Bangunan Berhantu

514 151 554
                                    

Sore hari, sepulang kuliah seperti biasa, Ringgo pulang menaiki sepeda kesayangannya. Ia pulang tanpa semangat, karena hal buruk ia alami saat sedang di kampus.

Hari ini sungguh membosankan, gumamnya dalam hati sambil mengayuh sepeda tanpa semangat melewati jalan yang tampak sepi.

"Aku ada ide, bagaimana jika pergi ke bangunan yang terlantar itu?" katanya di tengah perjalanan mengisi hari-harinya.

***

[Sesampainya di lokasi]

Tadinya lokasi ini mau dibangun penginapan, tapi terjadi keracunan makanan pada pekerja sehingga bangunan ini pun akhirnya terlantar.

Dengan percaya diri, ia turun untuk memarkirkan sepedanya dan berlari masuk ke dalam lokasi.

***

[Lima menit kemudian...]

"S ... suara apa itu! Aku mendengar suatu suara." Ia berlari secepatnya mendekati sumber suara tersebut, Ringgo berlari tanpa rasa curiga sedikitpun.

"Toloong!!!" Terdengar suara teriakan jeritan dengan ketegangan dan keheningan di dalamnya.

Kemudian ...

Seseorang memotretnya dari belakang.

Jeppret ... jepprreet ....

Suara potretan dari lensa kamera seseorang yang tak dikenal. Mungkin, dia adalah seorang fotografer.

"Dasar, sudah sampai sini masih belum mendapatkan pose penampakan arwah ... sial!!" gerutu orang tersebut.

"Hei kau ... kau ini siapa?" tegas Ringgo bertanya kepadanya.

"Hah, aku ... namaku Dodi Prayogi ... editor Majalah Misteri Dua Alam," jawabnya dengan penuh rasa kebanggaan, yang berada di atas pundaknya.

"Dasar nekad."

"Aarrgghh ... seniorku di kantor, selalu menyemprotku dengan kata-kata kasarnya! Dia pasti mengamuk kalau aku buat laporan tanpa bahan berita yang bagus!" dengus Dodi disertai wajah memerah kesal.

Tiba-tiba ...

"Huwaaa!!! Hosh ... hosh, Se ... sebetulnya ... aku ini gampang kaget ... tapi aku betul-betul menyukai misteri! Meski takut. Aku ingin melihat hal-hal gaib!" kejut Dodi, ketika ada suatu serangga yang terbang ke arahnya.

"Aku mengerti ... kalau itu yang kau kehendaki, ayo kita lakukan bersama," sekilas ekspresi mulut Ringgo melebar.

***

[Ketika di perjalanan sambil berbincang]

"Kau sudah berapa lama menjadi editor?" tanyanya penasaran.

"Ngg? Aku? Umm ... berapa ya? Hmm ... kira-kira sepuluh tahun," jawab sang editor.

Setelah itu Ringgo berdiri terdiam sejenak, ia terdiam membuat Dodi kebingungan apa yang sebenarnya terjadi pada orang oriental itu, pikirnya. Sesudah itu Ringgo berkata, "Baiklah ... akan kupenuhi keinginanmu untuk melihat hal-hal gaib atau ajaib," katanya sambil mengambil sebilah pisau bermata dua dari tasnya.

"Perhatikan baik-baik, karena kutahu ini adalah terakhir kalinya kau melihatnya." Ia memegang pisau lalu menyayat lengan kirinya.

Sreeeeth!!!

SUPERNATURAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang