Saling menghargai adalah sifat yang di kagumi oleh manusia di manapun berada. Haha
Terimakasih buat yang mampir dan kasih vote atau bahkan komentar pada kotak di bawah
Meski mungkin hanya satu orang yang menantikan cerita ini. Aku coba untuk semampu mungkin menyelesaikan cerita gaje ini.
Oke, terimakasih atas partisipasi kalian
Jangan lupa tinggalkan jejak chinggu-ya:))Warning: tulisan tebal miring adalah flashback
.
.
.
Kaki jenjang itu terus terayun menelusuri setiap kebun yang berada di sana mencari sesuatu yang pasti ada di sana. Yah, Sooji terus mencari keberadaan air terjun yang dia yakini ada di sana. Namun, ia terus mondar mandir tidak menemukan suara deras air mengalir atau bahkan setitik air pun tidak ada. Merasa kesal dan merasa aneh bersamaan membuat gadis berwajah cantik itu prustasi
Dia terus menyakinkan dirinya bahwa tempat yang ia datangi tidak salah. Dia hanya ingin bertanya kepada kakek tua itu dan berharap semua pertanyaan di otaknya terjawab. Namun sayang, bahkan kakek tua itu tidak muncul di hadapannya
"Aaarrgghh, kemana kakek tua itu. Kenapa dia menghilang selama seminggu aku mencarinya. Kenapa mimpi itu hanya sekali saja. Aku penasaran apa yang terjadi selanjutnya. Kakek tua muncullah!!" Pekik Sooji prustasi. Duduk di tanah mungkin lebih baik karena kakinya sudah mulai terasa pegal. Ia merongoh saku celana jeans yang ia kenakan
"Kau dimana? Pulanglah. Cuaca sedang buruk saat ini. Jangan sampai kau pingsan di jalan lagi-"
"Aku tahu Park Jiyeon-" Tut. Sambungan terputus. Tentu saja pelakunya Sooji. Dia malas mendengar omelan gadis itu
Dia masih berpikir keras tentang nasib dan takdirnya. Jika memang dia seorang peri dulu, kenapa saat jadi manusia sifatnya seperti ini. Tapi kenapa saat berada dalam negeri Antalasia itu dia merasa sesak. Dan lagi kenapa wajah pria jahat yang di sebut Raja Antalagonis itu bahkan tidak dapat ia lihat. Kepalanya semakin banyak pertanyaan. Sialnya satupun ia tidak menemukan jawabannya. Tapi, dia tidak mudah menyerah dan akan terus mencari tahu segala apa yang terjadi
Sangkin asiknya berpikir, Sooji tidak merasa tetesan air sudah mulai membasahi perpijakan. Dia mendongak menatap langit yang sudah terlihat gelap meski masih siang hari. Padahal terik matahari baru saja ia rasakan tapi sekarang langit seperti ingin menurunkan hujan. Sooji beranjak dari tempatnya hendak pulang baru beberapa langkah hujan lebat telah mengguyur tubuhnya. Ia berlari ke bawah pohon untuk berlindung. Sial, bukannya bertemu dengan air terjun malah bertemu dengan air hujan
Ingin menghubungi Jiyeon tapi baterai ponselnya habis. Lagi - lagi ia mengumpat. Sebuah kesialan mendatangi tempat itu. Hujannya semakin lebat saja dan tidak mungkin di lewati begitu saja melihat pakaian yang kenakan hanya kaos lengan panjang dan celana jeans. Tanpa mengenakan jaket atau mantel penghangat
Sooji berharap ada pangeran berkuda putih yang datang untuk menolongnya. Tapi ia tersadar dia hidup di zaman apa? Tidak ada yang namanya pria berkuda putih. Itu hanya ada dalam dongeng saja. Menunggu hujan reda adalah pilihan tepat saat ini
"Sedang apa kau di sini?" Sooji mendongak saat tetesan air membasahi wajahnya. Dia melihat pria mengenakan payung hitam. Mulutnya berkomat kamit menatap pria tersebut "Aku bertanya padamu nona-" Ucap pria itu yang tak lain adalah Kim Myungsoo
Bukannya menjawab pertanyaan itu. Sooji malah sibuk mengumpat dan menggerutu dalam hati. Dia berharap pria berkuda putih yang datang tapi kenapa..Astaga kenapa harus pria yang selalu ber aura gelap ini yang datang
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Remember Anymore [ON GOING]
RomanceKehilangan seseorang-atau ditinggalkan seseorang sungguh sangat menyakitkan Semua orang tidak ingin merasakan hal menyakitkan dalam hidup mereka Namun bagaimana dengan pasangan yang harus terpisah karena takdir Apakah mereka akan tetap kembali bersa...