Ia, sang Iblis, menatapku dengan kedua mata birunya yang indah dan dingin bagaikan es. Dan sejenak, nafasku tertahan, lidahku kelu, dan aku kehilangan kemampuan untuk berbicara. (Elma Jacobs, 1814)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dunford sedang membersihkan lumpur dari sepatu botnya ketika pintu penginapan terbuka dan seorang gadis melangkah masuk.
"Kau bisa bertahan di sini, manis?"
Eloise mengangguk sambil menatap sekeliling kamar. Mereka menumpang tinggal di sebuah penginapan yang kecil namun nyaman. Ia baru saja memaksa dirinya menelan beberapa potong roti selai dan sebutir telur. Ia bahkan tidak ingat apa yang terjadi semalam. Kereta berguncang sepanjang jalan yang tidak rata, membuat Eloise merasa dirinya mendapatkan beberapa memar di bokong dan punggungnya.
Ia semalam terlelap di kereta, nyaris kelelahan karena berupaya mempertahankan kesadarannya namun gagal. Ia tidur seperti pingsan dan ketika terbangun, dirinya sudah berbaring di atas kasur yang hangat, berselimut, dan masih berpakaian lengkap.
Mata biru Dunford menatapnya tajam, membuat Eloise mengalihkan pandangannya lagi.
Eloise terbiasa menjadi seorang wallflower. Ia terbiasa dengan panggilan Unseen Elie, yang artinya Elie yang tidak terlihat. Itu, ditambah dengan kebiasannya mengenakan gaun cream kusam atau putih seperti dinding, membuat Eloise sama sekali tidak dipandang ketika menghadiri pesta pada season pertamanya. Karena itu, berhadapan dengan Dunford dan diamati untuk setiap gerak-gerik yang dilakukannya terasa meresahkan. Bahkan untuk menarik nafas pun membuat Eloise bergetar dengan antisipasi.
"Miss Turner..." Dunford menelengkan kepalanya, lalu tersenyum, menampilkan sederetan gigi putih yang menawan, "Tidak terdengar apik, seharusnya aku memanggilmu sayangku, bukan begitu? Kita akan menikah sebentar lagi."
Pipi Eloise memerah, ia bersyukur rambutnya tergerai sedikit menutupi telinganya. Ketahuan memerah sampai telinga terasa memalukan. Ia berusaha mempertahankan posisinya sama kuat dengan pria playboy tampan di depannya. Ia berusaha menampilkan sosok gadis berani yang tidak akan melemah di bawah tatapan mata biru Dunford, dan sejauh ini dia berhasil. Pria itu terus berusaha melemahkan lututnya, tetapi Eloise tahu ia masih kuat untuk bertahan dari seringai jahil Dunford.
"Baiklah, ehm... kau bahkan tidak tersenyum, sungguh tidak menggemaskan." Dunford berdehem. Eloise berdiri sekaku patung lilin dan mengalihkan matanya. Ia yakin pipi gadis itu memerah, tetapi gadis itu dengan keras kepala mempertahankan sikap kakunya. "Aku yakin pernah mendengar ada seorang gadis cantik bernama Emilie Turner."
"Dia kakakku..."
Suara Eloise bergetar saat menyahut, membuat Dunford sesaat menoleh kepadanya. Tetapi reaksi apapun yang diinginkannya dari Eloise, kini tidak tampak sedikitpun dari gadis itu. "Kakakku membuat skandal dengan menikahi golongan pedagang. Aku butuh kau untuk memulihkan nama baik keluargaku."
Dunford tertawa. "Kau tidak akan pernah memulihkan nama baikmu kalau menikah denganku. Pilihannya hanya dua, sayang. Pertama, membuat skandal karena menikah denganku. Kedua, membuat skandal seumur hidup setelah menikahiku."
Eloise membatin dalam hati, sepenuh hatinya, bahwa Dunford pria yang tidak tahu malu dan kurang ajar. Ia berusaha terus mengingat kenyataan itu dan berharap senyuman menawan jahil yang ditunjukkan Dunford tidak akan membuatnya gamang.
"Saatnya tidur, manis..." ujar Dunford sambil mengangkat selimut, menepuk kasur di sebelahnya.
"Aku..." Eloise menarik nafas. "Aku akan tidur di kamar lain... atau di lantai..." Ia tidak mau terlihat norak, tetapi sungguh, tidak adakah sopan santun pada diri pria ini? Setidaknya kan, mereka belum resmi menikah. Setidaknya, sekarang cincin Dunford belum melingkar di jari Eloise. Walaupun Eloise sendiri tidak yakin Dunford menyiapkan cincin atau semacamnya untuknya. Pria itu terlihat sama sekali tidak peduli dan santai, membuat Eloise panas dingin sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18+]A Minuet With Devil - 3rd Ballroom Series (6-Epilogue unpublish)
Historical FictionSebastian Dunford, Earl of Clarendon. Playboy, bajingan tampan, salah satu bujangan paling diincar. Eloise Turner mengajukan lamaran kepada Dunford, ketika dirinya dan informannya tahu dengan pasti bahwa pria itu terlalu putus asa untuk menikah. Sa...