Masakan Surga

83 5 1
                                    

Hari-hari kami jalani berdua bersama. Memang Allah belum memberi kami amanah yaitu sebuah momongan. Usaha dan doa memang tak henti kami lakukan. Kepada siapa lagi selain hanya berharap kepadaNya? Aku dan mas amri percaya suatu saat kelak di waktu yang tepat pasti Allah memberikan kepada kami. Kami tidak saling menyesal dan menuduh siapa diantara kami yang memiliki gangguan. Sejak mas amri menjabat tangan ayahku dan mengikrarkan dirinya untuk sehidup semati denganku, tak ada sedikitpun aku ragu dengannya, begitu juga sebaliknya mas amri terhadapku. Bagiku diberi sebuah anak itu adalah anugerah yang terindah namun sedikit sulit dan rumit untuk menjaganya tanpa didasari dengan keimanan. Mungkin saja Allah tahu bahwa aku dan mas amri belum pantas untuk mengemban amanah indah itu. Tapi bagaimanapun juga kami tetap bahagia menjalani keluarga bersama-sama melengkapi satu sama lain. Bagiku mas amri itu lelaki yang pandai menghibur istrinya. Yaitu aku. Iya aku memang siapa lagi? Hehe

Aku teringat ketika dulu pernah sedih tanpa akibat. Dan tidak tahu mengapa hari itu sangat membosankan. Saat itu tiba-tiba mas amri datang untuk menghiburku dengan jurus andalannya yang pandai menggombal. Tetapi tidak pandai menggombal wanita lain hehe

"Assalamu'alaikum umiku" salam mas amri yang begitu lembut

"Wa'alaikumussalam bi" jawabku judes

"Kok judes gitu mi? Ga boleh gitu dong. Nanti cantiknya ilang hehe. Umi kenapa mi?" tanya mas amri

"Gapapa bi. Gatau kenapa umi sedih tanpa alasan gini dan berasa hari ini sangat membosankan" jawabku

"Oh gitu, kita main tebak-tebakan aja yuk mi?" usaha mas amri menghiburku

"Gamau ah. Gopek dulu" jawabku menyenangkan hati mas amri

"Jangankan gopek mi. Hati abi aja boleh buat umi" saut mas amri yang membuatku tambah terpesona kepadanya.

"Ah paling abi mbelgedes aja"

"Eh kok gitu? Ga kok mi. Abi beneran"

"Yaudah sekarang kita main tebak-tebakan. Tapi umi dulu. Tapi kalau abi ga bisa jawab. Izinkan umi nyubit pipi abi" ajakku kepada mas amri

"Oke boleh. Jangankan izin menyubit mi, izin mencitaipun abi izinkan. Hehe"

"Apasi? abi gitu deh" hatiku semakin berdebar

"Hehe yaudah ayo. Apa tebakannya biar abi jawab"

"Apa bedanya matahari dengan bulan?" tebakan dariku

"Hmm apa yaa?" (sembari berpikir)

Aku tidak tahu mas amri diciptakan dari apa, sehingga ia sangat sempurna bagiku. Apakah dia malaikat? Memang benar dia malaikat. Dia malaikat untukku. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran mas amri saat itu sehingga ia menjawab

"Bagi abi, matahari itu seperti umi abi, menyinari sepanjang masa. Dan kalau bulan itu seperti kamu humairaku, yang menyinari ketika abi tersesat dalam gemerlap malam. Hehe" jawabnya dengan muka sem-sem sembari menatap mataku.

Wanita mana yang hatinya tidak meleleh ketika diperlakukan seperti itu oleh suaminya. Aku ini wanita normal yang juga memiliki hati yang mampu meleleh.

"Aaaaa abi bisa aja" sautku sambil tersenyum bangga padanya

Aku pun ingin menjaili mas amri dengan membuatnya malu.

"Jadi abi lagi menggombali umi nih?" tanyaku

"Haha apasi umi tau aja. Abi kan jadi malu" jawabnya dengan raut muka malu kemudian memelukku.

**

Mas amri adalah sosok laki-laki yang pandai menurutku, tapi sedikit menyebalkan sih kalau lagi manja hehe

Teringat suatu aku kagum padanya, pada waktu itu tiba-tiba sepulang dari masjid (sholat isya') ia membawa parcel buah. Biasanya ia pulang hanya membawakanku martabak depan komplek kesukaanku, tetapi kali ini berbeda. Sempat terpikir olehku, buah itu akan dikonsumsi sendiri. Tapi kenapa mas amri beli yang paketan? Rasa penasaranku semakin menggebu akhirnya aku tanya kepadanya

"Assalamu'alaikum umi" salam mas amri

"Wa'alaikumussalam bi. Abi kenapa beli paket buah itu bi?" tanyaku

"Sekarang mendingan umi ganti pakaian dulu deh yang rapih" suruh suamiku

"Emangnya mau apa bi? Kita mau jenguk seseorang?" tanyaku kembali

"Iya mi?" jawab mas amri

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Siapa yang sakit bi? Temen abi? Sakit apa bi?" tanyaku kaget setengah histeris

"Tetangga kita mi. Biasa aja kali mi gausah gitu hehe" jawab mas amri

"Siapa bi?" tanyaku kembali

"Adadeh. Yang penting umi ganti pakaian dulu" suruh mas amri

"Iya bi"

~~

Setelah aku selesai ganti pakaian, kemudian aku menuju teras rumah dimana mas amri sudah menungguku.

"Udah mi?" tanya mas amri

"Udah bi, sebenernya kita mau kemana si bi?" tanyaku

"Udah nanti aja abi kasih tau di jalan"

setalah kami jalan keluar rumah ternyata mas amri mengajakku ke rumah pak hasan dan bu fika. Aku pun kaget. Kenapa ke rumah pak hasan dan bu fika? Perasaan kemarin waktu belanja sayuran pagi pagi aku melihat mereka sehat sehat saja. Aku pun bertanya kepada mas amri

"Bi, emang pak hasan dan bu fika sakit apa bi? Perasaan kemarin umi lihat mereka baik baik aja." tanyaku

"Assalamu'alaikum" ucap salam mas amri sembari mengetok pintu.

"Udah umi diem aja dulu nanti juga tahu" suruh mas amri dengan nada lirih

"Hmmm oke deh bi"

Setelah beberapa saat terdengar suara pak hasan menjawab salam sembari menuju pintu rumahnya.

"Wa'alaikumussalam. Barakallah ada keluarga bahagia datang kesini" jawab pak hasan

"Alhamdulillah" jawab kami

Tanpa bertanya pak hasan mempersilahkan kami masuk

"Silahkan duduk pak amri, bu aisyah"

"Iya terima kasih" jawab kami

"Umiiiiiiii ada tamu istimewa nih" teriak pak hasan memanggil bu fika

Masakan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang