Musikal 4

8 2 0
                                    

Terlihat banyak lipatan pada kening Hana. Dalam mimpi buruknya sekali pun ia tak pernah bermimpi untuk bertemu seorang pengacau dari masa lalunya. Namun, Tuhan menakdirkan hal lain. Ia tak pernah bermimpi tentang si pengacau itu, tapi pagi ini Tuhan mengirimkan langsung si pengacau itu.

Hana mencoba mengatur napasnya. Semakin ia menekuk wajahnya, cengiran wanita di depannya ini semakin lebar. Entah apa yang sedang ia rencanakan, tapi satu hal yang ia tahu, bahwa si pengacau ini akan mengacaukan hidupnya satu kali lagi.

" Kupikir kau sudah tenang di Broadway sana."

Wanita itu tertawa, " Hei, Broadway bukan pemakaman tahu. Oh ayolah, jauh-jauh aku datang dari Amerika masa kau tidak menyambutku dengan senyuman. Kau tidak rindu padaku?"

" Langsung saja pada intinya, Tifa. Aku tahu kau sedang merencakan sesuatu."

Masih dengan cengiran di wajahnya, Tifa menyerahkan sebuah proposal di hadapan Hana. Judul yang tidak asing, tapi cukup membuat Hana terkejut.

" Ka-kamu tidak bercanda'kan?"

Tifa menggeleng dan masih tetap tersenyum. Hal ini membuat Hana harus menghembuskan napasnya dengan berat. Ia melepaskan kaca matanya dan menatap wanita itu lekat-lekat.

" Dengar, teater Love Musical sudah lama ditutup. Penutupan itu dilakukan karena tidak lagi sponsor yang mau mendanai klub tersebut. Lagi pula tidak ada lagi generasi teater seperti waktu itu. Makanya pihak yayasan berpikir bahwa klub tersebut tidak membawa keuntungan dan menutupnya."

" Aku tahu, aku tahu," ujar Tifa dengan kepala mengangguk-angguk. " Tapi apa kamu lupa, bahwa 'generasi teater seperti waktu itu' telah kembali. Ada di hadapanmu loh."

Hana menghela napas lagi, " Itu tidak semudah yang kau pikirkan. Tidak seperti dulu lagi."

" Tentu saja, ini'kan masa sekarang bukan masa lalu. Lagi pula aku tak berniat mengulangi apa yang sudah terjadi, tapi aku mau menjadikan lebih hebat dari yang sebelumnya."

" Tifa!" seru Hana. Matanya sampai melotot karena kemarahannya, tetapi Tifa tetap pada ekspresi santainya.

" Sudahlah, Hana. Aku datang ke sini hanya ingin minta izin untuk menggunakan gedung teater. Aku tidak mau berdebat masalah teknis denganmu."

Hana menarik napasnya dalam-dalam, " Aku hanya bisa mengizinkanmu menggunakan gedung tua itu, tapi tak sedikit pun aku akan bertanggung jawab dengan apa yang akan terjadi nanti. Entah itu masalah biaya atau teknis lainnya."

" Itu sudah lebih dari cukup," sahut Tifa dengan senyuman lebar di wajahnya. "Aku tahu kamu bisa diandalkan, Hana."

Hana menelpon sekretarisnya untuk dibuatkan sebuah surat izin penggunaan gedung. Tak lama sekretarisnya datang dan menyerahkan surat itu. Hana segera membubuhkan tanda tangan dan memberikan cap. Setelah itu ia menyerahkannya pada Tifa.

" Pergilah, dan semoga berhasil."

Senyum di wajah Tifa semakin melebar. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. Sebelum ia memutar knop pintu, ia menoleh dan tersenyum.

" Kamu memang aktris yang hebat, Hana. Terima kasih."

LOVE MUSICAL Extraodinary - By Tiffani WitharzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang