fifteen - 열다섯

494 54 4
                                    

-satu hari sebelumnya-
-Jimin's POV-

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, yang artinya langit sudah benar-benar terlihat gelap. Aku masih berlari menuju sekolah, bertemu dengan Jaeho.

Kulangkahkan kakiku menuju lantai tiga, menuju ruang seni. Kulihat Jaeho yang masih berseragam sekolah, berdiri di sudut ruang seni sambil menyalakan rokoknya. Kedua matanya tertuju padaku yang baru saja datang, lalu ia tersenyum licik.

"Aku kira kau tidak akan datang menemuiku, Jimin bodoh." Ucap Jaeho, lalu tertawa.

"Untuk apa kau menemuiku?" Tanyaku tanpa berbasa-basi, lalu ia tertawa lagi, dan melangkahkan kakinya mendekatiku.

"Woah, tenangkan dirimu dulu Jimin bodoh. Hm, karena aku berbaik hati pada hari ini, aku akan memberikanmu rokok-ku." Ucapnya lalu memberiku sepuntung rokok.

Dengan cepat, aku pun langsung menangkis tangannya sehingga rokok itu jatuh ke bawah lantai.

Ia tertawa lagi, "Kau tahu rokok itu mahal?"

Aku menatapnya tajam, tidak menjawab ucapan gila nya itu.

"Hey Jimin bodoh, dengarkan aku. Kau hanya seorang lelaki lemah yang dikeluarkan dari sekolah Kyungsung karena perbuatan brengsek mu itu. Oh, kau marah padaku, ya?" Tanyanya lagi, lalu mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Ia mulai menggerakan mulutnya lagi, "Kau marah padaku karena aku menganggu acara romantismu bersama dengan Kim Hyeri?"

BRUKKKK.

Aku melayangkan pukulanku tepat di wajahnya setelah ia melontarkan kalimat itu.

Jaeho tertawa lagi, "Mengapa kau sangat marah, Jimin-ah? Kau tahu? Kau menyia-nyiakan rokokku sebanyak dua kali. Kau tahu rokok itu mahal, 'kan? Rupanya kau membuatku semakin naik darah, ya?"

Aku menggepalkan tanganku saat ia melontarkan kalimat gilanya itu, bersiap untuk memukul wajahnya lagi, "Bisakah kau berhenti menganggunya? Bisakah kau berhenti menindasnya? Dan bisakah kau berhenti menyebutkan namanya? Karena kau tidak akan pernah mendapatkannya."

BRUKKKK.

Aku terjatuh ke bawah lantai akibat pukulan Jaeho setelah aku melontarkan kalimat itu padanya. Jaeho menarik kerah seragam sekolahku lalu memukul wajahku lagi dengan kasarnya.

"Hey dengar ya Jimin brengsek, kau hanya murid baru disini. Kau ingin menjadi pahlawan di sekolah ini? Kau hanya murid pindahan yang tidak tahu diri. Aku lebih mengenal Hyeri daripada dirimu, jadi berhentilah bersikap sok pahlawan di hadapannya, karena aku lebih mengenali sikap Hyeri daripada dirimu. Dan jika kau berani melawanku untuk memukulku, aku akan menjamin bahwa hidup Hyeri akan semakin tersiksa setiap harinya. Jadi selamat menikmati siksaanmu pada hari ini jika kau ingin menyelamatkan hidup Hyeri atau sebaliknya."

Jaeho masih memukulku dan menendangku dengan kasarnya. Aku masih terpuruk di bawah lantai, menahan rasa sakit yang kurasakan. Aku tidak bisa melawan untuk memukulnya, karena aku tidak ingin Hyeri semakin tersakiti dan tersiksa karena perbuatannya.

Aku hanya ingin Hyeri hidup bahagia, tidak seperti diriku yang menyedihkan seperti sekarang ini.

Aku bisa merasakan banyak sekali luka yang berada di tubuhku sekarang dan darah yang mengalir terus menerus, di tubuhku.

Apakah hidupku akan berakhir di tempat ini? Aku sungguh tak kuat menahannya sendirian.

BRUUKKK.

Aku mendengar sebuah dentuman keras, sehingga membuatku membuka mataku dan melihat Jaeho yang terpuruk di bawah lantai.

Aku mendongak, lalu melihat Daehyun yang sedang membawa sebuah kayu. Aku menatapnya kaget, lalu melihat Jaeho yang masih terpuruk kesakittan di bawah lantai.

Afraid // [Kim Taehyung BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang