu”

*   “ Aku beruntung karena dirawat oleh suster ramah dan cantik, hehe”

Ana menjawab dengan wajah yang memerah “ kamu tu ya sukanya nggombal terus”

Ditengah obrolan kami, orang tua saya akhirnya datang, dan mereka terlihat sangat senang melihat anaknya sudah siuman. Ana pun hanya tersenyum dan dia permisi pergi untuk merawat pasien lainya. Hari- hari kulewati dirumah sakit , namun hari – hari itu tidak terlalu membosan kan karena banyak orang yang menunggu dan menjagaku disini, selain itu ana juga sering merawatku dan mengantariku makanan.

Tanpa sadar waktu liburan semesterku hampir habis dan hari - hari indahku itu kuhabiskan hanya untuk beristiraht di rumah sakit. Selama di rumah sakit ayah menceritakan banyak hal kepadaku  , Ayah ku juga berpesan ketika aku sudah pulih kembali aku harus segera menemui seseorang.

Dan dari situlah kisah ku akan bermula….

Esper In New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang