Masakan Surga

417 14 6
                                    

Ramadhan datang. ramadhan kali ini benar benar berbeda dari ramadhan yang lalu. Iya,ramadhan ini adalah ramadhan awal diriku duduk di bangku SMA. Aku mendaftar SMA di SMA MUHAMMADIYAH. Iya sengaja ayahku mendaftarkanku di sekolah itu. Memang dari kecil aku bersekolah di sekolah swasta milik Muhammadiyah. Mungkin karena kami warga Muhammadiyah jadi ayahku selalu menyekolahkanku di sekolah Muhammadiyah. Ada juga teman kecilku yang senasib denganku. Dari kecil aku satu sekolah dengannya sampai sekarang ini,Ia bernama Zahra

Awal masuk SMA pada bulan ramadhan memanglah ujian berat bagiku. Bagaimana tidak? Aku harus mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa atau lebih dikenal dengan MOS dengan keadaan menahan lapar dan haus. Seperti biasa setiap ramadhan sehabis sahur keluargaku tidak tidur lagi sehingga bisa sholat subuh berjamaah di masjid. Ayah selalu membiasakan anak anaknya untuk disiplin dan taat dalam beribadah lebih lebih kepada kakakku laki-laki yang bernama Muhammad Hafidz. Ayah selalu berkata kepada kakak.

"Hafidz,ingat nak kamu itu anak laki-laki. Jadi wajib hukumnya bagimu sholat 5 waktu di masjid berjamaah. Jangan pernah lupakan pesan ayah ini nak!"

Kami selalu berjalan bersama menuju masjid,meskipun untuk wanita lebih baik sholat di rumah. Aku dan zahra memang suka bersama sholat di masjid,kami sering bersebelahan ketika sholat. Zahra sering curhat padaku,aku pun sebaliknya. Kami memang sahabat dari kecil sampai keluarga kami pun dekat layaknya saudara sendiri.

Suatu ketika aku dan zahra menempati shof sholat subuh di depan pojok kanan tembok putih tempat almari Al-Qur'an. Kami sering melihat jamaah laki laki mengambil Al-Qur'an karena berdekatan shof tempat aku dan zahra duduk menunggu iqomah. Namun saat itu hatiku berdegub kencang melihat Amri anak pak sholeh kampung sebelah yang pulang dari pondok. Aku memang mengetahui amri,namun sepertinya amri tidak mengetahuiku. Aku pangkling melihat sosoknya yang sekarang putih,tinggi,dan manis. Tak seperti dulu yang aku lihat hitam,kecil,dan ingusan. Umur amri sebaya denganku. Setelah lulus SD amri memang melanjutkan sekolah di pondok di pesantren jawa timur.

"Zahra,kamu lihat tidak barusan?" tanyaku histeris kepada zahra

"Lihat apa syah?" tanya zahra menyautiku

"Tadi ada amri anak pak sholeh yang mondok di jawa timur itu"

"Maksudmu amri yang hitam kecil ingusan itu?" tanya zahra

"Ihhh sekarang dia beda tau,sekarang putih,tinggi,manis lagi" sautku sambil memujinya

"Ahh sudahlah ayo kita sholat. Sudah iqomah" ucap zahra

Setelah selesai sholat,seperti biasa aku selalu menunggu ayah dan kakak. Kami biasa berangkat bersama dan pulang bersama. Sesampai di rumah,ayah bertanya kepada kakak

"Nak,kamu tadi melihat pemuda yang berjubah putih dan berkopyah putih tadi tidak? Apa kamu mengenalnya?" tanya ayah

"Iya yah,itu amri anak pak sholeh" jawab kakak

"Kok ayah ga pernah lihat ya?"

"Dia memang mondok yah sewaktu smp di jawa timur. Dia sekarang pulang dan akan meneruskan sekolah disini yah"

"Ohh. Kalau ga salah amri itu seumuran dengan Aisyah ya?" tanya ayah kembali

"Iya yah,dia seumuran dengan aisyah. Sekarang dia juga sudah hafal 25 juz Al-Qur'an. Kurang 5 juz lagi ia khatam"

"Coba deh kamu ajak tahfidz Qur'an di masjid kita"

"Sudah kok yah,sudah hafidz ajak"

Mendengar percakapan kakak dan ayah tadi,aku pun semakin kagum dengan amri. Bagaimana tidak? Sudah ganteng hafal Al-Qur'an lagi. Aku pun segera menuju kamar mandi. Aku berangkat menuju sekolahku yang baru, jam 05.30 Wib. Tak disangka,sesampai di sekolah baru aku melihat amri. Ternyata ia juga sekolah di SMA Muhammadiyah tempat dimana aku sekolah. Hari hariku semakin berwarna,entah rasa apa yang sedang aku alami ini hingga sulit ku ungkapkan.

Masakan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang