Home #9

4.3K 564 49
                                    

Raut muka Chanyeol berubah seketika. Ia mundur selangkah dan aku bisa dengan jelas melihat perubahan ekspresi wajahnya, kini raut wajahnya membuatku sedikit takut. Kau tahu kan ada saat tertentu dimana lelaki akan menunjukan ekspresi yang membuatmu tidak mengenalinya sama sekali.

Lelaki berubah menjadi orang asing ketika mereka marah dan merasa putus asa. Dan kurasa aku telah membuat seorang Park Chanyeol marah besar saat ini.

Aku menundukkan kepalaku dan nafasku mulai memburu. Kepalaku panas dan telingaku terasa berdenging. Aku takut.

Chanyeol menarik nafas panjang, seakan berusaha untuk tidak meledak dihadapanku. Sepertinya ia sadar kalau ia membuatku takut saat ini.

"Dengar, aku dan Moa. Kami sudah berakhir. Bisa jangan membahasnya lagi? " ujarnya. Suaranya melembut tetapi tatapan matanya menajam. Ia menatapku dalam. Aku mengalihkan pandanganku karena jujur saja aku merasa canggung saat ini. Aku adalah orang yang tertangkap basah sedang cemburu saat ini. Bagaimana bisa aku bertindak normal? Aku berusaha untuk melihat ke arah lain sedangkan mataku berusaha menahan tangis. Aku akan mengutuk diriku sendiri jika sampai menangis dihadapan Chanyeol saat ini.

Chanyeol lalu dengan tiba-tiba mengusap pucuk kepalaku.

"Bisa coba tatap aku? Aku bicara padamu saat ini, y/n." suara Chanyeol terdengar tak sabaran namun tetap lembut. Aku jamin ia berusaha setengah mati untuk terlihat tenang saat ini.

Aku mengatur nafasku dan memberanikan diri untuk menatap Chanyeol. Chanyeol tersenyum saat aku mencoba untuk menatapnya, seakan memberi dorongan agar aku mau lebih terbuka kepadanya.

"Kau tidak akan marah?" tanyaku.

"Kenapa harus marah?"

"Kau tidak akan menganggap aku konyol kan?"

Chanyeol terkekeh mendengar pertanyaanku.

"Aku akan mendengarkan pelan-pelan. Tidak usah khawatir." ujarnya lembut.

Aku menarik nafas dalam-dalam.

"Kalian terlihat sangat dekat." ujarku dengan suara bergetar. Aku bicara dengan sangat cepat, berharap perkataanku tidak terdengar jelas ditelinga Chanyeol tapi bagaimanapun dengan telinga sebesar itu aku yakin ia pasti bisa mendengar perkataanku dengan jelas.

Chanyeol kembali mengusap pucuk kepalaku, ia lalu berkata,

"Kami putus secara baik-baik dan jauh sebelum kami memulai hubungan serius, kami sudah berteman. Kau mau aku menjauhinya hanya karena dia bertindak baik terhadapku?"

Aku diam.

'Astaga. Yang harus kau lakukan hanyalah meminta maaf. Semakin kau menjelaskan, semakin juga aku berusaha untuk membenarkan diriku sendiri.' batinku.

"Kau berkata semudah itu karena dia mantan pacarmu. Kau memikirkan segala hal dari sisi dan pandanganmu. Pernah terpikir bagaimana perasaanmu jika melihatku masih berhubungan dengan mantan pacarku?" tanyaku hati-hati.

"Aku tidak akan marah, sungguh. Aku bisa menghargai masa lalu orang lain." jawab Chanyeol.

"Lalu kau pikir kau menghargaiku dengan membiarkanku diam sendirian tanpa lawan bicara diantara sekerumunan orang yang asing bagiku sedangkan kau bernostalgia dengan mantan pacarmu?" cara bicaraku mulai terdengar tidak baik. Dan yatuhan, kini aku menangis tanpa sadar.

Ada seakan banyak sekali hal yang ingin kukatakan tapi aku sendiri sulit memilih kata yang tepat untuk diucapkan. Butuh waktu seumur hidup rasanya untuk menguraikan perasaanku dalam kata-kata dan menyampaikannya secara jelas kepada Chanyeol tanpa membuat kesalahpahaman.

"Aku merasa tidak tenang setiap kali memikirkan kau masih berhubungan baik dengan Moa. Dia gadis yang pernah menjalin hubungan denganmu. Dia cantik dan terlihat baik. Dia juga dekat dengan para member lainnya. Dia sempurna. Membayangkanmu masih memiliki hubungan baik bersamanya membuatku terus membandingkan diriku dengannya. Aku merasa kau jauh lebih baik bersamanya karena dari segi manapun, Moa jauh lebih baik dariku.. d-dia... "

Aku tidak dapat melanjutkan perkataanku karena sekarang aku tenggelam dalam isak tangisku sendiri. Aku menutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku karena ini pertama kalinya aku menangis selepas ini dihadapan Chanyeol. Memalukan sekali. Dan lagi-lagi aku berpikir "Moa pasti tidak pernah melakukan hal sebodoh ini dihadapan Chanyeol."

Aku jauh dari kata sempurna. Aku terlalu 'biasa' untuk menjadi seseorang yang pantas berdiri di samping pria seperti Chanyeol. Aku hanya seorang gadis SMA bodoh yang bisa-bisanya menangis keras-keras dihadapan kekasihnya sendiri (dengan seorang penjaga kasir yang terus-menerus memperhatikanku menangis sedari tadi.)

"y/n.."

Chanyeol mematung. Jika hubungan ini berakhir saat ini juga, salahkan aku.

Semuanya salahku.

Selalu.

"Ada satu hal yang membuatmu berbeda dengan Moa."
.
.
.

"Moa tidak mampu membuatku memperjuangkan hubungan yang kami miliki. Dan lagi, menikah dengan seorang fans sudah menjadi impianku dan kau jelas tahu siapa yang bisa mewujudkan mimpi itu. " ujar Chanyeol sambil tersenyum.

.
.
.

'Tuhan, aku siap mati saat ini juga.'

Tbc

Makasih udah mau baca maaf telat update wkwk baru selesai susulan usbn jumat lalu eheheh.

Maaf buat kalian yg jadi korban april fools kemaren2 wkwkwkkwk sekali2 gapapa ya 🙆 smg abis un mg dpn ff ini bisa lebih rajin updatenya deh wkwk. Oia aku butuh saran bgt buat ff ini. Kalo ada yg punya saran ataupun kritik jangan sungkan2 komen yaaa. Makasih temans2 😆😆

Bonus fanart deh /?/

aku gambar ceye bbrp hari lalu tp hasilnya mirip suho kalo dibalik wkwkwkwk.

(siapa lo?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(siapa lo?)

HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang