"Lagi, lagil lagi, dan lagi. Untuk yang kesekian kalinya matahari membangunkanku dari mimpi indahku". Dengan mata yang masih sembab dan sipit karena sinar matahari yang mulai masuk melalui celah-celah kamar dan trus merambat hingga menusuk tubuh melalui pori-pori yang ada di sekujur tubuhnya, Dia mulai menggeram terhadap dirinya sendiri "Ahh, padahal sedikit lagi aku hampir menemukannya, yahh meskipun cuma dalam mimpi". "Tapi yasudalah aku juga gapunya waktu lagi untuk menyesalinya karna aku harus siap-siap untuk berangkat sekolah". Setelah mandi dan menggunakan pakaian dinas yang telah disiapkan oleh bi Jumi dia langsung berangkat (pakaian dinas = pakaian sekolah). Jarak sekolah kerumahnya gak begitu jauh dan dia bisa jalan kaki kesekolah, yah meskipun Uminya selalu mengomelinnya untuk diantar oleh pak Hardi. Meskipun begitu dia termasuk orang yang sangat keras kepala dan akhirnya berjalan seperti biasa, dia tetap kukuh dengan pendiriannya dan dengan tanpa rasa berdosa dia mengabaikan omelan Uminya dan mulai melangkahkan kakinya, langkah demi langkah ia lalui bersama sejuknya kota Jogja dan hembusan angin bersama reruntuhan dedaunan yang sudah kering layaknya musim gugur di eropa.
"Bash, Abashh" teriak seseorang dari jauh ketika dia sedang berada tepat di depan pagar sekolahnya, sambil menyipitkan mata dan mengerutkan keningnya Abash menoleh kesekitarnya untuk mencarari orang yang mengganggilnya tadi.
"Doorr!" teriak seseorang dari belakang sambil memukul bahunya.
Dengan wajah datar tanpa rasa berdosa Abash menoleh kebelakang dan merasa bingung oleh ulah temennya itu.
"Ehh bass, kamu tuh kalau dikagetin mbok ya terkejut to, bukan malah pasang wajah-wajah polos datar gitu."
"Kamu kenapa yan?"
"Kenapa?" sahut Dyan dengan wajah bingung terhadap pertanyaan Abash.
"Iya, kamu kenapa?" tanya Abash dengan wajah dinginnya.
"Aku lagi nyoba bikin kamu kaget Abash."
"Oohh."
"Ohh doang nih bass?"
"Trus aku harus lompat-lompat sambil kegirangan gitu?"
"Ya nggak to, tapi mbok ya jangan Cuma oh doang, pake acara pasang muka datar lagi."
"heemm, yaudah lain kali aku coba pasang wajah yang lebih serius." Sahut Abash sambil langsung masuk tanpa menghiraukan Dyan yang lagi berbicara padanya.
"ehh bass, aku tuh lagi ngomong malah pergi aja."
Abash, taruna raja abashi seorang lelaki keturunan arab, ya arab, arab gundul tapi hehe. Begitu teman-teman Abash menjulukinya, meskipun kedua orang tuanya keturunan jawa tapi gatau kenapa wajahnya terlihat seperti orang arab dengan hidung mancung dan mata coklat yang dia miliki, hal ini yang membuat teman-temannya menjulukinya "Anak arab" dan dengan alasan itu juga dia memiliki nama orang arab, dengan postur tubuh ideal yang dia miliki, dia telihat lebiih tampan dibandingkan dengan teman-temannya, aku bukan bermaksud untuk membanggakan dirinya atau bahkan melebih-lebihkannya tapi emang keadannya seperti itu dan aku yakin kalau kamu melihatnya sendiri kamu pasti punya pendapat yang sama denganku. Sejak kecil dia tinggal di medan, jalan pancing lebih tepatnya mungkin kamu tau dan bahkan pernah kesana tapi sekarang dia dan keluarganya pindah ke jogja demi kebaikan Abash, tanpa harus dijelaskan kamu pasti tau alasannya, katanya sih di sini lebih teratur ketimbang di medan dan ternyata emang bener hehe. Oke, mungkin cukup dengan Abash dan sekarang aku kasi tau salah satu gerombolan Abash, Dyan namanya namun mereka sering memanggilnya dengan nama lord, panggilan ini mereka buat karna sikapnya itu loh ganahan banget lah pokoknya dia tipe orang yang selalu bertindak seolah-olah dia itu orang yang tau segalanya tentang cinta, tapi emang bukan sekedar ucapan aja namun dia emang oraang yang paling gampang dalam urusan wanita, gabutuh waktu lama cukup 1 atau 2 hari sudah cukup baginya untuk mendapatkan hati seorang wanita dan bahkan dia sering memberi wejangan untuk teman-temannya, dalam bahasa jawa kita menyebut bekal/ilmu dengan kata wejangan, yaa meskipun begitu dia masih kewalahan dalam mempertahankan suatu hubungan karna setiap dia pacaran gapernah lebih dari 3 bulan dan bahkan dia pernah pacaran cuma 3 hari, gatau gimana pola pikirnya, alasannya sih karna emang bukan jodohnya dan dia pernah selalu bilang kepada teman-temannya dengan gaya seperti seorang pujangga"Wahai teman-teman, yang namanya cinta itu gabisa dipaksakan, jadi kalau emang gabisa lagi ya sudah karna sesungguhnya tuhan punya 1001 cara untuk memisahkan kita, ketika kita menemukan orang yang bukan jodoh kita". Setelah Dyan ada juga Bagas, Dadan, dan beberapa orang lainnya yang akan kukasi tau nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Semi Di SMA
RomanceKisah tentang seorang lelaki dingin, cuek, cool dengan seorang perempuan cantik dengan sifat yang bertolak belakang yang baru pindah kesekolahnya, sifat keduanya yang saling bertolak belakang membuat kehidupan mereka cukup menarik