2

96 46 29
                                    

   A true friend is the only person who never gets tired of listening to your own pointless dramas over and over again. -Anon

*****


  Selama pelajaran Matematika berlangsung, Tania dan Kim sama sekali tidak menatap satu sama lain, sepatah katapun tidak keluar dari mulut mereka. Bagaimana tidak, mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Tania yang sibuk membereskan alat makeupnya berusaha fokus dengan pelajaran, sedangkan Kim asik mengobrol dengan Bebe. Mereka bertingkah seolah tak kenal satu sama lain.

  Sesampainya dikantin, Tania yang berusaha menyelak antrian akhirnya mendapatkan sesuatu yang ia inginkan yaitu "sebuah kaleng berisi minuman dingin". Yap, suasana panas terik di siang hari berhasil membuat "minuman dingin" tersebut mencari incaran para mahasiswa dan habis terjual hanya dalam hitungan beberapa menit.

  Karena terlalu hausnya, Tania lupa mengajak Kim ke kantin juga. Pandangan Tania berusaha mencari Kim di antara kerumunan para mahasiswa. "Nah, itu dia!" ujarnya. Perlahan ia menghampiri Kim yang menyendiri disudut ruang kantin. Kedua ibu jari Kim sibuk mengetuk-ngetuk layar posel, entah apa yang dia kerjakan. 

"Ehhhmmm, Kim lu ga makan?"

Dua detik

Empat detik

Enam detik

  Kim masih terdiam tanpa melirik ke arahnya sama sekali. "Sepertinya ada yang salah, apa mungkin karna masalah drama yang tadi" pikirnya. Tania menelan ludah, perasaan bersalah mulai timbul dalam benaknya. Ia tak berniat lagi untuk meminum isinya lagi. "Kim, lu lagi sibuk ngapain? Ada yang bisa gue bantu?" Tania mencoba bertanya lagi. Kim menoleh ke arah datangnya suara tersebut hingga tatapan mereka bertemu.

  "Hai Kim!" sapanya dengan senyum canggung. Kim tak merespon apapun. Ia memutar matanya dan kembali melihat ke arah poselnya. Tania merasa kecewa, jari telunjukya berputar mengelilingi bibir kaleng tersebut supaya tidak terlihat begitu kosong. Ia tak tau apalagi yang harus di lakukan untuk membujuk sahabatnya tersebut. Rasanya tak sabar menjahili bocah yang satu ini supaya Kim berhenti dari sikap dinginnya.

"Ccesssss!!!" Dengan iseng Tania menempelkan kaleng dingin itu ke pipi Kim.

"Ihh, apaan sih Tania! Dingin tau!"

"Lagian daritadi gue dicuekin. Lu kenapa lagi sih Kim? Ngambek gara-gara drama tadi? Kan Bebe udah gantiin peran lu. Kalau emang gara-gara itu gue minta maaf deh." ujarnya sambil mengulurkan tangan.

" Iyalah, udah tau gue ngambek, malah di tinggalin sendiri. Gue kan jadi makin bete. Permintaan maaf lu gue terima. Tapi--"

" Tapi apa?" sambung Tania.

" Tapi dengan satu syarat, lu beliin gue martabak. Hehehe."

"Iya, iya nanti gue beliin."

  Jam dinding yang tepat berada di depan kelas menunjukkan pukul 2. Hanya beberapa mahasiswa yang masih fokus dengan penjelasan terakhir yang diucapkan oleh Bu Lies. Sisanya sibuk merapihkan barangnya masing-masing, rasanya tak sabar ingin pulang. Berbeda dengan yang lain, Kim masih melanjutkan beberapa episode dalam mimpinya.

  Tania menggelitik leher Kim yang masih tertidur pulas hingga ia bisa membangunkannya. Namun, upayanya belum juga berhasil. "Kim, kita udah pulang." ujarnya pelan. Kim menggumam tidak jelas, sepertinya ia masih berada di bawah alam sadar. "Ehh, kita jadi beli martabak kan?" bisiknya sekali lagi dengan pelan. Kalimat terakhir yang diucapkan Tania sekejap membuat Kim terbangun. Dengan pandangan yang masih samar-samar dan dengan ekspresi bingung. Ia mencoba menyadarkan dirinya dari alam tidurnya.

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang