Halo! Namaku [y/n].
Aku adalah seorang mahasiswa tingkat 2 bidang olahraga.
Teman-temanku selalu mengataiku ‘sport freak’ atau gila olahraga karna aku menghabiskan waktuku dengan berolahraga. Dan tak sedikit pula teman-temanku yang bilang bahwa aku akan menjadi perawan tua jika tidak berusaha mencari lelaki untuk dijadikan pacar.
But hey, aku hidup bahagia dengan berolahraga, untuk apa aku harus repot mencari pacar? Aku memiliki standar tinggi untuk mencari pacar, yaitu mampu mengalahkan kemampuan olahragaku. Apapun jenis olahraga itu.
Suatu pagi, seperti biasa, aku melakukan jogging di taman dekat rumahku.
Taman di dekat rumahku sangat luas, dan tidak heran jika banyak orang yang melakukan berbagai aktivitas disana.Aku berjogging seperti biasa, memasang lagu di ipod, dan berjogging mengitari taman.
Namun kali ini, ada yang berbeda.
Aku melihat seorang lelaki tinggi, memakai sweater olahraga putih, yang sudah bisa kupastikan bahwa sweater itu adalah sweater dari salah satu brand terkenal, melakukan jogging.
Aku memperhatikan punggungnya dan posisi joggingnya. Sangat sempurna. Kulitnya yang sedikit tanned, membuat begain belakangnya sangat huggable.
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Sungguh. Ini pertama kalinya untukku, menyukai punggung seseorang.
Benar. Hanya punggung.
Punggung yang terlihat sempurna akibat olahraga yang dilakukan terus menerus.
Aku tidak berusaha untuk melihat mukanya, karena akan sangat aneh bukan? Bila aku harus berlari cepat untuk mendahuluinya, lalu menengok belakang hanya karena untuk melihat mukanya.Yah, untuk saat ini, aku rasa tidak apa, untuk melihat punggung itu.
Selagi aku membayangi punggung itu, tanpa sadar aku menabrak sesuatu.
“Aduh!” kataku sambil memegang mukaku.
“Ah maaf!” Kata seseorang yang berada didepanku seraya berbisik.
Aku membuka mataku, dan melihat punggung itu. Astaga. Tolong katakan bahwa ini bukan punggung yang aku sukai.
“Apa-apaan ini? Kenapa berbisik?” tanyaku dengan nada meninggi.
Wajahnya. Astaga. Bukan hanya punggungnya, namun wajahnya juga sempurna.
“Bisa tolong aku sebentar untuk tidak berisik?” kata pria itu.
“kau sedang menghindari apa?” kataku sambil berbisik.
“Tidak kuduga mereka bisa mengikutiku sampai sini….” Kata pria itu lagi.
Aku terdiam dan melihat kearah pandangan pria itu. Beberapa gadis yang aku kira adalah sebayaku, dan 2 orang mengenakan jas hitam bak penjaga yang hidup di film.
Wait—Tunggu. Siapa yang mengikutinya? Kenapa pria ini diikuti oleh orang-orang sebanyak itu? Siapa pria ini?
Apakah mungkin……… dia adalah seorang buronan??? Kalo iya, aku bisa celaka…
“U-Um… Kau ini siapa sebenarnya? Mengapa mereka mengikutimu?” tanyaku dengan hati-hati.
“Kau tidak mengenaliku?” katanya lagi.
Aku menggelengkan kepalaku.
“bagus, sebaiknya kau tidak perlu tahu, agar kau bisa menjadi temanku.” Jelas pria itu.
Tidak perlu tahu?? Apa-apaan pria satu ini…
"Apa-apaan… kalau kau tidak mau menjelaskan, aku akan berteriak dan aku rasa kaulah yang rugi disini.” Aku berusaha menelan rasa takutku.
“baiklah, kau menang. Aku choi minho.”
"Aku [y/n]. Salam Ke—“
Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba Choi Minho mendorongku ke tanah, dan memposisikan dirinya diatasku.
“Y-Ya!” kataku berbisik, setengah berteriak.
“Ssst!” kata Choi Minho. “Mereka sedang menuju kesini. Tolong sedikit untuk bekerjasama.”
“A-Apa p-perlu dengan posisi seperti ini?” kataku lagi.
"Agar wajahmu dan wajahku tidak terlihat oleh mereka.” Jelas Choi Minho.
Aku mulai merasakan jantungku berdegup kencang. Badan Choi Minho menutupiku, dan tentu saja secara tidak langsung aku dapat mencium bau parfumnya yang samar-samar namun manis.
Perlahan, Wajah Choi Minho kembali melihatku, dan oh my God, kedua bola mata Choi Minho sangat sempurna.
Dan dapat kupastikan, wajahku sekarang memerah akibat seorang lelaki bernama Choi Minho ini.
“Kau kenapa? Mukamu memerah.” Kata Choi Minho dengan nada sedikit khawatir.
“Aku—tidak—bisa—bernapas. Kau—berat.” Kataku.
“O-oh! Maaf!” Kata Choi Minho sambil menopang tubuhnya yang besar dengan kedua tangannya.
Aku melihat Choi Minho melirikkan matanya ke kanan dan kekiri untuk memastikan orang-orang yang tidak kukenal itu menjauh dari tempat kami.. ber… um… jatuh.
“Baguslah mereka semua sudah menjauh dari sini.” Kata Choi Minho sekaligus menghela napas lega.
“Kalau sudah menjauh, bisakah kau.. um… pindah?” Kataku.
“OH! Maaf!” Kata Choi Minho sambil berusaha untuk berdiri.
Kemudian Minho mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri dan ya…. Tentu saja aku menerima uluran tangannya.
“Terimakasih karena sudah mem—“
“Ternyata kau disitu, Tuan Choi.” Kata seseorang berbaju hitam, yang mencari-cari Choi Minho sedari tadi, berlari kecil kearah kami.
“Sial. Sampai berjumpa lagi, [y/n].” Kata Choi Minho seraya berlari menjauh dan menghilang dari pandanganku.
"Tuan! Tunggu!" Kata pria berbaju hitam itu, setengah berteriak.
Aku melihat pria berbaju hitam itu melewatiku dan mengejar Choi Minho. Sungguh sangat aneh, Choi Minho tidak terlihat seperti pencuri. Tidak terlihat seperti seorang buronan. Tidak terlihat seperti orang yang berhutang.
Tapi mengapa dikejar seperti itu....
Ah sudahlah, sebaiknya aku pulang saja.
===
A/N :
Halo! Ini pertama kalinya aku membuat ff untuk visual SHINee, Choi Minho. Aku harap aku bisa bikin kalian dugun dugun bacanya.
There will be up and down, and mixed feelings too. I hope I could finish this soon enough :")
Please comments! I really appreciate all comments♡
Thank you!