Hal yang bikin Abash paling malas untuk ke kelas adalah senyuman para cewek yang tertuju padanya, baginya mereka hanya pengganggu konsentrasinya dalam membaca novelnya.
"Baash, Abaashh." Teriak seseorang dari jauh.
Abash tetap berjalan sambil membaca novelnya dengan trus mengacuhkan orang tersebut karna dia tau siapa orang yang teriak tersebut.
"Eh, tungguin dong." Kata Dyan sambil menepuk bahu Abash dengan nafas terengah-engah.
Abash berhenti sambil menutup novelnya dan langsung mengkerutkan dahinya melihat Dyan yang terengah-engah.
"Aku tau namanya bashh." Kata Dyan ketika nafasnya mulai teratur.
"Namanya?" Tanya Abash bingung.
"Iya." Jawab Dyan.
Lagi-lagi Abash cuma memasang wajah dingin sambil membuka novelnya dan berjalan kekelas tanpa memperdulikan perkataan Dyan.
"Weh bash kok malah pergi." Sambil menggelengkan kepala Dyan pun langsung menyusul Abash.
Sesampainya di kelas Dyan mencoba untuk membuka percakapan tentang cewek tadi kepada Dadan, Bagas, dan Abash yang kebetulan mereka juga sudah berada di kelas.
"Eh, kalian pada tau ndak cewek yang kemaren?" Tanya Dyan kepada mereka.
"Cewek yang mana?" tanya Bagas balik.
"Itu loh, cewek yang kita lihat kemaren waktu di kantin."
"Aahh iyaa." Teriak Dadan spontan
"Yang mana sih?" tanya Bagas dengan wajah penasaran.
"Itu loh, cewek yang kita liatin kemaren di depan kelas IPS 1, yang putih, manis, cantik, kaya bidadari itu." Jawab Dadan mencoba menghapuskan kebingungan Bagas.
"Haaa iyaa, aku ingat" jawab Bagas spontan.
"Emangnya kenapa yann?" tanya Dadan penasaran.
"Aku tau namanya, no hpnya, alamat rumahnya, asalnya, dan kelasnya." jawab Dyan.
"Hahhh? Serius?" Tanya Dadan seakan gak percaya atas perkataan Dyan.
"Iya serius, jadi tuh namanya Sofya anak IPS 1."
"Wahh sekelas sama Halwa dong bash." Potong Bagas.
Abash tetap fokus akan novelnya tanpa mempedulikan pembicaraan mereka.
"Lanjut yann!" Minta Dadan dengan penuh penasaran.
"Nahh jadi tuh...."
"Pada ngapain sih?" potong tanya seorang cewek tiba2 yang memotong perkataan Dyan.
"Ahh kamu shell, mau apa kesini?" Tanya Bagas.
"Pasti lagi pengen jumpain Abash to?" Sambung Dadan.
Shelli ini sejak kelas satu emang slalu ngejar-ngejar Abash tapi Abash tetep dengan sifat dinginnya, bukan karna Shelli gak cantik, bahkan kecantikannya sudah sangat terkenal di SMA Garuda tapi tetep aja Abash gak tertarik sama dia.
"Kepo aja sih." Jawab Shelli
"Bash, ntar aku pinjam salah satu novel kamu yah?" sambungnya.
Abash hanya tersenyum kecil sebagai isyarat kata "iya".
"Dahh sana, jangan ganggu orang baca." Kata Dyan sembari mengusir Shelli karna Dyan tau kalau Abash tidak terlalu suka dengan Shelli.
"Heboh banget sih." Jawab Shelli dengan wajah geram
"Besok aku ambil yah bash." Sambungnya.
Lagi-lagi hanya senyuman kecil yang Abash keluarkan untuk menjawab pertanyaan Shelli.
"Dahh sana, huss huss." Kata Dadan
"Hebohh." Jawab Shelli sambil pergi ke tempat duduknya.
"Lanjuuutt." Pinta Bagas dengan rasa penasaran.
"Nahh jadiiii...."
"Tok tok." Suara seseorang mengetok pintu yang lagi-lagi memotong pembicaraan mereka, dengan wajah kesal Bagas membalikkan badannya dan hendak memarahi orang tersebut dan ternyata itu adalah Buk Anggi guru Kimia mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Semi Di SMA
RomanceKisah tentang seorang lelaki dingin, cuek, cool dengan seorang perempuan cantik dengan sifat yang bertolak belakang yang baru pindah kesekolahnya, sifat keduanya yang saling bertolak belakang membuat kehidupan mereka cukup menarik