Rinai 3

270K 17.6K 1.1K
                                        

Share with me the secret that you kept in, because it's cold inside.

Vulnerable - Secondhand Serenade.

💧💧💧

Di luar kelas mendung, pasti sebentar lagi hujan. Fajar terlihat termenung, tak seperti biasanya. Tatapannya mengikuti arah air yang datang dari langit.

Akhirnya hujan.

Petrichor.

Kenapa orang-orang menyukai hujan?

Fajar bertanya pada dirinya sendiri. Hujan bagi Fajar itu menyebalkan, membuatnya basah. Ribet. Hujan itu nyebelin, sama kayak cewek yang kemarin Fajar temui.

Eh? Kok ke dia?

Entah mengapa pikiran Fajar melayang, iris cokelat itu terus menghantui Fajar, membuat Fajar tidak fokus. Walau sebenarnya ia memang tak berniat fokus pada pelajaran PKn yang isinya hanya mengulang materi kemarin. Tapi bukan berarti mata gadis itu harus berlari-lari di kepalanya juga.

Fajar mendengus. Menyadari sesuatu, bahwa dia bahkan belum sempat menanyakan nama gadis itu. Boro-boro nanya nama, kepikiran buat ngelirik name tag-nya aja enggak.

Loh? Kok jadi mikirin cewek itu sih?

Frustasi, Fajar memutuskan untuk mengalihkan perhatian pada Surya yang sedang tidur seperti biasanya. Senyum jahil Fajar mengembang.

Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Surya, dan berbisik pelan, "Surya ... Surya tidur lagi? Hobi dihukum sampe tuh mata jereng, ya?"

Surya mengeryit dan seketika bangkit. Posisi duduknya tegap. "Enggak, Pak Muji!" teriaknya lantang.

Hening.

Hening.

Hening.

"Surya, kamu kenapa?"

Suara tawa menggema. Seolah seluruh dunia terpusat padanya, Surya merutuk kesal. Dia yakin 1000 perseratus, yang mengerjainya adalah Fajar. Si bocah jelmaan setan.

Surya menoleh ke arah Fajar yang sok suci. Lihat saja, laki-laki itu menyibukkan diri dengan catatan. Mata Surya menatap Fajar tajam seperti berkata, "Abis ini lo mati, Kawan." Dan saat itu juga Fajar menoleh, memamerkan senyum jahilnya.

"Surya?" panggil Bu Berta.

"Aduh," keluh Surya sebelum kembali melihat ke depan. "Maaf, Bu. Tadi saya tidak sengaja."

Untung saja sang guru tidak peduli dan memilih untuk kembali pada koran di hadapannya. Sedang Fajar justru tersenyum seperti anak anjing yang mengemis makan.

***

Di kantin, Surya mengamuk tidak keruan. Mulutnya tak henti memaki Fajar. Tapi, Fajar justru tertawa terbahak-bahak.

"Lo kalo nggak iseng bisa nggak sih?"

"Bisa!" jawab Fajar mantap lalu menegakkan posisi duduknya. Wajahnya serius dan matanya menatap Surya yakin.

Surya mendecih, "Alah palingan cuma kalo lagi main slither.io sama lagi makan mie ayam ibu kantin."

"Nah... itu tau. Jadi makin laper." Laki-laki itu memegang perutnya dan melirik ke arah Bu Murni. "Lama banget ya."

Catatan Tentang HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang