01 : Sang Kematian Ketiga

89 10 0
                                    

01 Taurus 543...

Biru menghela nafas panjang saat membaca tulisan latin yang ada di salah satu pecahan Cermin Batas Kehidupan yang kini melayang di atas meja, tempatnya sekarang tengah meletakkan kedua tangannya yang lemas. Biru berpikir, apakah benar semua rencana ini dirancang oleh dirinya yang dulu ?

"Kita berada di masa sekarang, dimana banyak sekali yang harus dirombak ulang, untuk merubah kegagalan di masa lalu menjadi keberhasilan di masa sekarang." Penjelasan Ruby memberi pengertian bagi Biru.

Hari ini dia tahu segalanya.

Mengenai Kerajaan Bintang.

Hidupnya di masa lalu.

Ingatan dari dirinya yang dulu...

Dan, takdirnya sebagai seorang raja.

"Kau bilang, hanya aku yang bisa menghubungkan komunikasi Pelayan Bintang yang ada di dalam jantung setiap majikan mereka, dengan majikan mereka sendiri. Tapi kenapa mereka ada di hadapan kita, sementara aku baru tahu tentang mereka. Ini bisa dikatakan, aku tak melakukan apapun tapi kenapa semua Pelayan Bintang bisa terhubung dengan sang majikan ?"

Ruby yang terus berdiri di samping kursi yang di duduki Biru menjawab. "Karena, aku adalah kembaranmu. Kita lahir di rahim yang sama. Maka kewenangan Sang Pewaris Tahta pun bisa kulakukan walau tidak semua kewenangan. Misal, kau akan dijadikan raja sementara aku tidak, kau bisa merubah ketentuan Sang Bintang sementara aku tidak."

"Tapi kau bilang bahwa di antara mereka ada yang berasal dari Dunia Fantasi. Bukankah diharuskan dari Dunia Nyata ? Siapa yang merubah ketentuan itu selain... Ekhem... Ayah kita ?"

Entah kenapa atau mungkin memang terlalu benci, Biru enggan membahas atau sekedar bilang 'ayah kita' atau 'ayahku'.

"Ibu kita yang melakukannya, Biru. Itu bisa dilakukan selama Raja Bintang sendiri sudah tidak dipercayai lagi. Kau tahu, ibu kita adalah Sang Aries ke-14. Sekaligus, sebagai Ratu di kerajaan ini. Aku harap kau mengerti."

Biru mengangguk.

Lalu matanya mengerling ke arah barat di kursi pertama dari dekatnya. Dia melihat gadis berambut ungu panjang dengan bola mata keunguan tersenyum ke arahnya. "Violet."

"Iya, Yang Mulia Pangeran Biru..."

Biru mengernyit tak suka. "Kau ini sepupuku bukan ? Dan sejak kapan rambutmu berwarna ungu ?"

Gadis berambut ungu yang dipanggil Violet itu terkekeh. "Kau tahu Yang Mulia ? Saya harus melakukan ini karena ini bukan Dunia Nyata di mana kau hanya seorang direktur muda yang menjalani akselerasi untuk mempercepat pendidikan. Tidak. Kau adalah seorang pangeran. Dan, kau lebih tepatnya disembunyikan."

"Hhh... Jadi beberapa temanku ternyata adalah anggota Sang Bintang ?"

Ada sekitar lima manusia mengangguk. Sementara gadis berambut biru gelap hanya diam. Memperhatikan bagaimana wajah tampan sang pangeran menyapu pandang ke seluruh ruangan dengan tatapan tegas. Dia menggeleng lemah. Selama ini dia hanya mengagumi sosok yang dipanggil Sang Aries atau Tuan Putri Ruby. Nyatanya, dia menambah daftar manusia mengagumkan dalam benaknya.

Biru Ariestyo Hazelion atau Biru Aqua Hamal.

"Dan siapa kau ?"

Maka gadis berambut biru laut dengan tatapan lugu itu menunduk dalam saat target yang diperhatikannya berbalik memperhatikannya. "Sa...saya... Ehm... Sang Pisces."

"Asalmu dari Dunia Nyata atau ?"

"Asal saya dari Desa Pisces."

Biru mengangguk. "Jelaskan padaku satu-satu mengenai apa tugas kalian untuk menghadapi situasi genting ini. Agar aku lebih mengerti. Jelaskan padaku pula keahlian kalian. Aku akan siap mendengarkan."

The Princess Of Death & The Third Prince [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang