Part 4
Mr. Wu mengundang Dennis dan juga Alexandra untuk makan malam dikediamannya.
"Kris,cepatlah turun! Sebentar lagi tamu kita akan datang, sayang" seru Mrs. Wu lembut saat ia mendapati putra tunggal kesayanngannnya masih focus bermain game."memang siapa sich mom tamu kita? Kenapa aku jugaharus ikut?" Tanya Kris tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun.
"Ny., Mr. Kim dan adiknya sudah tiba" intrupsi Jung Ajhuma, kepala pelayan keluarga Wu."baiklah, Kamu sudah tahu siapa tamu kita 'kan sayang?" tutur Mrs. Wu Seraya mengusap pucuk kepala putranya itu.
"apa yang Mommy maksud Dennis hyung dan Lexa?" Tanya Kris yang kali ini beralih focus pada sang ibu.
"perjodohan?" koor Kris dan Alexandratak kala mereka semua tengah bersantai di ruang tengah rumah mewah itu.
"bagaimana menurut kalian?" Tanya Mr. Wu sembari menyesap tehnya.
"entahlah,sepertinya pendapat saya tergantung dengan pernyataan yang akan Kris sampaikan sekarang" tutur Alexandra mulai angkat bicara mengenai rencana perjodohannya dengan Kris."bagaimana menurutmu Kris?" Tanya Dennis.
"aku tidak menolaknya tapi aku juga tidak menerimanya, aku belum mengenal Alexandra dan aku butuh waktu untuk bisa mengenalnya lebih dekat lagi" jawab Kris tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
"pendapatku tidak jauh berbeda dengan apa yang Kris sampaikan barusan"
Knock Knock Knock
"masuk!!" seru Alexandra saat ia mendengar suara ketukan di ruang galerinya.
"nona,ada tamu untuk anda" tutur seorang maid yan tadi mengetuk puntu ruang galerinya. Untuk sesaat, Alexandra menghentikan kegiatan melukisnya dan kemudian memandangi lukisan tersebut sesaat sebelum mengeluarkan sebuah pertanyaan yang ia sendiri sudah mengetahui jawabannya.
"siapa?""Mr. Wu, nona"
"kalau begitu, tolong antarkan dia kesini"
"jadi, apa yang bisa ku bantu, Kris?" Tanya Alexandra ramah, tak kala mereka _ia dan kris_ menikmati acara minum teh yang menjadi salah satu hobby Alexandra disaat waktu senggangnya, di beranda ruang galerinya. Sebenarnya ia tahu kedatangan Kris pasti untuk membahas perjodohan mereka.
"maukah kamu berkencan denganku?" tanya Kris santai sembari meresapi aroma teh yang kini tengah berada dalam genggamannya.
"ternyata kamu orang yang cukup to the point, Kris ^^" sahut Alexandra dengan senyum simpulnya yang tanpa ia ketahui sudah berhasil membuat jantung seorang kris wu berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
"baiklah" lanjut alexandra setelah ia sedikit menyesap tehnya.
"kalau begitu, kita mulai dari besok" ujar Kris
"mulai?"
"tentu saja. Kamu tidak berpikiran kalau kita hanya akan berkencan sekali saja 'kan?""maaf aku terlambat, Uncle Wu" Ujar Dennis sesampainya disebuah ruangan VIP disebuah restoran sembari melangkah mendekati sebuah meja bundar besar yang disusun bersama dengan beberapa buah kursi. Pria paruh baya yang disapa uncle wu itupun tersenyum sanbil mempersilahkan Denis duduk.
"tidak masalah, Son. Kami yang harus minta maaf karena telah mengganggu waktu sibukmu"
"tidak, uncle. Ini sama aeklai tidak mengganggu" ucap Dennis cepat lalu menatap wanita paruh baya yang duduk disebelah Mr. Wu yang tak lain adalah Mrs. Wu.
"selamat malam, Auntie ^^" sapa Dennis ramah.
"selamat malam, sayang J." Sahut Mrs. Wu."kamu terlihat lelah malam ini" lanjutnya.
"mungkin karena beberapa meeting hari ini" balas Dennis pelan.
"ngomong ngomong, apa yang hendak Uncle bicarakan?"
Mr. dan Mrs. Wu saling pandang untuk beberapa saat,sebelum Mrs. Wu kembali bersuara.
"sebaiknya kita makan dulu, ya J""kalian yakin?" Tanya Dennis setelah Mr. Wu menyampaikan permaksudannyamengajak denis makan malam diluar malam ini. Awalnya Dennis sangat terekejut dengan ide Mr. Wu. Namun, itu tidak terlalu buruk. Apalagi masih ada waktu kurang lebih satu bulan bagi adiknya untuk mengenal Kris lebih dekat lagi.
Mr. Wu tersenyum bijak.
"tentu saja. Uncle yakin alam waktu satu bulan hubungan mereka akan semakin dekat"
"ya, apalagi kalau mereka sampai mengingat pertemuan pertama mereka 5tahun lalu" tambah Mrs. Wu tak kala ia mengingat Kris putra tercintanya mengeluhkan pengalaman yang dialaminya saat ia dan teman-temannya hang out dan bertemu dengan gadis kecil yang menurutnya manis dan menyebalkan disaat bersamaan.
Dennis terdiam ucapan Mrs. Wu ada benarnya juga. apalagi selam ini Alexandra selalu berangan angan agar bertmu lagi dengan pangeran berkuda putihnya itu.tapi tidak menutup kemungkinan sang adik mengenali pangerannya itu. Secara wajah kris saat berusia 24 tahun dan 29 tahun tidak jauh berbeda.
"baiklah, aku setuju"
jam sudah menunjukan pukul 10.15 malam tsk, saat dennis mendapati sosok adiknya tengagh tertidur dengan posisi duduk disalah satu sofa tunggal dikamarnya _Dennis_ ditemani tv yang masih menyala.
"apa kamu menungguku, sweety?" gumumnya sembari menggendong tubuh Lexa untuk dipindahkan keatas ranjang.
"oppa!!" seru Lexa manja, sesampainya diruang makan dan mendapati sang kakak tengah bergelut dengan tabnya.
"hmm" sahut Dennis seraya menatap adik semata wayangnya yang sudah duduk dengan manis dihadapannya. Walaupun sejak 12 tahun lalu dennis adalah kepala keluarga dirumah itu, tapi kepal kursi diruangan makan tersebut selalu mereka biarkan kosong tanpa tersentuh oleh siapapun. Karena Mr. kim_ kepala keluarga rumah itu sebelumnya_ telah berpulang 12 tahun lalu sedangkan istrinya meninggal saat Alexandra berusia 1 tahun.
"kenapa semalam memindahkanku keranjang? Bukannya membangunkanku" tuntut lexa setelah menggigit sandwichnya.
"kamu tahukan? oppa tidak setega untuk membangunkanmu, sweety" jelas Dennis perhatian." oh ya, kenapa kamu semalam menungguku? Bukankah aku sudah memberitahumu kalau aku ada acara diluar semalam?" lanjutnya.
"ehm, sebenarnya..........aku Cuma mau bilang, kalau..........
kalau aku......... aku mulai bekerja hari ini" sahut Alexandra takut takut Dennis akan marah mendengarnya.
"Seoul Medical Centre?" Tanya Dennis datar. Yang dijawab sebuah anggukan dari Alexandra. Kemudian dennis beranjak dari duduknya dan menghampiri Alexandra. Dennis memegang lembut bahu sang adik dari belakang setelah itu, ia mendekatkan bibirnya ke arah telinga Lexa dan berbisik pelan."kalau begitu, selamat bekerja sweety ^^" mendengar apa yang baru saja dibisikan Dennis, Lexa hanya bisa terpaku ditempatnya. Sementara dennis melangkah menjauhi ruang makan dengan senyum bahagia mengiringgi langkahnya.
ENDS