Musikal 7

2 0 0
                                    

" Namaku Firdayanti, tapi kalian bisa memanggilku dengan Fi. Salam kenal."

Seisi kelas mulai berbisik-bisik. Wajar saja, karena kelas mereka baru saja kedatangan murid baru. Bukan murid biasa, melainkan seorang artis, dan Fi sangat membenci ini. Saking bencinya, ia bahkan tak tersenyum sedikit pun sampai jam istirahat berbunyi. Ia juga mengabaikan orang-orang yang mencoba mendekati dan berkenalan dengannya.

' Berteman hanya akan menyusahkan saja. Dunia itu penuh dengan para penipu'

Begitulah moto hidup Fi yang selama ini ia anut. Sudah berkali-kali ia mencoba dekat dengan seseorang dan menganggap mereka teman, tapi yang terjadi ia justru dijerumuskan ke dalam masalah. Semua masalah yang mengangkatnya sebagai artis sensasional sebagian besar adalah ulah dari orang-orang yang bermulut manis di depannya, tapi di belakang mereka mengkhianati. Fi sudah lelah. Mungkin keputusan manajemen menyuruhkan vakum untuk sementara waktu bukanlah hal yang buruk.

Pendapat itulah yang membawanya sampai ke sebuah kelas yang tidak terpakai. Fi tidak tahu kenapa ia sudah sampai di sini. Sedari tadi ia hanya melamun dan membiarkan kakinya melangkah tak menentu. Letak kelas tak terpakai ini ada di ujung lorong dan terlihat jarang orang melewatinya, tapi Fi bisa mendengar suara musik dari luar ruangan. Fi tidak mengenal lagu itu, tapi ia yakin kalau itu adalah salah satu simfoni klasik.

Fi memberanikan diri membuka pintu ruangan itu. Ia menujulurkan kepalanya, menengok ke sana ke mari, baru kemudian ia benar-benar masuk ke ruangan tersebut. Kelas itu tampak usang, tapi tidak kotor. Setelah menjelajahi salah satu sudut ruangan itu, mata Fi beralih pada titik yang lain. Di saat itulah ia sadar kalau ada orang lain yang mendahuluinya di sana.

Fi bahkan baru sadar kalau ada sebuah cermin besar terpajang di salah satu sisi ruangan itu. Di depan cermin itu ada seorang gadis yang tampaknya tak terusik dengan kehadirannya. Gadis itu terlalu fokus pada tariannya. Dari gerakannya Fi bisa menebak kalau gadis itu sedang berlatih balet. Pantas saja musik klasik yang mengiringinya terdengar sampai luar.

Ketika mata gadis itu tertuju pada cermin di hadapannya, barulah ia tahu kalau ada orang yang sedang memperhatikannya. Spontan ia menghentikan tariannya, dan berbalik. Ia menatap Fi dengan penuh tanda tanya. Fi yang tertangkap basah pun salah tingkah dibuatnya.

" Oh, maaf. Aku tak bermaksud menganggu latihanmu. Aku sepertinya tersasar ke sini."

" Tak ada yang pernah kesasar di sini," ujar gadis itu masih dengan tatapan penuh tanda tanya. " Kamu anak baru?"

Fi hanya bisa mengangguk dengan cengiran kuda di wajahnya. Ia pun berniat untuk segera meninggalkan tempat itu.

" Well, aku bisa pergi kalau―"

" Ah, tunggu!" seruan gadis itu berhasil mengurungkan niat Fi. Kini ia menatap Fi dengan tatapan penuh selidik. " Hei, aku tidak salah lihat'kan? Apa kamu Fi si artis itu?"

Fi tersenyum tipis, " I guess everybody knew about me, huh."

Jawaban Fi membuat perubahan air muka gadis itu. Wajahnya berubah menjadi ceria. Ia menyambut Fi dengan penuh sukacita.

" Wah, suatu kehormatan latihanku ditonton oleh artis papan atas sepertimu," gadis itu mengulurkan tangannya. " Namaku Priyanka, senang bertemu denganmu. Oh ya, kamu boleh menontonku di sini."

Fi membalas jabat tangan itu. Sebenarnya ia bisa saja menolak tawaran ballerina bernama Priyanka itu, tapi sepertinya di tak ada tempat ia untuk menyendiri selain di sini. Lagi pula tampaknya gadis ini bukan tipikal penganggu.

Priyanka tak lantas melanjutkan latihannya. Ia memilih istirahat dan mengajak Fi mengobrol.

" Kapan kamu pindah ke sekolah ini? Di kelas berapa?"

" Iya, baru hari ini aku menempati kelas X.C."

Priyanka mengangguk-anggukkan kepalanya. " Wah, sayang sekali sudah ditempatkan. Kupikir kamu akan ditempatkan di kelas X.B, di kelasku."

Fi kembali tersenyum simpul. Matanya kini menjelajah semua sudut dari ruangan itu. " Apa ini memang tempat klub balet?"

" Ah, bukan, tapi ini tempat latihanku," ujar Priyanka. Matanya ikut-ikutan menjelajah ruangan itu. " Dulunya ini tempat klub modern dance, tapi sudah dibubarkan. Jadinya ruangan ini tak digunakan lagi. Aku berinisatif menggunakan latihan ini untuk jadi ruanganku sendiri."

" Kenapa tidak latihan di ruangan klub balet saja?"

" Terkadang aku membutuhkan konsentrasi dan ketenangan. Lagi pula jika tidak ada jadwal latihan, ruangan kami ditutup. Aku ingin selalu menggunakan waktuku untuk berlatih, supaya bulan depan bisa ikut kompetisi ballerina tingkat nasional."

' Tipikal pekerja keras. Sama sepertiku,' gumam Fi dalam hati.

" Oh ya, kamu boleh menggunakan ruangan ini juga, tapi syaratnya hanya kamu saja. Jangan beritahu yang lain. Kita bisa berbagi di sini tanpa menganggu satu sama lain."

' Dan tipikal yang bisa diajak kerja sama... kurasa...'

LOVE MUSICAL Extraodinary - By Tiffani WitharzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang