Hari demi hari ku lewati, tanpa sadar aku telah menemukan sosok pengganti masa lalu-
Hampir setiap hari Vani terus berada di dekat Vano hingga mengikuti ekstrakulikuler saja mereka sama. Sepertinya semesta sudah berkonspirasi mendekatkan mereka.
Semakin hari Vani lebih mengenal sosok Vano lebih dalam lagi. Terlebih setelah mengetahui bahwa sebenarnya Vano itu tidak banyak bicara dengan orang yang belum dia kenal. Tapi kenapa sejak hari pertama dia bertemu Vani mengira bahwa Vano tipikal orang yang mudah bergaul dengan siapa saja. Tapi tidak untuk hal ini.
Vano hanya akan banyak berbicara saat dia berada dengan ora terdekat nya saja. Saat bersama Gilang, Mureo, Edd, Vani, dan teman sekelas nya saja dia akan banyak bicara.
Boleh saja jika apa yang dikatakan Vano itu hal yang bermutu dan berkualitas. Tapi ini berbeda, Vano, Gilang, Mureo, dan Edd selalu saja dengan kejailannya menbuat kelas menjadi ramai dengan lelucon sangat receh.
Tapi bukan menggangu apa yang dirasakan kelas XC melihat kelakuan empat orang absurd itu. Kebanyakan anak sangat senang bisa berteman dengan dengan orang humoris dan tidak mudah terainggung seperti mereka, walaupun mereka agak bobrok.
"Mau pulang bareng gak Van?." tanya Vano sambil menghampiri Vani yang sepertinya sedang menunggu angkot.
Hari sudah semakin sore, di jam jam seperti ini akan sangat sulit mendapatkan angkot lewat.
" Tapi kan rumah kita gak searah No. Nanti gue ngrepotin lo lagi." jawab Vani tidak enak.
Sangat sial sekali untuk Vani hari ini, mulai dari Pak Ahmad yang sakit sehingga tidak bisa mengantar dan menjemput Vani disekolah, tiba-tiba latihan ekshul basket diadakan secara mendadak sampai sampai Vani harus meminjam seragam basket ke anak lain. Oke, Vano dan Vani mengikuti eksul basket.
"Lagian gak masalah kok, kan supir lo lagi sakit kan? Jadi gakbisa jemput lo. Yaudahlah lo sama gue aja, jam segini angkot jarang lewat van." ujar Vano meyakinkan.
"yaudah deh."
Vani menaiki mobil Vano, saat itu cuacanya sangat buruk karena hujan. Tanpa sadar Vani mengamati Vano yang sedang menyetir dengan seriusnya.
"Ternyata Lo ganteng juga ya" suara reflek yang hampir tidak jelas dikatakan oleh Vani, tetapi Vano mendengarnya dan membuatnya tertawa.
"Sekian lama gue kenal sama lo, lo baru sadar kalo gue ganteng? Ya Allah Van mengakak gue." Vani terus tertawa sepanjang perjalanan hingga matanya berair karena sedari tadi ketawa.
"Apasi lo gajelas. Siapa bilang tadi gue ngomong lo ganteng." Vani terus mengumpat kepada dirinya sendiri. Sejak kapan mulutnya jadi caplas ceplos seperti ini. Ini sangat menurunkan pamor nya.
"Tau gak Lo Van? Kenapa Tuhan nyiptain hujan?." Tiba-tiba saja Vano berhenti tertawa dan menatap wajah Vani dengan serius.
"Gak tau, emangnya buat apa?"
" Tuhan nyiptain hujan itu biar kita lebih Deket lagi."
Pipi vani jadi memerah,karena ucapan Vano tadi. Vani langsung memalingkan wajahnya karena dia takut kalai Vano tau pipinya sekarang ini blusing.Sejak kapan Vano bisa berbicara se serius ini? Hingga Vani tidak bisa melihat ada kebohongan dimatanya. Vani merasakan hal yang aneh setiap berada didekat Vano, detak jantung nya seperti mengamuk dan wajahnya selalu memerah saat Vano gombal pada dirinya. Tapi ini beda, ini bukan gombal yang dirasakan Vani seperti biasanya. Apasih maksud Vano?.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTE
Teen FictionIni bukan hanya cerita tentang masalah hati. Melainkan ini cerita tentang persahabatan,penghianatan, dan keluarga. ©copyright 2017 by arini widyati Publish 3April 2017