Sepanjang perjalanan pulang, dia sungguh menjaga jarak dariku, seperti yang aku harapkan.
Disaat-saat seperti inilah aku tak bias menolak kekagumanku padanya. Aksi gentleman nya membuatku kagum.
Tidak,tidak—aku tidak mengatakan aku mulai suka padanya, maksudku, aku bukan siapa-siapanya tetapi aku diperlakukan sangat manis.
Sesampainya aku dirumah, aku menjatuhkan diriku diatas tempat tidurku. Tubuhku terasa sangat lelah, sehingga tanpa kusadari, aku sudah memasuki dunia mimpiku.
---
"Kau mau kemana?" Tanya seorang lelaki seraya menggenggam tangan seorang wanita, mencegahnya untuk pergi.
Baiklah, suaranya tak terdengar asing.
"Aku mau ke kamar kecil. Kenapa? Kau mau ikut?"
....ini terdengar seperti suaraku. Dengan siapa aku berbicara?
"Apa kau mau mengundangku ke kamar kecil? Dasar wanita nakal." Jawab lelaki itu dengan suara iseng.
"Kalau begitu lepaskan tanganku dan biarkan aku ke kamar kecil, Choi Minho."
Choi Minho?! Untuk apa aku memimpikan Choi Minho?
"Oh, ayolah, chagiya. Aku takut kalau aku melepaskan tanganku, kau akan menghilang." Kata Choi Minho.
"Aku bukan gelembung yang bisa menghilang begitu saja." Kataku di dalam mimpi seraya menyentuh pipinya. "Aku akan kembali dalam hitungan menit. Oke?"
Wow, Minho menatapku seakan penuh cinta.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu." Kata Choi Minho sambil memegang tanganku lagi.
Aku tertawa kecil melihat tingkahnya bak penjagaku.
"Baiklah, pak penjaga." Sahutku iseng.
Choi Minho mencubit hidungku dengan gemas.
"Penjaga? Bukankah aku pangeranmu?" Kata Choi Minho.
"Sudahlah aku mau masuk. Jangan mengintip atau aku akan memukulmu." Kataku saat sudah sampai didepan kamar kecil.
"Baiklah." Kata Choi Minho.
---
Setelah aku selesai dari kamar kecil, aku keluar dan melihat Choi Minho tidak ada di depan tempat kami berpisah tadi."Baiklah, kemana perginya lelaki satu itu?"
Aku melihat ke kanan dan ke kiri, tapi tak ada tanda-tanda dari Choi Minho.
Aku menyenderkan tubuhku pada dinding pilar terdekat dari kamar kecil, berharap dia akan kembali.
5 menit berjalan cepat menjadi 10 menit dan saat aku lihat jam tanganku, aku sudah menunggu Choi Minho selama 12 menit.
Aku menghela napas dan memutuskan untuk kembali ke tempat kami duduk. Aku berbalik berjalan dan tiba-tiba ada tangan yang memelukku dari belakang.
"Apa kau menunggu lama?" Kata suara itu.
Bodoh. Lelaki bodoh. Dasar lelaki bodoh. Aku tidak mau menjawab pertanyaanmu.
"Hei, mengapa kau tidak menjawabku?" Tanya Choi Minho lagi.
"Bodoh." Kataku singkat.
Kupastikan Choi Minho mendengar ucapanku. Lalu ia memutar badanku dan melihat mataku.
Jangan tatap aku seperti itu, bodoh.
"Hei, apa kau tidak apa-apa?" Kata Choi Minho.
"Bodoh. Dasar kau bodoh! Aku menunggumu 12 menit dan kau tak mengabariku bahwa kau akan pergi sebentar! Aku-aku pikir kau meninggalkanku!" Aku merasa mataku panas.
Choi Minho tersenyum kecil dan kemudian memelukku.
"Maaf, maaf. Sekarang aku sudah disini, kau tak perlu khawatir. Aku tak akan meninggalkanmu." Kata Choi Minho.
"Kau sudah meninggalkanku tadi." Kataku sambil memeluknya lebih erat.
"Aku tadi membeli sesuatu." Kata Choi Minho sambil melepaskan pelukanku.
Aku menatapnya dengan penuh tanya. Kulihat Choi Minho merogoh sesuatu dari kantung coat nya dan mengeluarkan sepasang gelang.
"Aku tadi membeli ini. Penjualnya mengatakan bahwa gelang ini akan mengikat takdir kita. Kau akan menjadi milikku, aku akan menjadi milikmu." Kata Choi Minho.
"Apakah kau tidak dibohongi? Tak ada hal seperti itu." Kataku.
"Well, tak ada salahnya untuk percaya." Kata Choi Minho seraya mengambil tanganku dan mengikatkan salah satu gelang itu padaku.
"Manis sekali di tanganmu." Kata Choi Minho. "Sekarang, pasangkan gelangnya untukku."
Aku tertawa kecil, dan mengambil gelangnya untuk dipasangkan pada pergelangan tangan Choi Minho.
Setelah gelang itu terpasang, Choi Minho tersenyum padaku.
"Sekarang, takdir kita terikat." Katanya sambil memelukku. "Bagaimana kita kembali duduk?"
Aku mengangguk sambil tersenyum.
------
A/n :Halo readers!
Ini udah part 5, bagian yang paling fluff kayaknya.
Percayalah aku yang tulis, aku yang dugun dugun sendiri pas tulis. Karna, imagined how sweet it could be, to have a knotted destiny with someone you love mehehehe.
Hope you like this part and don't hesitate to comment!