Karena lelah dan ingin segera ketiduran, aku memutuskan memutar lagu Payung Teduh kali ini.
Aku ingin berjalan bersamamu..
Aaah.. mantab jiwa.. sekarang tinggal merem.
"Hei."
Duh. Aku terlonjak lagi. Kali ini masih cukup reflek hingga aku tak sampai menjatuhkan handphoneku seperti tadi pagi. Kulihat seseorang duduk disebelahku yang sebelumnya kosong.
"Kamu? Yang tadi pagi kan?" Tanyaku begitu mengenali jaket army dan wajah cowok yang unik itu. Bedanya ia kelihatan lebih berkeringat dari tadi pagi, rambutnya juga berantakan, apa dia habis lari-lari?
"Yup!" Jawabnya sambil mengatur nafas. Tuh kan dia ngos ngosan. Pasti hampir ketinggalan kereta tadi.
Agak bingung juga. Kenapa dia balik lagi ke Solo? Bukannya tadi dia cerita bakal di Jogja sampai lusa?
"Aku Wira." Katanya setelah nafasnya stabil. Ia juga mengatungkan tangannya, menungguku menjabat tangannya sebagai tanda perkenalan.
Oh Tuhan. Aku baru sadar. Tadi pagi kita ngobrol ngalor ngidul tapi ternyata belum tau nama satu sama lain. Konyol sekali!
Aku melepas maskerku kemudian mengucapkan namaku sejelas mungkin. Karena emang namaku termasuk sok kebule-bulean padahal orang jawa. "Candy." Kataku sambil membalas jabat tangannya.
Ia tersenyum lebar, dari matanya aku bisa melihat ia nampak puas hanya dengan memberi tahukan namanya dan mengetahui namaku.
Sejenak, hatiku kembali berdesir, senyumnya memancing senyumku.
Kami melepaskan tangan satu sama lain. Ia mengambil sapu tangan dari kantungnya kemudian sibuk menghapus keringat. Sementara aku dengan salah tingkah memasukkan masker kedalam tas jinjingku.
Sepertinya diperjalanan kali ini aku tidak butuh maskerku dan tidak butuh tidur karena aku punya teman perjalanan yang asyik seperti Wira.
Tunggu, menyebutkan namanya dalam hati, kenapa jadi terasa menyenangkan?
Wira..
Wira..
Wira..
Nama yang bagus.
"Lagi dengerin apa kali ini? Metallica?" Candanya membuyarkan lamunanku tentang betapa indah namanya kusebut.
"Eh uh.. enggak. Aku lagi dengerin.." aku membuka handphoneku dan menunjukkan apa yang sedang aku dengarkan.
"Payung Teduh? Wah, tadi pagi musik keras sekarang musik syahdu. Kamu unik banget ya?" Katanya.
"Iya. Lullaby soalnya biar cepet ketiduran." Jawabku jujur.
"Kamu mau tidur?"
"Eh uh.. enggak."
"Kalo capek tidur aja. Pasti kamu capek habis kerja. Nanti sampai Solo Balapan aku bangunin." Katanya penuh perhatian.
Akupun kemudian menimbang-nimbang. Haruskah aku tidur? Dan melewatkan kesempatan ngobrol berdua dengan Wira seseru tadi pagi?
Aku menggeleng.
"Kamu kok balik ke Solo lagi?" Tanyaku.
"Because i need to know your name." Jawabnya dengan mata teduh menatapku. Membuatku tertegun. Apa dia mabok gudeg?
"Ehhh ehm.. itu.. aku.. ini.. lupa beli oleh oleh di Solo." Katanya kikkuk. Sepertinya ia baru sadar apa yang ia katakan padaku barusan sedikit terdengar... menggemaskan?
"Aku seneng sekarang udah tau nama kamu, Wira." Kataku. Aww.. menyebutkan namanya dengan suara ternyata lebih terasa menyenangkan dari pada menyebut namanya dalam hati.
Ia menggaruk tengkuknya. Nampak salah tingkah. Sama sepertiku yang sekarang jadi tidak tahu harus berbuat apa.
"Boleh aku ikut dengerin Payung Teduh-nya?" Tanyanya.
"Eh.. boleh!" Kataku bersemangat. "Eh tapi earphoneku yang sebelah mati." Kataku. Emang kerusakan earphoneku semakin parah.
Wira kemudian mengambil earphone hitam miliknya dari salah satu kantung carriernya. "Mau pinjem punyaku?"
Aku mengangguk setuju. Ia memasangkan earphonenya di handphoneku kemudian memberikan satu padaku.
Kuamati ia yang sedang memasang satu earphone pada telinga kirinya. Berlanjut kuamati pundaknya yang berselimutkan jaket army yang mulai akrab dimataku. Kupandangi lehernya yang kecoklatan dengan jakun sedikit menonjol. Kupandangi potongan rambutnya yang terkesan jauh dari rapi, berantakan karena angin, dan membuatku ingin mengelusnya.
"Play dong." Katanya membuyarkan lamunanku.
"Oh, belum ke play ya? Maaf maaf." Kataku yang disambut suara tawa kecilnya yang membuat jantungku berdegup, memohon agar bisa mendengarkan suara tawa itu lebih lama.
Tapi aku harus segera memencet tombol play di hanphoneku sesuai dengan rencana kita untuk mendengarkan musik bersama.
Diiringi lagu Resah milik Payung Teduh, kami sama sama terdiam di refrain pertama. Menikmati lagunya, menikmati kebersamaan kami untuk 1 jam kedepan. Menikmati lengannya yang terasa hangat menempel di lenganku yang hanya berbalut kemeja tipis. Sempurna.
Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamuAku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmuAku menunggu dengan sabar
Di atas sini, melayang-layang
Tergoyang angin, menantikan tubuh ituAku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmuIngin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmuSemesta bersinergi, berencana, saling berbisik, hari ini, ditengah rutinitasku yang membosankan, kejutan datang padaku dari Jogja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejutan Dari Jogja
RomanceKalian tau, banyak cerita dimulai dari Jogja. Secuil kisah sederhana ini salah satunya. Tentang bagaimana Jogja dan semesta bekerjasama mempertemukan dua manusia berbeda kepribadian dan juga kelamin.