Sedikit tapi sangat berefek

4 0 0
                                    

"Umiii, Abash pergi dulu yaa" teriaknya sambil berjalan keluar
"Mass, pagi ini bapak antar yaa?." Bujuk pak Hardi
"Gausah pak, bapak antar Halwa aja kasian dia udah telat tuh."
"Tapikan mas satu sekolah sama mbak Halwa."
"Udah gapapa pak, saya pergi dulu y pak." Sahut Abash sembari merapikan baju dinasnya
"iya mas, hati-hati mas."
"Pak Hardi." Panggil umi setelah beberapa detik Abash berangkat kesekolahnya.
"Iya buk, ada apa?" sahut pak Hardi.
"Abash gamau diantar lagi?"
"Iya nih buk, padahal bapak juga udah bujuk mas Abashnya tadi tapi dia tetep mau jalan kaki aja katanya."
"Ya ampun itu anak kok susah banget ya dibilangin." Sahut umi sambil menggeram.
"Ada apa mi?" Tanya Halwa.
"Biasalah abangmu, susah banget dibilangi"
"Gapapa lah mii, Abang juga udah dewasa, udah tau mana yang baik dan mana yang buruk, lagian kan jalan juga sehat."
"Iya sih, tapikan waa..."
"Halwa berngkat dulu ya mii." Potongnya sambil mencium tangan uminya
"Yaudah, hati-hati ya pak."
"Oke buk siapp."
"Ayoo bang, yang cepat jalannya." Teriak Halwa dari dalam mobil ketika mereka melewati Abash dan Dyan sedang berjalan menuju sekolah.
Sambil melambaikan tangan Abash hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku adiknya. Karna sifat Halwa memang berbanding terbalik dengan Abash padahal mereka cuma lahir selang 10 detik aja namun perbedaan sifat keduanya sangat jauh, namun postur tubuh mereka gak beda jauh bahkan Halwa terlihat sangat cantik dengan mata coklat dan rambut panjang lurus yang dia miliki.
"Bass, kalian tuh cantik dan ganteng tapi kenapa kalian gak ada yang punya pacar sih?" tanya Dyan
"Gatau." Jawab Abash dingin sambil mengangkat bahunya.
"Gatau?, kadang suka bingung aku samamu bash."
Abash hanya berjalan lurus dengan kedua tangan yang dia letakkan di sakunya tanpa menghiraukan perkataan Dyan.

Musim Semi Di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang