Aku terbangun dari mimpiku dan aku dapat merasakan jantungku--atau hatiku berdebar.
Aku segera berlari kedalam kamar mandiku dan mencuci muka.
Aku memimpikan Choi Minho. Aku bahkan tidak memimpikan kedua orangtuaku.
Baiklah, [y/n]. Waktunya berolahraga.
Aku berkata pada diriku sendiri seraya menepuk kedua pipiku, berusaha untuk sadar dari dunia mimpi.
Seperti biasa, aku memakai baju olahragaku, dan memasang earphone yang sudah kupasangkan dengan ipodku dan berjalan menuju taman.
---
Sesampainya di taman, aku menghirup udara pagi yang segar seraya merenggangkan tubuhku ke kiri dan ke kanan.
Saat aku membungkuk, aku dapat melihat sepasang kaki berjalan ke arahku. Dan saat aku mendongakkan kepalaku untuk melihat orang tersebut, mataku terbelalak.
Choi Minho.
"Hai, [y/n]." Sapanya.
"Kau lagi. Sedang apa kau disini?" Kataku.
Great. Matahari bahkan belum bersinar terang, dan moodku hampir hancur.
"Aku? Menurutmu sedang apa aku disini?" Tanyanya lagi.
"Menggangguku?" Sahutku.
"Yah. Aku tidak serendah itu, mengganggu bukanlah gayaku." Kata Choi Minho.
"Lalu bagaimana gayamu?" Aku bertanya padanya dengan malas.
"Gayaku? Aku akan mendekatinya perlahan, membuatnya jatuh padaku." Kata Choi Minho dengan percaya diri sambil melihat mataku.
Jantungku--oh tidak--jangan tatap aku dengan mata seperti itu, Choi Minho. Tatapanmu membuatku teringat pada mimpiku semalam.
Ini gawat.
"Berhentilah menatapku seperti itu, [y/n]-ah. Kau membuat jantungku berdegup kencang." Kata Choi Minho iseng.
"Pfft bicara apa kau ini. Aku tidak menatapmu." Kataku.
"Baiklah, terserah." Jawab Choi Minho. "Udara dan cuacanya sangat bagus hari ini. Bagaimana kalau kita bertaruh?"
"Bertaruh apa?" Kataku.
"Berlomba lari kesana. Yang menang, bisa meminta apapun kepada yang kalah. Bagaimana?" Jelas Choi Minho sambil menunjuk sebuah bangku yang cukup jauh dari tempat kami berdiri.
"Oke. Tapi tunggu 10 menit, aku harus stretching terlebih dahulu." Sahutku.
"Baik, ayo kita stretching bersama." Kata Choi Minho.
Dengan begitu, selama 10 menit aku melakukan stretching bersama Choi Minho dan aku mulai berkeringat sedikit, pertanda tubuhku cukup panas.
"Yak, stop. Bagaimana kalau kita berlomba sekarang?" Kata Choi Minho.
"Oke." Kataku seraya mengambil posisi untuk berlari.
"Siap?" Kata Choi Minho.
"Siap." Sahutku.
"1...." kata Choi Minho.
Aku memasang mataku pada target.
"2...."
Aku tidak boleh kalah.
"3!!!"
Aku dan Choi Minho mulai berlari melawan angin. Aku berlari cukup kencang, namun tanpa kusadari aku berada di belakang Choi Minho.
Aku mengeluarkan tenagaku dan berlari lebih cepat, namun kaki Choi Minho yang panjang mengalahkanku.
Hebat. Aku kalah.
Choi Minho tersenyum lebar seraya mengepalkan tangannya ke atas.
"YES!" Kata Choi Minho. "Aku menang!"
"Yah, kau bangga setelah menang dari seorang wanita?" Kataku.
"Memangnya kau adalah wanita?" Ejek Choi Minho.
"Jaga mulutmu, Tuan." Kataku setengah kesal. "Baiklah, apa yang kau mau dariku?"
Kumohon jangan meminta hal aneh. Aku harus berdoa seperti ini--setidaknya agar Tuhan mengabulkan permintaanku.
"Aku mau kita berkencan sabtu ini."
Oh sial-- Doaku tidak terkabul.