Perjodohan?

6 2 0
                                    

Author P. O. V

"What the hell Dad!  Kau tidak bisa memaksa ku!" ujar Niall menggebrak meja. 

"Kenapa tidak bisa? Tentu aku bisa niall!  Kau anak ku!" ujar Bobby.  Ayah dari Niall dengan bentakan. 

"Aku tidak mau! Lagian aku sudah punya barbara!  Untuk apa dijodohkan?!" ujar niall yang sangat marah. 

"Kau harus mau! Karna ini demi kebaikanmu juga!" ujar Bobby

"No dad!  I don't want! Aku sudah ada barbara dan aku mencintainya!  Aku bisa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak untuk ku!" ujar Niall

"Kau itu masih labil niall! Ikuti kata ku! Atau tidak aku akan memutuskan semua karir mu! Termasuk kau tidak boleh lagi ada di 1D!" ujar Bobby marah

"Kau tak adil dad!" ujar niall

"Sudah ku bilang ini demi kebaikanmu! Kau harus mau!" ujar bobby penuh amarah. 

"Tap--"

"Niall.  Sudah ikuti saja perkataan dad, ya..  Ini sudah yang terbaik" ujar maura, ibu dari niall yang juga sangat mendukung Bobby. 

Niall mendesah pasrah. 

"Nanti malam kau harus bersiap siap.  Kita akan bertemu dengan calon istri mu! Paham!" ujar Bobby lalu pergi meninggalkan niall dan juga maura di ruang tamu. 

Maura menatap niall. Niall duduk di sofa sambil menjambak rambut pirangnya.  "Kau harus turuti perkataan Dad, niall.  Itu sudah yang terbaik" ujar maura lalu berlalu. 

Ini sudah masalah band. Bila niall tak mau dia tidak akan ada di 1D. Niall tau betul sifat ayahnya yang tidak akan main main dalam perkataannya.  Bila dia berkata demikian.. Maka hal itu pasti terjadi. 

Dan niall tidak mau itu terjadi.  Tapi niall juga mencintai barbara. 

"Ah!  Ini rumit!" Gumam niall sambil terus menjambak rambutnya. 

***

Flairy P. O. V

"Jadi bagaimana?  Kamu mau kan nak?" ujar Dad menatap ku dengan tatapan berharap. 

Aku melihat kearah mom.  Mom juga memberi tatapan yang sama. 

Aku memejam kan mata ku.  Menarik nafas. 

Bagaimana ini? 

Aku sama sekali tidak bisa membantah kemauan orang tua ku. 

Aku sudah banyak berhutang Budi padanya.  Dan semua itu tidak akan pernah bisa aku balas. 

"Gimana nak?  Mom dan dad sangar berharap pada mu" ujar mom. 

Aku mengigit bibir bawah ku. 

"Kalau itu yang terbaik. Aku ..aku mau Dad. Mom" ujar ku tersenyum (walaupun terpaksa)

Kulihat dad dan mom tersenyum.  "Itu sangat yang terbaik untuk mu nak" ujar mom. 

Aku tersenyum. 

Apa iya?  Bagaimana bila orang yang akan di jodohkan dengan ku tidak suka dengan perjodohan ini? 

"Jadi.  Nanti malam kita akan ada dinner bersama dengan keluarga calon suami mu" ujar dad. 

Aku mengangguk pelan. 

Hanya ini..

Hanya ini yang bisa ku berikan pada mereka. 

"Kalau begitu.  Aku permisi ke kamar ya mom,  dad" ujar  ku.. 

Mereka mengangguk. 

Aku menaiki anak tangga menuju kamar ku. 

Ketika ku raih knop pintu seseorang memegang tangan ku. 

"What do you want Max?" Ujar ku saat menyadari bahwa orang ini adalah max. 

"Aku ingin bicara pada mu" ujar max datar. 

"Ada apa sih?" ujar ku.  "Ayo di kamar mu saja" ujar Max menarik ku ke kamar. 

Aku masuk kamar bersama Max. 

Max langsung menuju balkon kamar ku. 

"So..  What you question?" ujar ku to the point

"Kau Menerima perjodohan itu?" ujar Max

"Kau tau aku akan di jodohkan max?" ujar ku

"Jawab Fla..  Kau mau di jodohkan?" ujar Max.

Aku mengangguk.  "Iya..  Lalu kenapa?" ujar ku. 

"Fla!  Kau itu kenapa tidak inisiatif untuk menolak sih? Aku tau kamu terpaksa" ujar Max

Aku menarik nafas.

"Memang.  Tapi hanya itu yang dapat kulakukan untuk membalas jasa mereka max.  Aku sangat tidak enak hati untuk menolaknya" ujar ku menunduk. 

Kakak ku, Max.  Sangat overprotektif pada ku. 

Dia sangat tau aku bagaimana.  Dia tidak mau aku terluka.

"Fla.  Kau itu mengorbankan kebahagiaan mu!  Tidak sadarkah kau Fla!" ujar Max.

"Tidak max.  Selagi itu membuat dad dan mom bahagia.  Aku bahagia" ujar ku..

Max menatap ku.  "Aku takut kau terluka karna perjodohan ini" ujar Max

Aku tersenyum.  Betapa beruntungnya mempunyai kakak sepertinya. 

"Tidak akan Max. Percaya pada ku" ujar ku. 

Max mengelus rambut ku.  "Aku menyanyangi mu.  Aku hanya bisa mendukung keinginanmu.  Kalau itu mau mu" ujar Max. 

"Thank you max.  Aku juga menyayangimu" ujar ku memeluknya.  "Pokoknya kalau kau disakiti oleh calon suami mu.  Beritau aku" ujar max.

Aku hanya mengangguk dalam pelukan Dan tersenyum. 

Aku sangat sangat beruntung memiliki kakak seperti nya..

Half a Heart [N.H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang